Saturday, November 25, 2006

punten 4,77


Sori-sori

Postingan yang gue janjiin yaitu tips fitness mujarab kudu dipending dulu karena breaking news berikut ini.

Ujian schriftelijk tentamen perdana gue di negeri bercuaca aneh ini udah keluar. Dan hasilnya?
Si dosen super kejam memberi gue nilai 4,77. waks!
Gile, 4,77 untuk mantan mahasiswa berprestasi utama FHUI urutan ke 11 tahun 2000 ini?

Emang seh gue udah 3,5 tahun nggak kuliah. Dan terus terang bagi gue kembali ke bangku kuliah itu berat bener dibanding kawan-kawan yang backgroundnya peneliti atau dosen, makanya gue banting tulang belajarnya. 2 bulan pertama gue serius bener, ampe kenal ama kuncen penjaga perpus. Sampe gue juga ikutan nginep di lantai 3 perpus anak tehnik di uithof sana karena hari minggu perpus hukum janskerhof tutup.

Emang seh anak-anak udah bilang kalo sekolah yang gue pilih ini rada-rada, die kan univ nomer 40 sedunia, nomor 6 seeropa, nomer 1 sebelanda. Nah apalagi dosen yang ini rada-rada juga, die profesor di 2 univ, pakarnya case law in UN procedure, anggota beberapa expert committee dan sederet perangkat lain yang disandangnya. Padahal gue udah lakukan segala cara, paper gue yang kata temen gue, seorang peneliti di jerman, aja bilang gue serius banget risetnya, eh dikasi nilai standar.

Gue emang ngejar banget ketinggalan gue akan teori-teori dasar dan lain-lainnya yang memang menyimpang jauh dari karir gue selama ini, yang hanya berlandaskan fakta-fakta lapangan.

Anyway setelah consult via YM ama temen gue yang seorang peneliti di institusi yang sama dengan itu dosen kejam, kata temen gue itu, sang ibu dosen emang pengennya yang standar tinggi, kasih segala exotic case, UN general comment ampe segala UN special rapporteur tumplekin ke lembar jawaban. hmmm. gue langsung melayangkan imel ke sang dosen minta kesempatan re exam. gue pasrah ama nilai gue.

Ok, kata aa gym, gue kudu instropeksi: mungkin ada beberapa kesalahan gue, dan orang lain tentunya sebagai kambing hitam. Inilah daftar beberapa tersangkanya:

  1. rocco siffredi, ya dia ini biang keladinya. Die sutradara dan actor fave gue, gue keseringan ngedownload karya-karya die, terutama yang dibuat di eastern Europe. Ini gara-gara kawan kecil kribo gue yang mempengaruhi laptop gue untuk bersinergi dengan software peer to peer handal, Morpheus.
  2. Jerry Yang, orang yang menemukan YM ini, hehehe alat komunikasi unggul yang menggoda orang untuk tidak bekerja di hadapan kompie nya karena keseringan diganggu "buzz".
  3. mollengraf, kalo ini udah meninggal orangnye, tapi namanya diabadikan menjadi nama institut yang sukses mengusir gue dari gedungnya karena sepet ama bau rokok kretek gue. (gue tulis ini bukan berarti gue melanggar larangan mereka merokok di dalam gedung, emangnya gue barbar primitif, wong gue ngikut cewek-cewek bule female researcher disono yang ngerokok di back yard dimana itu tempat open air dan ada asbak gede, gue rasa diskriminasi aja karena mereka nggak tahan bau starmild losta masta gue)

Tentu saja para tersangka itu tidak benar-benar bersalah, tapi kan seperti kata prof grumpfeld dalam kuliahnya, para perpetrator selalu mempunyai list orang-orang yang mengancam otoritasnya. Dari sinilah genocide bermula. Lha tapi tenang aja, daftar ini mustahil gue geno.

Nah kembali ke ujian gue, gue panik dengan segala kegundahan gue. Apa gue kebanyakan maen dan nggak baca? Nggak juga ah, gue rajin belajar muski dengan cara-cara yang menjurus nyeni-nyeni dikit.

Waktu gue ke LLM study room, gue ketemu beberapa kawan-kawan sekelas gue, sofka dari Macedonia nyerocos stress die dikasi 5, alamu negash, sang dosen junior dari Ethiopia sedikit menghibur gue, die mencak-mencak dikasi 3,3. hehehe kali ini gue tersenyum, ada yang lebih dogol dari gue ternyata. Dia bilang, “Wahyu this is ridiculous. I don’t want to see her face again!” hehhee lha gue bilang kita kan lagi ngambil kuliah die lagi semester ini, gue hibur die, mukenye marah bener, die mau bunuh itu dosen. Die udah nyatronin itu dosen 2 kali tapi dosennya lagi ke maastricht. Memang ditengah kegundah gulanaan pasti ada hiburan sejenak. Anak-anak lain berdatengan, mereka pada kecewa, sekelas nggak ada yang dapet 7, gile nggak seh.

Nah terusannya, ketika malemnya gue mau belajar semalem suntuk di library, setelah beli segelas kopi bersama kawan saya, seorang peneliti hutan di salah satu negara berkembang di asia ternggara berinisial I yang merupakan negara asal aku dan dia, dan membicarakan kemungkinan banting setir dari LLM student ke barista penjaja kopi, aku membuka imel.

You guys know whut?!

Si dosen ngirim balesan imel setelah 2 hari.

dosennya pulang dari maastricht kaget, ternyata asistennya salah masukin nilai ke form komputer hehehe, die kaget ngeliat nilai yang keluar di server ajaib semua. Dia kirim deeply apologize ke seluruh kelas. Ketawa gembira!
so ternyata gue lulus dengan nilai keren juga, lumayan dapat 7.0 alias B
alhamdulillah ternyata human error.
bikin gue stress aja, ternyata gue gak sebego yang gue pikirkan. otak gue masih nyampe di ivy league, so nggak ke library dulu ah malem ini, hehehe maen ke tengah kota dulu ngerayain... mau menyodok bola-bola bilyar yang sudah lama tidak kusambangi.
jadi cinta ama itu dosen...

salam indah semuanya...

stoppress: lha si Ethiopia gimana? Waktu posting ini gue publish, gue terima imel dari dia, kayanya die masih sedih. Well die kayanya mau curhat hehehe, ntar gue masakin die ajalah biar die seneng, I hope he likes Indonesian fried rice.

emang norak banget ini cerita, seakan dikarang, ujar kawan yang sudah diracuni skenario 3 babak happy ending ala hollywood movie industry. tapi realita seakan mimpi ini memang sungguh terjadi, dan bikin kaget. makanya tulisan ini direvisi berkali-kali.


Wahyuningrat is a journalist at Metro TV, a leading 24 hours TV news station in Indonesia. He works as a production crew in a program called “Todays Dialogue.” a current issues talkshow in field of politics, law, and governments, similar with Hard Talk in BBC and Late Edition in CNN. When he was a student in faculty of law Universitas Indonesia, he founded Center for Law Information (CeLI) together with a group of students and currently-chief justice of Indonesian Constitutional Court, Prof. Jimly Ashiddiqie. Currently, he is an LLM student at Utrecht Universiteit School of Law, Netherlands, under a Scholarship provided by the Netherlands Education Centre (NEC). He works probono as a high school extra curricular teacher and communication specialist on legal development campaign for several NGOs. He also develops his other hobby-based entrepreneurship as a wedding invitation designer as well as internet café business owner.