Thursday, August 30, 2007

film isengnya anak-anak

ini sekedar eksplorasi penghilang stress. terwujud berkat kebulatan tekad anak-anak kurang kerjaan semua. celaan lebih kurangnya tentu saja diterima dengan lapang dada. cerita pertama mencoba menampilkan sisi kota utrecht sebagai kotanya para pelajar. cerita kedua menyajikan lakon tragis dengan setting kota leiden-delft-denhaag-rijswijk.

just another day in utrecht


the legend of a mysterious warrior of love

Friday, August 24, 2007

LLM Graduation Ceremony



Saat-saat bersejarah dalam hidup. akhirnya gelar yang diidam-idamkan terpenuhi juga.


para dayang-dayang: ika, meli, detty, mia


para LLM baru, sampai jumpa di dunia nyata, di kancah percaturan politik dunia, cieh.



with alberto castro barriga, my Peruvian buddy


with aimable malaala, my Rwandan buddy


with dean faculty of law


with my thesis supervisor


my official fotografer: ririn


apakah masa depan akan secerah senyuman ini?

inilah saat-saat bersejarah itu: "that you have developed here in Utrecht into a competent legal researcher and you get an honorable mention" terharu deh gue... foto-foto selengkapnya dapat dilihat di: http://picasaweb.google.co.uk/irehadi/Wahyu

Tuesday, August 21, 2007

graduation day (akhirnya)

untuk rekan-rekan yang sedang iseng... monggo silahken, ditunggu kehadirannya dalam acara bersejarah ini, ceile... enyak babe encang encing, anaknye udah jadi tukang... dibaiat untuk sudah hidup lama-lama mati. hehehehe.

Thursday 23 August 2007
Location: Raadzaal, Achte Sint Pieter 200

Time:
16.00 p.m , after the ceremony a drink will be served in the Medewerkerscafe on the 2nd floor.

acara sesi kedua juga ada

Friday 24 August 2007
Location: Senaatszaal, Academiegebouw, Domplein (next to the Dom Church)
Time: 4.00 p.m , after the ceremony a drink will be served in the Academiegebouw

hiks hiks hiks...terharu...




Monday, August 20, 2007

hidup sehat coy

Merokok dapat merugikan kesehatan.

Dan juga kantong celana.

Kalo kamu hidup di Belanda, resiko kedua dijamin akan menjadi berlipat-lipat ganda. Namun resiko pertama malah dapat dieliminir.

Bagaimana tidak, harga sebungkus rokok di belanda adalah 3,20 hingga 3,80 euro alias sekitar 35 ribu rupiah. Lima kali lipat dari harga rokok di tanah air. Tingkat kerugian akan semakin tinggi jika anda perokok kretek, karena jenis ini semakin sulit didapat. Tambahkan juga jika status anda adalah mahasiswa penerima beasiswa yang dijamin pasti begaya hidup minus.

Ada dua pilihan yang bisa ditempuh untuk para perokok jenis kretek dari kalangan strata mahasiswa berkantong minus.

Pilihan yang paling tepat, tentu saja dengan mengingat petuah mulia sang ketua OSIS jaman SMP saat memperingati anda ketika mencoba-coba mengisap rokok pertama kali dengan alasan biar terlihat cool seperti ongky alexander.

Pilihan kedua adalah dengan menerapkan taktik perluasan jaringan seperti rekan saya adept (bukan nama sebenarnya). Mengabsen semua teman yang dikenal di seluruh Belanda, lalu jika beruntung, pasti anda akan temui ada saja satu dua orang yang akan pulang pergi ke tanah air setiap bulannya. Anda langsung dengan nada malu-malu menyebut satu slove barang tersebut saat dia menanyakan apakah ada titipan atau tidak.

Atau seperti rekan saya si kiki (juga bukan nama sebenarnya), yang saya heran selalu saja rajin pagi-pagi menjemput kolega-kolega yang baru mendarat di schipol. Rupanya selalu saja ada titipan khusus untuk kiki yang diserahkan oleh para kolega baru yang dikenalnya dari hasil surfing di dunia maya.

Atau anda bisa juga memutuskan untuk berhenti merokok sama sekali. Atau pindah ke jenis rokok putih dan berhemat dengan merokok merk Drum. Ini jenis rokok berupa sekantung tembakau dan kertas dimana anda harus melinting sendiri. Dengan 4 euro anda dapat merokok hingga 100 batang, lumayanlah untuk 10 hari jika anda perokok (berbadan) berat seperti adept dan kiki.

Saya sendiri akan mencoba menghitung perbandingan tingkat kesehatan saya di negeri Belanda ini dengan di tanah air.

Selama setahun tinggal di belanda saya menghabiskan rokok sebanyak:

Bawa sendiri dari tanah air: 14 bungkus
Dibawakan oleh temannya kiki: 10 bungkus
Dibawakan oleh meli: 10 bungkus
Dibawakan oleh annis: 10 bungkus
Dibawakan oleh odi: 10 bungkus
Beli sendiri selama disini: 10 bungkus
Pemberian selama kerja di pasar malem: 10 bungkus

Dibawakan oleh meli again: 3 bungkus
Dibawakan oleh tante chandra: 10 bungkus
Diberikan oleh mara: 5 bungkus

Total jendral: 92 bungkus untuk setahun

Jika saya merokok ketika hidup di Jakarta adalah rata-rata 1 bungkus sehari, maka komposisi perbandingannya adalah: 92 bungkus berbanding 365 bungkus atau,

1 : 3,9673913

Perbandingan akan semakin besar jika menambahkan fakta bahwa selama setahun disini saya mengayuh sepeda sejauh 10 KM setiap harinya, ditambah olah fisik berat lainnya.

Jadi, kesimpulannya untuk saya adalah: tidak apa-apa lah untuk merokok selama disini, wong saya jauh lebih sehat empat atau lima kali lipat ketimbang di Jakarta.

renungan: Pramoedya menghabiskan 36 batang rokok setiap hari, dan rokoklah yang menemaninya menelurkan novel-novel besar kaliber dunia. Novelis peraih Nobel dari Mesir, Najib Mahfouz mulai merokok sejak SMP, sembari minum kopi dan merokok itulah novel-novel besarnya lahir

Monday, August 13, 2007

awal dari sebuah akhir

MC Escher once said "only those who attempt the absurd will achieve the impossible." Sebuah cerminan yang indah dari seorang pekerja underpaid dengan waktu kerja tidak wajar di sebuah profesi yang tidak termasuk list cita-cita anak SD inpres.

Guys, akhirnya tujuan utama dari kedatangan saya ke negeri bercuaca forecast-proof ini tercapai juga. Tujuan utama resmi -selain tujuan-tujuan sampingan untuk mencicipi kenikmatan duniawi yang sejak bocah terasuki oleh Hollywood mediocre movie- untuk meraih gelar idaman accomplished sudah.

LLM, originated from latin words legum magister (continental) ada juga yang menjabarkannya sebagai lex legibus magistri (anglo saxon), atau saat ini cukup dikenal sebagai master of laws. Dengan dua L dalam latin atau law jamak menjadi laws. Rekan saya menyadur sebuah teori bahwa, jaman yunani kuno dulu, LLM konon dianggap menguasai hukum dunia dan juga hukum langit, gile. Indah nian makna filosofi dari ini gelar. Kontras dengan kecenderungan saat ini dimana penguasaan ilmu hukum semakin spesifik dalam suatu bidang. Negeri oranye menyebutnya dengan meester in de rechten. The man who can change the law. Truly noble spirit.

Thesis saya mendapat nilai sedikit mendekati excellent, sebenarnya bisa excellent kalau tidak ada “inadequacy of english.” Yah memang agak berat sekali bagi saya untuk comply ke english british yang academic english plus style ‘exotic’ legal writing sesuai tuntutan standar tinggi dari sang supervisor.

Terimakasih pada semua rekan-rekan yang sudah menyertai pembuatan thesis ini. Proses badai otak untuk topik thesis ini dimulai sejak februari. Diawali dengan menghadiri sebuah international conference di Brussel, terimakasih kepada Prof Stefaan Smis (Vrije Univ Brussel) yang baik hati, pasokan bahan untuk thesis juga dengan senang hati dikirimkan oleh, Celine Tan (Warwick University) dan Prof Olivier de Schutter (Louvain University, New York Univ) masukan juga banyak dari diskusi dengan Mathias Santana (Universitaire Louvain), Edward Kwakwa (WIPO) dan Eric De Brabandere (Universiteit Gent).

Dari conference ini data awal mulai dihimpun dan di-exercise, devil advocate untuk tahap exercise ini (sengaja saya tulis rada formal sedikit) adalah Mova Al Afghani (Max Plank Institute Hamburg, Bremen University), Irene Hadiprayitno (SIM Utrecht University) dan Rizky Pandu Permana (peneliti gadungan Geo Science Utrecht University). Masukan juga datang dari Irendra Radjawali (part time PhD candidate full time life adventour), Annisa Rijadi (diplomat muda berbakat Deplu) dan Chandra Samekto (peneliti muda sedikit gemuk Bappenas). Masih belum percaya diri, akhirnya diskusi lanjutan digelar bersama rekan sekelas, David Taylor, Sofka Trajevka, dan Aimbale Malaala.

Setelah haqul yakin, proposal matang sudah. Kemudian info akan adanya seminar yang sangat berguna untuk tambahan bahan datang dari Ratna Yunita (penguasa Bakoel Koffie Cikini dan yurisdiksi sekitaran Denhaag HS) terimakasih kepada Abel Esteban (Corporate Europe Observatory) dan Nancy Alexander (Citizens' Network on Essential Services, USA) atas presentasi bermutu yang menyetrumkan inspirasi.

Tahap menulis dengan penuh cucuran darah dan keringat dihiasi oleh rekan sekerja di LLM room, diskusi menarik dengan Dr Alberto Castro Barriga (Peruvian Ombudsman), Olivia asal Aussie hingga seorang wanita Lithuania exchange student dari Helsinki yang hingga kini saya tiada ketahui namanya, senyumnya indah nian saat kita break ngopi sembari diskusi. Librarian SIM Utrecht yang sabar sekali memenuhi permintaan saya akan buku-buku yang tergolong susah dicari, penjaga library hukum yang cantik, yang membuat saya ceria meski harus menggotong pulang sekarung goni buku-buku nggak jelas, Katherine dan Alexandra yang membuat sudut ruangan perpus yang paling sumpek oleh buku-buku terlihat lebih indah. Staf dari NGO Equal in Rights yang rela buku-buku koleksi mereka saya gratak acak-acak.

Meneer Nikko dan Satpam endut yang dengan ramah memberi extra waktu bagi saya untuk merapikan dan men-save document sebelum mengusir saya dari LLM room atau perpus karena kelewat overtime. Para pengecek kaidah bahasa inggris yang baik dan betul, yang dengan senang hati saya todong membaca: Pilar Mohammad Mochtar (diplomat muda berbakat deplu) Meli (ibu guru cum matematikawati), David Taylor, dan Alberto Castro.

Wuih banyak juga yah. Ini baru yang direct academically, belum tercakup bantuan moral support dalam berbagai kesempatan. Makasih banget deh buat semua. Susah juga ternyata jadi master.

Akhir kata, kenalin neh, Wahyuningrat, SH, LLM. Sounds cool, isn’t it?

Kini saatnya pulang, kembali ke realita kehidupan yang getir di belantara Jakarta. Kembali menjadi buruh berseragam biru. Kembali kerja 12-14 jam sehari dan kerap di akhir minggu. Rutinitas pulang kerja saat jalanan sepi dan bromocorah berkeliaran, singgah mengisi perut yang lapar jam 3 pagi di kedai bubur ayam 24 jam.

Tapi saya percaya ini bukan sebuah akhir. It’s just the beginning of a new story. My story.

LLM, anybody? Hehehehe.