Bukan, bukan. Tenang guys, ini bukan cerita soal gue akhirnya memposting undangan pernikahan gue. Kalo yang itu, tunggu aja tanggal mainnya. Stay tune di blog ini hehehe.
Gue lagi mau sedikit cerita sedikit sisi lain dari gue. Yah mungkin baru sedikit yang tahu bahwa gue juga punya profesi lain, yang agak jauh dari profesi formal dan pendidikan formal yang sekarang gue tekuni (profesi ama pendidikan aja kadang mesti gue jelasin panjang lebar dimana titik tautnya J)
Ok profesi lain gue adalah wedding invitation designer. Jreeng! Gedubrak!
Bagi yang belum tau mungkin rada kaget. Gini penjelasannya, ketika gue menimba ilmu di kampus depok, meski kuliah di fakultas yang mempelajari wetboek van straafrecht, namun hasil didikan fakultas kedua yaitu pusgiwa, plus nongkrong bareng anak Kom Fisip juga memberi gue didikan ini (selain sukses gaet cewek anak komunikasi)
Gue memilih jadi designer khusus undangan kawinan karena menurut gue, design treatmentnya rada beda, pendekatan ke klien juga jauh beda. Mengkolaborasi adat kedua mempelai plus meyakinkan kedua pihak keluarga juga punya tantangan tersendiri. Apalagi kalo lagi ikutan jadi pengarah gaya buat prewedding. Wuidih.
Tambahan lagi, buat orang yang takut kawin macam gue, ini menjadi pelajaran tersendiri. Gue bisa tau keluh kesah en gelisahnya orang mau kawin, ikutan diskusi budget pesta kawinan, susahnya ngatur undangan, jamuan, prosesi lamaran dan akad, serta printilan-printilan lainnya. Jadi gue bisa siap-siap antisipasi. Preemptive.
Sejak pulang dari Belanda, gue nggak mengerjakan proyek ini lagi, meski ada beberapa yang udah minta. Problemnya waktu itu gue kesulitan waktu dan peralatan teknis gue yang lagi rusak.
Nah, malam ini gue lagi mereview beberapa portofolio gue:
Ita dan Rahmat. Rahmat babeh adalah teman baik gue, kita udah kayak sodara aja. Rahmat seorang aktivis cum lawyer, Ita adalah researcher. Saat itu tema sedikit religi adalah hasil brainstorming kita. Sebuah kutipan manis dari Prof. Komaruddin Hidayat yang spesial diminta langsung, turut menghiasi. Gue dibantu fotografer Aditya juga ikut mengarahkan pemotretan prewed.
Destri dan Ari. Destri adalah temen fitness gue dulu, sempet wisata kuliner bareng-bareng juga, temen gosip juga. Tema menatap masa depan bersama adalah yang dipilih kala itu. Kini, Destri yang bersuamikan dosen sudah punya bayi mungil.
Lia dan Sunan. Sunan temen seperjuangan gue hingga sekarang. Kedua mempelai ini berprofesi sebagai diplomat. Tema simplicity dipilih dengan finishing yang lux. Plus kolaborasi gue dan Adit saat pemotretan. Kini mereka sedang menanti anak pertama mereka yang akan lahir.
Cucu dan Juned. Juned adalah senior gue di kampus. Dosen idealis cum aktivis NGO ini ingin model undangan ala postcard motif permen, dihiasi foto prewed mereka yang bagus-bagus, sampai pusing milihnya. Keduanya kini tinggal di Canberra karena Juned mendapat beasiswa.
Uci dan Eko. Eko adalah sohib gue di kantor. Eko ingin undangan yang selaras dengan resepsi pernikahan mereka. Undangan yang elegan dengan tema favorit eko, cyber. Kini keduanya tinggal dengan mesra di depok nan asri.
Arin dan Reza. Reza ujang adalah kawan seperjuangan di kampus. Kedua Jaksa idealis ini senang sekali dengan design yang gue buat. Simple and match dengan foto mereka berdua. Tak lupa gue tambahkan sebuah syair dari Doel Sumbang.
Dian dan Freddy. Kedua pasangan yang kalem nan harmonis. Kedua bankir ini puas dengan hasil design gue. Paduan antara old and new. Kini mereka sedang ngemong anak pertama mereka.
Santi dan Udi (filenya gede banget belum sempat diubah ke jpeg). Udi adalah teman akrab gue sejak SMU. Keduanya cukup lama awet pacaran. Special untuknya gue buat undangan yang diminta khusus olehnya ini, dari belande. Modal nongkrongin laptop pas diluar dingin beku. Sebuah syair karya gue turut menghiasi. Kini pasangan bankir ini sedang menimang bayi mereka yang lucu.
Yah, ini kalo dunia media udah nggak butuh sumbangsih gue lagi.