Saturday, June 23, 2007

Bertemu Ratu Belanda

Gue yakin gue bukan orang pertama sekelurahan gue yang sekolah sampai Belanda. Namun bisa jadi gue adalah orang pertama sekelurahan Pondok Kopi Kecamatan Duren Sawit yang bisa masuk istana, salaman, sekaligus ngobrol dengan Ratu Belanda.

Gue dan beberapa teman sekelas terpilih untuk menghadiri undangan “The Fifth Anniversary of the Prince Claus Chair in Development and Equity” di Paleis Noordeinde, The Haque. Kenapa gue yang terpilih? Well ingat cerita gue dulu tentang gue pernah membantu Chiseche Mibenge sang coordinator International Alumni jadi tukang sound system di sebuah conference? Dan ingat gue juga pernah cerita kalau thesis supervisor gue satu TK dengan Ratu Belanda?

Ok deh rombongan pun berkumpul di Utrecht Centraal. Kami semua memakai pakaian sesuai dress code, dark suit. Untung jauh-jauh saya bawa jas, dan semalaman saya setrika lagi. Saya kira tidak akan terpakai, ternyata sudah 2 kali terpakai, yang pertama untuk conference di Brussel, yang kedua perhelatan kali ini, dan ketiga mungkin pas wisuda saya nanti.

Rombongan kali ini terdiri dari beberapa student LLM dan beberapa anak PhD terpilih. Ada 4 orang yang tidak diundang, satu ngotot hadir karena bapaknya anggota parlemen Slovenia (nggak penting deh ah) dan 3 orang karena mereka saudara nya Chiseche asal Zambia yang pengen cerita ke orang sekampung kalau mereka sudah pernah masuk istana Ratu.

Saya dan Irene, adalah dua orang katro asal Indonesia yang nyelip di rombongan. Irene meskipun hampir rampung menyelesaikan PhD nya, tapi masih norak untuk acara seperti ini, ia mengingat pesan ibu nya semalam via telepon untuk make a wish kalau sukses salaman dengan ratu. Meskipun sepertinya tidak mungkin ada kesempatan seperti ini, pasti susah mendekat ke ratu. Ngeliat ratu secara langsung aja sudah syukur, apalagi yang lain.

Kami berjalan layaknya rombongan lenong, turun dari kereta jalan kaki ke istana. Beberapa teman saya terlihat cantik rupawan dengan gaun malam dan high heel. Yoi jek, ketemu ratu gitu loh. Saya aja rela tampil dengan jas yang membuat saya terlihat gendut, layaknya pejabat korup. Irene tadinya mau memakai kebaya, tapi karena cuaca tidak bersahabat maka dia memakai jas hitam juga.

Masuk ke Istana Ratu

Memasuki istana, ada dua jalur, yang kiri buat khalayak awam yang hanya bisa masuk ke taman nya saja, dan dengan bangga kami semua ke kanan, ke istana Ratu. Di gerbang istana Kami menyiapkan access card khusus dan identitas kami, semua diperiksa oleh Royal Millitary Police dan dicek apakah ada di guest list layaknya masuk ke tempat ajeb-ajeb.

Memasuki lingkungan istana, setelah diberi hormat senjata Graak oleh para pasukan pengawal ratu, kami memulai foto-foto narsis. Lalu setelah semua puas, kami masuk ke dalam, disambut oleh karpet merah, hormat pedang oleh penjaga lagi, dan sebuah peringatan oleh kepala protokoler Istana, “Do not take picture inside.”

Di dalam lagi-lagi kami disambut oleh para Kolonel dari berbagai angkatan. Setelah menitipkan ransel di tempat penitipan jas, kami memasuki ruang resepsi pertama. Saat itu gue lihat kawan gue Malaala terharu, shock die dari Rwanda bisa nyampe istana ratu belanda. Setelah bersalaman dengan kepala Protokoler dan orang-orang lingkar dalam istana Ratu. Kami minum teh sembari berbincang-bincang. Saya asyik mencela-cela Anne Krahn, teman asal Kanada yang sudah kelar duluan dan akan di wisuda juni ini. saya juga sempat menyapa Dessy asal ISS yang juga beruntung bisa masuk Istana. Di istana yang dihidangkan adalah teh plus lemon, bangsawan minumnya teh, jangan harap dihidangkan kopi disini. Semua dihidangkan oleh pelayan berseragam berpangkat manik-manik yang mondar-mandir memegang nampan.

Bersalaman dengan Ratu

Kemudian pengumuman, ternyata acara segera dimulai, dan Ratu beserta keluarga akan menemui kita dan meminta kita untuk memperkenalkan diri masing-masing. Jreng. Jreng. Nggak ada yang mengira ada acara ini. Nggak mungkin deh. Temen saya asal Rwanda langsung merapal, “I am Aimable Malaala from Rwanda, It is an honor to meet you Your Majesty.” Terus gue melirik ke Irene yang kaget juga, pasti di otaknya adalah, “My name is Irene Hadiprayitno from Depok, Indonesia. Perpanjang masa study gue dong.” Hihihihi.

Kami semua naik tangga ke lantai dua. Mengantri untuk bersalaman dengan ratu sekeluarga. Semua terlihat ceria sekaligus sumringah, apalagi saya. Yang ada diotak saya adalah adegan Mr Bean ketemu ratu berulang-ulang.

Dan saat bersejarah itu dimulai. Saya bersalaman dengan Ratu yang didampingi oleh dua putranya, pangeran William dan pangeran Friso dan tentu saja, menantunya yang cantik, princess Maxima.

Anjrit semuanya hanya sekelebat. Saya lupa tadi ngomong apa pas salaman dengan Ratu. Semoga nggak malu-maluin. Kayanya sih cuma ngomong, “Nice to meet you, Your Majesty.”

Lalu kami semua duduk. Kemudian berdiri saat keluarga Kerajaan memasuki ruangan, di belakangnya persis adalah thesis supervisor saya. Saya nggak gitu nyangka dia sepenting ini. Keseluruhan acara malam itu, bintangnya adalah dia. Selebihnya detail acara tidak akan saya ceritakan, kita akan beralih ke cerita yang lebih seru.

Ngobrol dengan Ratu

Selepas sambutan-sambutan dan sebelum memasuki sesi kedua, rehat minum teh kembali. Hidangannya juga teh dan kue-kue. Saat itu kami berdiskusi mengenai tumben-tumbenan bisa salaman dengan Ratu, biasanya jarang loh. Demikian penuturan rekan asal Belanda. Saya juga mengamati bahwa sang thesis supervisor gue begitu akrabnya dengan sang Ratu, selalu keliling bersama-sama dengan dia. Dan juga beberapa dayang-dayang sang ratu. Dayang-dayang adalah beberapa pria ber jas dan wanita bergaun dengan sebuah pin khusus kerajaan.

Nah, kejadian seru ini bermula saat Ratu sedang minum teh ngobrol berjarak 3 meter dengan kita. Lalu saya, dan Irene -yang juga disertasi S3 nya dibawah bimbingan si profesor yang sama- ingin menyapa sang profesor. Kala itu sang thesis supervisor sedang mengobrol dengan Chiseche. Kami menghampiri, Malaala ikut juga, karena feeling dia mengatakan untuk mengikuti rombongan katro ini. Saat bersalaman dan memulai perbincangan. Sang Ratu tepat sedang ngobrol juga dibelakang kami persis, jarak 130 cm dari saya berdiri.

Eng ing eng.

Diluar dugaan, sang Ratu kemudian berbalik badan, lalu menyapa kami semua. Salaman lagi, DUA KALI JEK. Lalu Ratu bertanya ramah, kamu dari mana, sekolah dimana. Dan jadilah kami mengobrol bersama ratu. Posisi lingkaran sebagai berikut: Ratu, Irene, Malaala, Saya, dan Chiseche. Sedang supervisor kami kabur setelah salaman, ada yang ngajak ngobrol lagi, sibuk dia, banyak sekali bersosialisasi.

Ngobrol berlima dengan ratu, gile terlihat semua nervous deg-deg an. Sang Ratu yang emak-emak gitu ngoceh banyak soal macam-macam; Afrika, Obesitas, pembangunan di dunia ketiga, brain damage, dan lain hal, kita cuma manut-manut manggut-manggut kepala aja. Iya lah ratu masak disela, ntar bisa-bisa di deportasi without degree. Hehehe. Saya bisa melihat jarak setengah meter rambutnya dari dekat. Kayanya semua model rambut ratu di dunia sama aja deh. 15 menit kami mengobrol dengan Ratu, sebelum ratu digiring lagi ke acara berikut oleh petugas protokoler nya. Semua diiringi tatapan iri kawan-kawan yang lain.

Pas ketemu mereka, mereka langsung nodong,

“Did you finally chat with the Queen?”

“Yeah, I did. What a coincidence.” terus cerita-cerita deh biar mereka tambah ngiri.

Ketika drink reception selepas acara, kawan-kawan saya masih berusaha bisa seperti saya, namun susah lah ya dapat kesempatan seperti itu, pastilah sekali seumur hidup. Saya hanya menikmati beberapa minuman istana sembari mencomot beberapa makanan yang bentuknya nggak jelas dari nampan pelayan.

Unforgettable memory.





















Royal Invitation





















Royal Invitation


























thesis supervisor gue dibawah nama princess maxima





















nama gue di guest list nya Royal Millitary Police






















VVIP access card

Thursday, June 21, 2007

nasi goreng kambing, dji sam soe, dan thesis

setelah jenuh berkutat mengerjakan thesis seharian di LLM room, saya mampir sejenak ke gym untuk kembali melatih otot. otak boleh encer tapi otot tidak boleh kendor.

saat memasuki rumah tercetus keinginan untuk memasak nasi goreng kambing, entah kenapa kebetulan bahan-bahannya lengkap. tengah malam itu saya asyik gedubrakan memasak. entah setan apa yang membisiki, saya masak untuk porsi 6 orang, mungkin karena lapar setelah mencurahkan pikiran dan tenaga, atau hanya ingin menyimpan logistik praktis untuk 6 hari. saat itu di common room rumah sedang ada daniel si bule jangkung yang lagi asyik tiduran di sofa sembari menonton sepak bola di TV.

ini bule satu paling aneh kelakuannya, kadang suka nggak perhatian sama diri sendiri, maklum masih jongen. setelah kelar itu masakan, saya tanya ke daniel, udah dinner belum, dia bilang sudah, terus nanya kenapa, saya bilang mau nasgorbing nggak masih banyak neh. die bilang, wah gue laper berat mau banget.

so jadilah saya dan dia makan dengan lahap malam-malam, nasi goreng kambing plus bawang goreng, telur, dan kerupuk. extra kecap bango buat daniel yang doyan kecap bango. dengan malu-malu daniel nambah, dan masing-masing sukses menggasak 3 piring. kalau saja si Janneke, yang untungnya masih kecapean pulang magang di swedia, ngeliat kelakuan kita, dia pasti cerewet bawel geleng-geleng kepala. nggak baik makan buanyak karbohidrat tengah malam.

begitulah saat saya berhasil mengisi kembali karbohidrat yang susah payah dikikis habis saat di gym. mungkin besok wajib berlatih extra keras agar terkikis habis semuanya.

malamnya sembari berkutat dengan thesis kembali, saya menyulut rokok yang katanya terasa nikmat di negeri orang. dji sam soe. hmmm. disandingkan dengan seduhan biji kopi terbaik belanda, malam itu benar-benar sebuah perrfect blend.

dulu rekan saya yang penikmat dji sam soe bilang, kenikmatan dji sam soe hanya bisa dinikmati oleh perokok dengan jam terbang tinggi, perokok pemula tidak akan bisa menikmatinya. ia adalah haagen daz kalau ibarat ice cream, dan ia adalah roll royce jika berwujud mobil. ia adalah double expresso. ia adalah teh tongdjie. ia adalah harley davidson roadster. ia adalah isabella roselini. entahlah, tapi memang malam ini ia terasa nikmat sekali.

dji sam soe ini dipersembahkan oleh dr. Achie , MSc. kemarin saat menghadiri perayaan wisudanya, si dokter dodol ini entah darimana punya stock dji sam soe satu dus. saya kebagian dua bungkus. ah benar-benar nikmat. terimakasih achie, semoga dikau sukses selayaknya motto dji sam soe, kenikmatan sukses.

Tuesday, June 19, 2007

Satu Jam di Gym

Akhirnya ke gym juga…
Setelah memaksakan diri bangun pagi, tidur lagi, bangun, tidur lagi, akhirnya sukses bangun siang dan tetep memaksakan diri ke gym, demi impian dapat berjemur di kala summer. Masak berjemur badan tidak terlihat fit?

Pertama sampai, suasananya enak. Banyak cewek bule (iyalah ini negara mereka) setelah sebulan penuh tidak ke gym, saya mulai dengan lari treadmill. 5 menit saja. High speed. Langsung deh ngos-ngos an. Semua nafas dji sam soe nya keluar.

Lanjut ke alat beban. Kita melatih otot dada. Hup, jangan banyak-banyak bebannya. Anjrit, ngos-ngos an lagi nan lemas. Nggak kuat rasanya badan ini. Makanya lain kali harus rajin, biar nggak mudah kecapekan dan nggak sering mengantuk. Kikis itu semua lemak.

Beralih ke barbel, melatih bisep. Udah makin gombyor otot yang satu ini, jadi harus segera diperkokoh. Holobis kuntul baris. Tekad baja kuat tak tergoyahkan. Angkat beban sekali lagi sampai kelar satu set. Alhamdulillah, hari ini keringat mengucur deras, lain sekali kalau latihan di musim dingin, keringat susah keluar, sekalinya keluar keringnya cepet banget. Jadi harus mandi dong. Karena kan mau ke kampus, kembali ke ruang keramat nerusin nulis thesis.

Mandi di pancuran umum. Untungnya kosong sepi, paling males kalo rame. Bukan apa-apa, saya paling males mandi bugil massal begitu, agak risih. Ganti baju, semprot-semprot. Dan inilah yang paling saya rindukan, keluar gedung, lalu pas tertiup angin, badan terasa segar abis! Wuah nikmat.

Nah sekarang saya siap kembali ke thesis.

kalau seperti ini bisa kuberikan kepadamu

kalau saja aku bisa berikan sesuatu seperti ini kepadamu...


Monday, June 18, 2007

arrgh!!

ini pagi yang indah, kulewatkan hari senin ini di LLM room seharian. mencoba konsentrasi menuntaskan 3 chapter thesisku ini. hanya ada Dave dan Jessco di ruangan ini. Dave asyik membaca dan Jessco browsing-browsing nggak jelas. wanita-wanita cantik dari eropa timur belum ada yang muncul di ruangan ini. dari tadi aku bolak-balik keluar gedung, mencoba fokus. perbekalan ku kali ini lengkap sekali, sekantong permen buah, dua karung roti isi raisin, beberapa sachet expresso instan, dan tentu seja sebungkus rokok L & M yang rasanya nggak karuan (kretek ku habis).

duh, aku mengantuk sekali. begini rasanya mengerjakan thesis. susah sekali berkonsentrasi. sepertinya aku harus mulai balik lagi ke gm sore ini. agar badan tidak mudah lelah dan mengantuk terus. ototku mulai kendur dan badanku makin tambun. perutku kok nambah buncit akibat kelebihan karbohidrat dan pola makan nggak jelas. ayo-ayo semangat. tuntaskan beberapa lembar lagi. lalu besok dishape lagi biar mantap. hari rabu tarik si ririn untuk diskusi, terus submit deh.

hari kamis si dave dan gank LLM lainnya ngajak nonton sepak bola. Netherland v. England. nggak tahu deh bakalan jadi supporter mana, aku manut aja. aku cuma mau teriak-teriak di stadion ngilangin penat.

Sunday, June 17, 2007

Paris Part Deux

Ada sebuah literatur yang menginspirasi perjalanan ini, yaitu novel terbaru Andrea Hirata berjudul Edensor. Kawan saya Reni Rawasita berbaik hati membawakannya ke Utrecht untuk saya. Sisanya adalah masukan sana sini dari kawan-kawan dekat. Baiklah kisah ini pun dimulai.

Ok Paris yang indah, tidak perlu diperpanjang lagi. Saya akan membawa anda ke sudut pandang yang berbeda dari sekedar menulis ulang brosur wisata. Menurut sobat saya Radja, ada beberapa tempat wajib kunjung kalau kamu ke Paris:

Tour Eiffel, Musee du Louvre, Notre Dame, Pantheon Sorbonne, Arc de Triomphe, place De la Concorde, Basilique Du Sacre Coeur, Fountaine Saint Michel, dan Champs Elysees.

Well setelah mengubek-ubek daerah seputar Eiffel, naik ke atas tower dan berfoto-foto norak, ternyata benar adanya rute Subhanallah (Edensor, hlm 78) seperti diceritakan, inilah jalur yang dilintasi Ikal dan Arai, ketika sampai Paris, naik Metro bawah tanah turun di stasiun Trocadero. keluar tangga keatas, kehalang tembok bangunan, lalu ketika tembok hilang, nengok langsung ke kiri, nah dalam cerita si Arai langsung sujud syukur sambil teriak Subhanallah. This is truly the best view. Sayangnya pertama ke Eifel saya turun di stasiun Bir-Hakeim, gara-gara petuah backpacker asal Amrik di Hostel, dimana pemandangannya tidak se-amazing kalau turun di Trocadero.

Hmmm setelah itu Louvre. Monalisa ternyata tidak sebesar yang saya bayangkan, piguranya kecil, terus melihat lukisan Madonna of the Rock, dan mengajukan pertanyaan bodoh,

“Then where is the last supper, monsieur?

Dan dijawab sang guide dengan tatapan aneh, “It’s in Milan, Sir,”

Saya lantas bergegas ngeloyor melihat piramida terbaliknya Langdon. Di Louvre sedikit diwarnai insiden uji nyali foto session di depan Monalisa. Berhasil.

Di Champs Elysees, tak tahan melihat beberapa spot dalam film Devil Wears Prada, saya akhirnya memborong beberapa potong kemeja Gucci, satu stel jas Dolce and Gabbana, dan terakhir dua buah tas kulit Louis Vuitton untuk yayang.

*Plaak! Woi bangun! Ngayal mulu*.

OK agak surealis nampaknya, namun cerita yang dibawah ini sangat valid. Sebagai mantan copywriter, tentunya sangat lumrah kalau ingin melihat kantor pusat Publicis, Adv Agency Perancis yang terletak persis di seberang kantor Ogilvy Paris di L’Avenue des Champs- Elysees.

Nah ternyata kantor pusatnya Publicis juga berfungsi sebagai restoran, bar, toko buku, toko kelontong, dan juga apotik. Apakah ini juga berarti tanda-tanda suram masa depan periklanan global, sehingga mereka banting setir diversivikasi usaha?

Yang jelas disana saya berhasil membeli apa yang saya idam-idamkan. Kaviar. Makanan dewa. Tadinya saya cuma menengok dari balik kaca, Beluga Caviar, favoritnya James Bond dalam film Goldfinger, anjrit, 795 Euro. Gimana rasanya memakan telur ikan dari laut Kaspia ini yah. Namun ternyata tersedia juga kaviar buat turis kere macam saya, pas di list harga itu terlihat kontras, dari 3 digit eh ada juga yang cuma 5, 80 euro. Lumayan, akhirnya saya bisa juga makan kaviar. Saya beli sekaleng, dan saya oles ke biskuit dan makan penuh rasa bangga di bangku taman Sacre Coeur. Hmmm, my first Caviar. sumpah langsung laksana menjelma menjadi dewa beneran.

Lanjut ke tempat kedua yang disebut Andrea Hirata. Saya berkunjung ke makam Jim Morrison (Edensor, hlm 92). Vokalis The Doors. Anjrit jauh bener ini pusara, letaknya nun jauh di Cimetiere du Pere-Lachaise. Disana, di depan makamnya saya menyulut rokok kretek Starmild saya, penghormatan terhadap pelantun lagu Come on Baby Light My Fire-itu. Setelah itu saya diusir oleh Satpam wanita karena TPU ini akan segera tutup. Sudah jam 6 sore.

Rokok kretek juga menjadi senjata ampuh saya dalam mempromosikan keindahan Indonesia, di hostel Woodstock dekat MontMartre, saya menjadi tamu backpacker asal Indonesia perdana disitu. Sayangnya saya tidak membawa stiker atau apalah yang khas Indonesia buat ditempel di tembok, seperti backpacker asal negara lain. Jadinya ketika, ngobrol-ngobrol dengan backpacker asal Denmark, Amrik, dan Jerman malam itu, saya membuat mereka terkesima dengan rokok yang saya tawarkan. “Wow Delicious,” “Sweet Flavour,” “God Damn long.” Dan setelah beberapa dongeng, mereka tertarik berkunjung ke Indonesia, karena sebelumnya rata-rata salah kaprah menyangka Indonesia itu adalah negara tetangga Mexico. Gile gue jadi duta budaya gini.

Di Sacre Coeur yang indah, selain melihat banyak pasangan muda, straight maupun Lesbi, bertukar kuman melalu transfer aura dimana-mana. Keindahan pemandangan juga disemarakkan dengan, atraksi magic oleh para magician asal benua Afrika. Modusnya adalah, mereka menegur ramah, terus meminta tangan kita memegang ujung seutas tali, lalu dengan kecepatan menakjubkan mereka memintal menjadi gelang cantik, lalu diikat deh di pergelangan tangan, terus minta duit deh. Semua sambil ngobrol-ngobrol, “This is Magic, make a wish,” dan sebagainya. Hebat yah? Sungguh kreatif.

Saya sih tidak berminat, namun salah seorang kawan saya, Novi, merelakan diri dimagic. Toh sukarela bayarnya. Dan benar ternyata, selain mendapat gelang cantik, impiannya juga tercapai, malamnya dia buka email dapat nilai bagus dalam mata kuliah paling susah. Kalau anda berminat mencoba magic ini usahakan cari yang asal Kamerun, nicaya lebih ampuh dari yang asal Senegal.

Cerita menjurus criminal lainnya saya alami ketika naik Metro bawah tanah, modus terbaru yang belum pernah dijumpai, namun pernah dipraktekkan di Jawa Tengah. Satu orang naik di depan saya terus mendadak mencari-cari sesuatu di bawah, menarik-narik kaki orang-orang mencari sesuatu yang mungkin saja diinjak, dia beralasan sedang mencari tiketnya yang jatuh, eh terus ketika ketemu tiketnya, dia langsung turun kereta tepat sebelum pintu menutup, dan ternyata mereka ada dua orang. Satunya lagi berdiri di belakang korban. Untunglah berkat petunjuk film EuroTrip, saya terhindar dari bencana, karena saya menaruh uang dan Paspor saya di tas bebas copet seperti di film tersebut.

Setelah puas berfoto di depan gedung pertunjukan legendaris Moulin Rouge yang terletak di red light districtnya Paris. (terlihat biasa saja setelah dijejali dengan pemandangan yang lebih indah di Amsterdam) dan kehujanan saat mencoba mencari dimana letak supermarket Carrefour pusat, saya akhirnya menuju Sorbonne.

Sorbonne. Andrea Hirata menyebut-nyebut tentang altar suci Sorbonne (Edensor, hlm 34, vide Sang Pemimpi hlm 53, vide Laskar Pelangi hlm120). Dimanakah itu? Apakah Pantheon Sorbonne yang merupakan penghormatan terhadap Voltaire, JJ Rosseau, Victor Hugo, dan banyak lagi? Atau Place de la Sorbonne maksudnya? Entahlah yang jelas demi mencari tempat wajib ini, saya nekad masuk ke gedung Universitas Sorbonne (Paris IV dan Paris V) meski hampir dilarang satpam, namun dengan bahasa perancis yang pede saya bilang saya cuma mau numpang lewat doang, nyari altar suci, yang sayangnya nggak ketemu juga tuh di dalemnya.

Berikutnya adalah mengunjungi tempat nongkrongnya Ikal dan Arai, Café Brigandi et Bougreesses. Letaknya cuma ditulis di pojokan Sorbonne (Edendor, hlm 111 dan 165) kebayang kan gedenya Sorbonne, pojokan sebelah manakah letaknya kafe ini? Yang jelas dua hari bolak balik saya tidak menemukan letaknya, termasuk sudah nanya sana sini, termasuk bertanya kepada beberapa mahasiswi lokal yang bertampang pub crawler dan polisi culun yang cuma bisa bilang, "Disini banyak banget kafe." Karena saya masih penasaran, mohon info petunjuk jika ada yang tahu dimanakah gerangan letaknya kafe yang menjadi saksi bisu start point perjalanan keliling Eropa-Afrika Ikal dan Arai itu berada, ataukah kafe itu hanya sekedar fiksi.

Terakhir, menuruti titah Radja bahwa ada penjual souvenir murah di dekat Pantheon, dimana penjualnya bernama Mr Solomon, dan student Indonesia pasti dapat diskon murah. Well, saya tidak berhasil menemukan toko itu. Yang ketemu malah toko souvenir tepat di sebelah Café Solomon. Memang harganya paling murah banget, namun tidak ada diskon buat orang Indonesia dan si penjual tidak kenal sama Radja. Hehehe. Salah tempat kayaknya.

Baiklah demikian sekelumit cerita saya mencoba menapak tilasi perjalanan Ikal dan Arai dalam novel Edensor. Perjalanan 4 hari ini menelan biaya total 155 euro termasuk makan, akomodasi, dan transportasi. Penulis juga tidak mengalami kesulitan dalam mempraktekkan bahasa perancis super pas-pas an-nya, kecuali saat membeli roti pain khas perancis yang keras luarnya namun lembut dalamnya.

Andrea Hirata memberi PR baru, tujuan terdekat berikutnya adalah ke Groningen, mencoba bertemu Mevraouw Schoenmaker (hlm 191) dan meminum sebotol Xian Ling (hlm 203). Juga sebuah inspirasi baru akan sebuah perjalanan terakhir, Tunisia terdengar lebih menarik dibandingkan mengusap dada patung perunggu Juliet (hlm 251) di Collosseum Verona.


Si la poussiere emporte tes reves de lumiere
Je serai ta lune, ton repere
Et si le soleil nous brule
Je prierai qui tu voudras

Pour que tombe la neigi au Sahara

Wednesday, June 13, 2007

Paris est la capitale de la France. C'est la ville la plus touristique au monde

akhirnya besok saya kembali melangkahkan kaki. meninggalkan sejenak kejenuhan berkutat dengan thesis. mungkin dengan perjalanan 4 hari ini, inspirasi akan kembali hadir.
sesuai sabda Andrea Hirata dalam tetraloginya, setelah mengunjungi keindahan mozaik Antoni Gaudi di Barcelona, maka tujuan berikutnya adalah makam Jim Morrison di Paris. dengan begitu lengkaplah sudah perjalanan wajib eropa.

ah Paris, besok saya akan lihat benarkah seindah yang semua orang tuturkan. hmmm tak kuasa menunggu.

ini adalah kota ke 7 yang saya kunjungi setelah Barcelona, Bremen, Hamburg, Brussel, Brugge, dan Frankfurt. mungkin jika saya masih punya sedikit tabungan, agustus nanti saya ingin melihat Venice, kotanya Cassanova.

"Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu."
-Andrea Hirata, Edensor, hlm. 34-

Thursday, June 07, 2007

jalan-jalan ke penjara Belanda

Negeri yang aneh.

Di negeri ini segala bentuk keanehan dapat dilihat dengan kasat mata. Yang datang dengan dogma bahwa ganja adalah terlarang di benaknya akan melihat kebalikannya disini. Yang gay phobia juga dijamin terpelanting. Yang doyan kopi susu juga akan terperangah mencoba sterk koffie mereka Yang biasa makan french fries cocol sambal ABC akan takjub akan patat met mayo setempat.

Ini negeri yang meruntuhkan semua kestabilan ekosistem. Mereka percaya akan pancake sebagai makan siang dan makan malam. Mereka punya partai pedofil yang memperjuangkan usia hingga 8 tahun untuk batas kebebasan berhubungan seks. Dan mereka juga punya casino dan red light district di setiap kotamadya.

Okelah. Untuk menggali lebih banyak keanehan bin ajaib lagi. Saya memutuskan untuk mengunjungi tempat teraneh favorit saya. Setelah menyambangi kantor polisi, pengadilan, dan kantor pemda. Kini saya akan mengajak anda mengunjungi penjara. Yup betul. Penjara.

Let’s go to prison. Ketika berjalan kaki menuju tempat ini, saya mendiskusikannya dengan kedua kolega saya yang manis. Barbara asal Amrik dan Alexandra asal Swedia.

Menurut benak kami ketika menatap gedung dengan kawat duri ini adalah, dibaliknya ada lapangan luas dimana orang-orang sangar berkostum orange jumpsuit sedang fitness atau berolahraga, dimana disatu sisi gang kulit hitam berkumpul, hispanik di sisi lain, dan sebagainya. Tak lupa soundtrack lagu rap nelly dan 50 Cents bergantian sebagai latar belakang.

Penjara dengan terali besi, dimana terjadi aksi kekerasan brutal. Communal shower room dimana terjadi aksi sodomi jika sang inmates menjatuhkan sabunnya. Kami bersiap-siap dengan pandangan sorot mata tajam penjahat yang sudah lama tidak melihat wanita dan sudah muak dengan makanan penjara yang super najis. Kami hanya bisa berlindung dekat-dekat dengan penjaga bersenjata laras panjang lengkap yang memakai sunglasses untuk menghindari kontak mata.

Demikian apa yang ada di benak kami, terus hingga kami melalui metal detektor. Kali ini lebih parah tingkat penjagaan superketatnya, ikat pinggang dan handphone saya tidak bisa masuk.

Dan inilah yang membuat negeri ini menjadi tambah gila. Inilah realita dibalik jeruji besi kokoh penjara belanda.

1. ternyata mereka yang dipenjara tidak perlu memakai seragam, kebebasan berekspresi dan hak individu begitu dilindungi, jadinya saya menyaksikan penghuni yang sangat stylish dengan pakaian model terbaru.

2. ruang sel yang indah. lebih bagus dari kamar student yang saya tempati hehehe, saya masuk dan merasakan empuknya kasur, dilengkapi dengan Tv 14 inch, meja dan lemari IKEA, personal shower room and toilet. kebanyakan tiap sel diisi satu tahanan, namun ada sekitar 10 sel yang diisi 2 orang dengan tempat tidur tingkat. dimana akan dicari room mate yang cocok, sama-sama perokok, atau satu suku, atau kecocokan lainnya.

3. mereka bisa pesan list belanja ke sipir penjara, para sipir akan mengantarkan pesanan bahan baku mereka ke sel dalam kantong belanja, dan mereka bisa memasaknya di dapur umum yang super lengkap, bahkan tersedia deepfries machine.

4. bukan hanya alkohol, ganja juga diperbolehkan di penjara, saya melihat banyak narapidana melinting dan menghisapnya. bahkan ada yang mengobrol dengan saya sembari fly.

5. sarana rekreasi yang sangat lengkap. tiap blok, sekitar 40 kamar, tersedia 3 meja bilyar, 1 snooker, 2 meja ping pong, satu telepon umum kartu yang bisa digunakan menelepon ke manca negara dan banyak sekali kartu remi, satu set lengkap chip poker, dan board games. untuk seluruh penghuni ada juga sarana gym yang terbilang mewah sekali, lapangan olahraga indoor dan outdoor, warnet, ruang untuk kunjungan hubungan intim dengan istri, dan perpustakaan.

6. tidak ada sipir penjara bersenjata lengkap. mereka hanyalah laki-laki kekar dengan otot besar, berseragam T-shirt hitam dan sebuah alat komunikasi di pinggang. mereka memang jago beladiri, dan rutin dicek kondisinya. karena itu tidak perlu membawa pentungan dan pistol.

7. dan inilah yang hebat, penjara pria namun tersedia 25 persen sipir wanita. ajaib. dan ketika berbincang dengan salah satu sipir wanita, mereka merasa enjoy, bahkan mereka menjadi sarana curhat para sipir, lalu kalau akan terjadi perkelahian, cukup mereka yagn menengahi, dengan begitu para tahanan pria akan sungkan dan berhenti berkelahi.

8. kalau tahanan bandel, hukumannya adalah diambil TV nya, dan semakin bandel semua fasilitas dicabut. dan kalau beringas akan ditempatkan di sel isolasi. dimana ketika saya menengok ke sel isolasi ini, di dalamnya sangat indah sekali dibanding LP kalisosok. bahkan saat itu sang tahanan sedang memesan jatah kopi jam 3 sore ke sipir yang langsung datang membawa 2 gelas kopi.

9. oh ya setiap kamar dilengkapi interkom dan mereka bisa komplain terhadap fasilitas, disini membuat saya berpikir bahwa sang sipir sangat mirip dengan roomservice, dan seperti penuturan salah seorang sipir pria, di penjara belanda sangat mirip dengan hotel bintang 3, hanya saja tanpa kunci pintu.

10. para tahanan juga dapat bekerja, dan medapat upah 5 euro per jam. dimana mereka dapat membeli banyak sekali kebutuhan jika mereka tidak punya uang. mereka membuat alat-alat listrik (knop bell, kabel, hub, stop kontak, pipa, kotak sekering). tahanan yang bersedia kerja bersih-bersih penjara bahkan mendapat uang bayaran yang lebih mahal, karena itu ini adalah posisi inceran para tahanan.

11. masa hukuman paling lama 6 tahun. meski mendapat hukuman jauh diatas. biasanya ada hukuman percobaan, dan tahanan rumah, dimana tangan mereka diberi gelang yang jika mereka lepas atau mereka pergi dalam radius 100 meter maka akan segera membunyikan alarm sensor yang ditanam di rumah mereka dan tersambung ke kantor kepolisian.

12. menu makanan sangat beragam dan lezat. saya sempat mencoba chesse cake di penjara ini. menu juga disesuaikan dengan permintaan, mereka melayani diet, daging halal, kosyer yahudi, dan vegetarian. penjara dengan menu buffet dan ala carte, customized by request!

13. di penjara juga ada hari libur, dimana setiap hari besar akan diadakan pemutaran film bioskop di aula dan festival, kadang setiap akhir bulan ada kursus salsa dan disko night.

14. personal stuff juga disediakan tanpa membeli, saya melihat sendiri di lemari stok, mereka punya merk khusus penjara untuk sachet shaving cream, shampoo, odol, sikat gigi, dan pisau cukur. semua dengan desain kemasan yang indah. sempat saya colong untuk souvenir.

15. karena itu perilaku para tahanan tidak terlihat beringas, mereka sangat kalem dan sangat ramah meski tampangnya sangar. mereka memberi salam dan membalas salam, selayaknya orang-orang belanda di centrum.


ah penjara yang indah.











claudine (rwanda), sylvia (Indo), chiseche (tanzania), gue, barbara (USA), mollah (Ethiopia), Fu Ann (Japan), Alexandra (Sweden)

Wednesday, June 06, 2007

Law students’ survival guide


Saya SH jebolan UI depok. IPK dibawah 3.0. latar belakang profesi di televisi berita nasional. Datang ke negeri ini modal beasiswa Stuned. Dan inilah cara saya survive as a law student.

Menjawab pertanyaan dosen di kelas.

Hmmm ingat adegan klasik di film legally blonde? Dimana sang dosen sangat senang bertanya ala Socratic method pada sang murid selaku korban. intinya sih membiarkan si murid berkeringat dingin menjawab segala pertanyaan dimana sang dosen terus bertanya dan terus mengalihkan ke titik dimana sang murid akan mati kutu. Diharapkan dari drama tragis ini murid lain akan belajar apa jawaban yang benar. OK. Saran terbaik apa menghadapi hal ini selain duduk di pojok belakang dan berpura-pura menutupi wajah dengan lembaran buku? Hmmm mempersiapkan diri sebelum bertatap muka di kelas dengan membaca semua bahan, karena mencoba sok tahu menjawab dengan pede adalah bunuh diri. Ya ya ya.

Well, Salah satu cara yang saya praktekkan adalah membawa laptop ke kelas dan lengkapi dengan google desktop. Juga pastikan summary kasus dari wikipedia sudah dibaca.

Google desktop berguna untuk mencari semua detail file seperti article regulasi nomor berapa tahun berapa dan kasus siapa lawan siapa di pengadilan mana, dalam relatif cepat. Tinggal lirik sejenak saat mengatur nafas.

Di era wikiworld ini, semua tumpukan kasus klasik dan topik klasik sudah tersummary dengan baik di wikipedia. Tinggal berdoa tidak ada sabotase dalam artikel itu. Ingat selalu mengcrosscheck semua data di wikipedia. Wikipedia cuma sebuah awalan untuk mengetahui gambaran, dari abstract menjadi kongkrit. Sisanya silahkan dilanjutkan sendiri

.

Dan cam kan lah, mengaku kepada dosen bahwa source anda dari wikipedia adalah bunuh diri dalam dunia akademik. Jangan pernah telan itu halaman wikipedia bulat-bulat.

Contoh: dosen memberi 5 literatur tebal njelimet akan Zimbardo Prison experiment dan 10 literatur lainnya akan Papon Trial. Jika mengetikkan subject serupa ke wikipedia, maka anda menghemat waktu, skimming sejenak, dan bisa beralih ke literatur lain. Ada summary singkat di wikipedia dan film documenter akan subject itu di youtube. Dengan begini anda dapat tampil prima keesokan paginya dikelas dengan detail-detail klasik yang tidak akan ditemui oleh rekan anda.

Seating arrangement

Kalau muncul di kelas dimana dosennya betah ngoceh dan bikin ngantuk, pilihlah posisi pewe di pojok belakang. Namun jika anda harus muncul di kelas debate? Inilah dimana posisi menentukan prestasi. Pilihlah partner satu tim debate yang native speaker. Dari amrik atau aussie. Ini akan menghemat performa anda, meski mereka tidak lebih pintar, soal cuap-cuap kadang mereka lebih memukau. Jika perorangan. Well debat hukum tentu membutuhkan strategi. Duduklah disamping orang paling ancur bahasa inggrisnya. Makanya saya favorit duduk disamping kawan asal amerika latin. Jika anda berada tepat disamping orang yang bahasa inggrisnya paling ancur, anda akan terlihat sangat gemilang. Dosen akan melihat perbedaan yang sangat kontras.

Bertanya kepada dosen

Tidak. Saya tidak akan membahas jenis pertanyaan stupid atau tidak, apakah banyak bertanya itu bagus atau tidak. Itu semua saya serahkan kepada yang maha kuasa. Hehehe.

Tapi jenis pertanyaan yang akan membuat si dosen senang adalah,”Wonderful point, professor. I was reading your article in the May 2004 Journal of Human Rights Law and noticed you also said that government regulation can stifle innovation. Is that point still valid, or have there been substantial changes since? I was thinking of doing an independent study project on the issue and was hoping you might be willing to be my advisor. But we can talk about that after class." Dijamin perjumpaan besok dia akan menawarkan kopi, hihihi.

Kebalikan dari ini adalah, ketika dengan polosnya saya memuji-muji tulisan seorang professor norwegia yang menjadi basis riset saya dan merupakan kolega dekat dari sang dosen. Dan pada akhirnya saya tidak tahu kalau dia sudah meninggal. Berakhir dengan pandangan si dosen seakan-akan daya baca saya yang hanya sebatas cover bukunya saja.

Pelajaran yang ditarik adalah: pay attention to the detail. Dosen kadang suka jika kita mengetahui detail-detail aneh, ini akan memberi gambaran kalau kita memahami lebih dari sekedar kerangka besarnya. Jadi gunakan kebalikannya, ketahui detail walau belum paham kerangkanya, hehehe.

Contoh, ingat-ingatlah fakta model keunikan system keanggotaan di ILO, meski kita belum tahu ILO itu dimana letak kontroversinya. Juga keunikan ICRC dalam Geneva convention, meski kita belum tahu common article nya.

Presentasi

Pada akhirnya semua murid akan tampil sendiri ke depan kelas. Selain keringat dingin yang cuma bisa disembuhkan dengan membayangkan siswi sexy asal Denmark dibangku depan tanpa sehelai busana, inilah beberapa cara-cara lain yang mungkin bisa membantu.

Power point sebagai pengalih perhatian, Jangan menulis semua yang mau disampaikan di slide, tapi membuatnya semenarik mungkin sehingga menutupi performa penyampaian kita. Dan memaparkan efek kebijakan UN akan education dengan efek bebek terbang full audio adalah hal bodoh.

Intinya adalah tampil dengan template slide yang tidak pasaran, yang gampang anda download, layout sedikit, dan percantik. Lalu jangan lupa latih timing dan intonasi anda. Dijamin seperti kata rekan saya David asal Birmingham. “Wahyu, I always wait for your turn, your presentation surely fantastic and entertaining”.

Nilai tambah juga bisa dibuat dari busana, karena itu kawan saya asal Rwanda selalu memakai jas lengkap setiap kali presentasi. Namun itu juga barangkali karena dia hebat di content nya. Who knows? Mungkin tahun depan bisa anda coba dengan tampil ber beskap jawa lengkap full keris.

Materials

Datanglah ke perpustakaan diwaktu sore hingga malam. Saat yang tepat dimana perpustakaan relatif sepi dari siswa lokal. Mereka harus pulang dan makan malam secara teratur. Apalagi jika anda break merokok diluar sembari menenteng buku text. Dan saat itu program supervisor atau pak Dekan keluar pulang kantor. Wuih seperti mahasiswa teladan bukan? Sumpah itu tidak ngaruh jek.

Ngeprint materi bisa bikin kantong jebol, padahal jumlah lembaran materi yang diprint dan dibaca sangat menentukan prestasi. Karena itu bersahabat dengan PhD researcher adalah wajib, karena mereka penguasa akses unlimited untuk ngeprint dan photocopy. Suatu malam saya pernah diselamatkan peneliti asal Brazil, yang dengan ramahnya memberi saya akses fotocopy cukup banyak.

Jangan lupa juga dimasukkan ke list, para librarian dan secretary. Mereka punya kuasa membolehkan kita mengakses semua terbitan lawas yang kadang belum tentu sudah disentuh sebelumnya oleh direktur riset. Dan saat ada koleksi yang akan dikeluarkan dari list, anda akan masuk prioritas pertama dalam list mereka untuk menerima hibah buku.

Hubungan akrab dengan secretary akan terasa sangat anda butuh stapler. Percayalah mustahil anda tidak butuh alat wajib satu ini. Seolah-olah sepele ,namun coba ingat-ingat kapan anda tidak super panik akan ketergantungan klinis pada alat wajib law student ini.

Dan anda akan merasa bersyukur atas jalinan hubungan ini saat ID pass anda hilang dan tidak bisa masuk gedung. Atau saat anda butuh secangkir kopi gratis.

Reseach paper

Inilah point paling penting. Inilah saat semua kerja keras anda akan dinilai dalam sekelebatan mata sang dosen. Pertanyaannya adalah bagaimana menaklukkan hati sang dosen dalam beberapa helai kertas? Well agak berat memang menjawab hal ini. Terus terang saya belum pernah mencoba mengumpulkan paper dengan kertas fancy warna pink plus print tinta biru muda. Mungkin bisa dicoba untuk mendapat A plus.

OK, ini sementara trik yang pernah saya coba. Ketahuilah bahwa dosen menilai dari (a) topik yang eksotik, alias orisinil dan belum pernah ada yang pernah membuat sebelumnya. Jika ini gagal maka (b) research question yang dasyat, alias tidak pernah terpikirkan sebelumnya, jika nggak cukup gape untuk itu maka (c) list literature bacaan yang berkualitas dan juga banyak.

Sajikan dengan gaya yang memukau, sistematika yang bagus, konklusi yang bagus, jangan deskriptif. Jangan plagiat. Jangan salah eja. Jangan malu-maluin bangsa.

Lha ini mah akademik banget, dimana triknya? Hehehehe. Susah juga sih kalo hal ini. Well, selain keteguhan hati nurani dan kristalisasi keringat, masih ada satu tipuan.

Jreng. Tipuan visual.

Gunakan font book Antigua instead of arial atau time new roman. Halah. Begini, lay out lah paper anda dengan layout model jurnal internasional. Wohohoho. Apalagi kalau anda punya background professional graphic designer professional seperti saya. Anda bisa mainkan psikologi pembaca dengan bermain dengan sedikit estetika clean desain.

Hmmm, cara paling sederhana adalah mencantumkan abstract dan keyword di setiap final paper anda. Dengan mencantumkan kedua ini, maka sang dosen akan punya persepsi wah, si anak ini udah sering nulis buat jurnal internasional. Karena abstract dan keyword adalah mandatory kalau mau kirim naskah ke jurnal internasional.

Terus kalau anda berhadapan dengan dosen tua, mungkin dengan sedikit-dikit mengutip, lalu penuhi tiap halaman dengan footnote 10 centi meski tidak substansif, mungkin membantu. “like in USA(footnote) and South Africa (footnote)” dan di footnotenya dijelaskan sejarah singkat Amerika dengan gaya “for further analysis see book anu and book anu anu anu by anu anu anu. Padahal yang kita lagi bahas sangat jauh dari konteks itu. Tapi usahakan serelevan mungkin. Hal ini akan membuat sang dosen berpikiran positif, gile ini anak udah banyak sekali membaca. Wah anak yang rajin.

Walau sungguh jarang ada dosen bule bisa dikibulin model begini.

Thesis

Nah kalau ada yang tahu bagaimana caranya mengembalikan konsentrasi full agar thesis cepat kelar. Kasih tahu saya yah…

Tuesday, June 05, 2007

books on my shelf



Melirik rak buku sejenak. Tercetus ide. Ingin membuat sedikit review singkat beberapa buku yang saya dapatkan di negeri Belanda ini. Siapa tahu berguna. Seru juga kalo mengingat sejarahnya. Beberapa saya dapatkan dari bookfair, yang pasti banting harga gila-gilaan hingga 90 persen. Beberapa pemberian dari para sahabat.

Inilah beberapa list buku, selain law text book dan Lonely Planet. Menemani mengusir kepenatan di waktu luang atau disela-sela perjalanan kereta antar kota.

Robert Slater, No Such Thing as Over-Exposure: inside the life and celebrity of Donald Trump.

Saya dapatkan dari bookfair Amsterdam, cuma 5 euro. Buku yang sangat saya cari, buku ini mengupas sisi lain dari Donald Trump, dan sempat di-sue oleh Trump sendiri. Sangat kontroversial.

Stephen E. Ambrose, Band of Brother.

Juga dari bookfair Amsterdam, cuma 3 euro. Termasuk dalam list buku idaman saya. Akhirnya dapatnya disini setelah dulu menghilang dari rak-rak QB dan Aksara. Siapa dan bagaimana Major Winters, Lieutenant Spears, dll. Kalau sangat mencintai filmnya, maka buku ini sangat layak, untuk mengetahui lebih dalam gambaran semangat asli para karakternya.

Bill Kovach and Tom Rosenstiel, The Elements of Journalism: What Newspeople Should Know and The Public Should Expect.

Bookfair Amsterdam. 1 euro. Ya benar. Tahu sendiri harga aslinya cukup lumayan mahal. Dan sesungguhnya saya sudah punya 2 eksemplar buku ini di rumah. Namun saya tidak kuat menahan untuk tidak membelinya lagi. Belum saya sentuh sama sekali, karena sudah pernah saya baca isinya sebelumnya. Saya jadikan hadiah untuk seorang sobat yang baru lulus kuliah dan becita-cita mulia akan berkecimpung di dunia jurnalisme.

Karen Amstrong, Islam: A Short Story

Bookfair Rotterdam. 3 euro. Namanya tentu sudah jaminan. Sayang hingga saat ini saya belum mengelarkan tuntas hingga halaman terakhir.

Jack Goldsmith and Tim Wu, Who Controls the Internet? Illusions of a borderless world

Bookfair Rotterdam, 7 euro. Sangat direkomendasikan, penuh referensi kasus-kasus klasik hingga terbaru. Dari Yahoo inc v. France, RSS, blogger, internet cencorship di China, juga napster dan youtube. Dituangkan dengan bahasa yang enak mengalir.

John Gray, the Essential Mars and Venus.

Bookfair Rotterdam, 2 euro. Hehehehe, yang ini ceritanya untuk lebih memahami perasaan wanita, lebih melanggengkan hubungan lah. Begitu kira-kira.

Joel Achenbach, It Looks Like A President Only Smaller

Bookfair Rotterdam, lupa harganya karena udah dicabut. My fave book. Mengikuti jejak kampanye presiden Al Gore tahun 2000, saya paling senang mengikuti campaign sejak primaries, convention, hingga debate. Wartawan Washington Post ini menuliskan hasil penguntitannya pada kandidat.

Rooie Oortjes.

Di bookfair rata-rata 2 euro an, saya pasti beli beberapa. Hehehehe. No comment ah. Ini souvenir Belanda paling menarik.

Anne Hooper, Can You Pass The Sex Test?

Huhuhuhu ini kado pemberian si Kiki dan Odi botak. Isinya lebih parah dari judulnya, hehehe penuh ilustrasi berwarna juga. Thx.

Madelaine Albright, The Mighty and The Almighty: Reflections on America, God and World Affairs.

Kado dari Imam Nasima, wah my fave book, sisi lain dari kebijakan luar negeri Amerika disajikan dengan pemaparan yang tidak biasa. Luar biasa.

Yann Martel, Life of Pi.

Pemberian dari Meli. Sudah sangat terkenal, luar biasa idenya, juga didukung gaya bertuturnya. Masih tahap dibaca.

Adhitya Mulya, Alaya Setya, Iman Hidayat, dan Ninit Yunita, Travelers’ Tale Belok Kanan: Barcelona!

Buku ini saya pinjam dari Kiki, hehehe sudah khatam 2 kali. Sebentar lagi akan dikembalikan ke empunya. Luar biasa, sebuah mahakarya. Saya merasa beruntung bisa membacanya pas berada di Eropa. Sangat direkomendasikan. Inspiratif dan menghibur.

Jeremy Blachman, Anonymous Lawyer.

Selexyz Broese bookstore, 13 euro. Memanfaatkan voucher beli buku 10 euro pemberian hasil bantu-bantu conference yang digelar International Alumni Utrecht. Buku idaman yang sudah lama dinanti akhirnya dimiliki, baru tadi pagi belinya. Siap dibaca. Sebuah kisah satir akan kehidupan corporate lawyer dalam bentuk blog dia yang kocak. Pilihan ini harus bertarung dengan The World is Flat-nya Thomas Friedman atau salah satu judul graphic novel -nya Joe Sacco.

Andrea Hirata, Edensor.

Buku ketiga dari Tetralogi Laskar Pelangi. Sebuah karya yang menakjubkan. Karena penasaran membaca kisah petualanan tokoh si ikal di eropa, saya bertekad harus membacanya saat di eropa. Jika tidak berhalangan buku ini akan tiba tanggal 8 Juni 2007 malam, semoga titipan ini tidak terlupakan. Tak kuasa saya menunggu.

Saturday, June 02, 2007

Ober, graag een tafel voor twee personen!


Petualangan kembali terjadi. Kali ini berlokasi di Den Haag, dimana Pasar Malam terbesar sebelanda, Tong-tong, digelar.

Tim Utrecht kali ini direkrut untuk menyemarakkan perhelatan akbar ini. Pasukan khusus diminta terjun di sebuah warung surabaya yang kewalahan dengan pengunjung yang membludak.

Baiklah, saya mulai cerita ini dengan deskripsi tawaran kerja ini. menjadi ober. Apa itu ober? Ober adalah pelayan atau waiter dalam bahasa belanda. Kami menjadi ober di stand Waroeng Surabaya milik ibu Patricia Hartono. Warung terkemuka ini cukup popular dari tahun ke tahun. Dari seleb belanda seperti artis beken Tillman Brother, Seleb Indonesia, Pejabat teras, semua sering berkunjung setiap hari.

Hmmm tawaran mendadak yang menggiurkan. Tidak ada yang salah dari pekerjaan ini, sangat menarik. Tiap hari selama seminggu bisa makan nasi kuning, sate kambing, dan masakan indonesia lainnya dengan gratis. Pulang bisa nenteng bungkusan martabak telur atau manis. Pasokan rokok kembali hadir, Gudang garam surya dari Warsito, si tukang martabak Surabaya, dan Sampoerna Mild dari si Ridwan kepala stok gudang. Bayarannya pun lumayan, sedikit diatas standar UMR DKI Jakarta.

Perhari.

Oh ya, kami bukan sembarang ober, hehehe. Kalau stand lain kebanyakan yang kerja adalah mahasiswa S1, di waroeng surabaya, obernya minimal mahasiswa S2 atau PhD kandidat, cieh. Tentunya pelayanan dan servicenya lebih memuaskan. Hiburan-hiburan dan atraksi adalah nilai plusnya. Nggak kalah dengan stand Satay Bar yang Syur abis.

Inilah para ober asal Utrecht, kali ini dalam seragam kerja: Detty sang captain, Kiki, Gue, dan Radja. Kita semua pakai tas pinggang untuk menampung limpahan Euro, bukan untuk ngikut gaya Ariel Peter Pan. (foto 1)













Saat saya melayani pengunjung, terutama atraksi membawa baki penuh makanan dengan kecepatan tinggi, layak diabadikan. Untungnya ada kawan Ririn yang datang berkunjung bersama suaminya Jeroen, dan dia berhasil memotret saya. (foto 2)

Ada banyak cerita unik saat kami bekerja, terutama dalam melayani memuaskan langganan. Ada Oma-oma atau tante-tante yang senang datang setiap hari untuk menikmati hidangan dan tambahan layanan spesial kita. Kiki hadir dengan cerita akan pelosok negeri Indonesia, Radja yang simpatik dan tutur kata yang menarik sehingga digoda pasangan Gay, Gue dengan segala dongeng asal muasal Soto Ambengan dan kenapa Rawon kuahnya hitam. Detty yang sempat diajak liburan sama Oma-Oma.

Pekerjaan blue collar ini sepintas sepele, namun dibutuhkan intelegensi tingkat tinggi. Terutama saat menerangkan dengan seksama apa itu tahu campur, tahu gunting, dan tahu telor kepada meneer yang belum pernah liat tahu.


Dan ingat, kita semua kecuali Detty bermodal bahasa belanda yang ngepas banget, modal kursus James Boswell Institut besutan ibu docent Sandra Dwank. Bayangkan bagaimana saya menjelaskan apa itu nasi kuning komplet atau Tahu Gunting Surabaya. Alhasil semuanya kadang menggunakan tafsir sepihak yang mengundang senyum klanten (pengunjung). Radja yang sukses menerjemahkan “pesanan masing-masing dua” menjadi “sepiring berdua”, saya yang kadang lupa antara “Betalen” (bayar) dengan “Bestelen” (pesan). Jadi kadang kita campur-campur dengan bahasa Inggris, atau manggut-manggut lalu kita menoleh ke dua gadis manis keturunan Indonesia yang sudah dari orok di Belanda, fitria dan fanny, mereka kita rayu untuk iseng kembali nanya agar tidak terjadi salah tafsir berkepanjangan. (foto.3) siapa yang menyangka mereka semua masih SMA, gile masih 17 tahun bo. Masih minderjaarig.

Melayani pengunjung, apalagi kalau kita punya jam terbang yang cukup lama sebagai pengunjung, maka kita akan merasakan sensasi yang berbeda. Pengunjung akan puas kita layani, karena kita pernah memposisikan diri kita sebagai pengunjung.







Oh ya banyak sekali hal unik, saya pernah melayani Oma-oma bule umur 95 tahun, gile kata dua anaknya yang menemani dia lahir dan besar hingga umur 25 di Jakarta, terus ke Surabaya sampai menikah punya anak. Jadi dia nostalgia, pantas tanpa melirik menu, dengan bahasa Jawa yang faseh, die pesan Nasi Rawon dan Bir Bintang. Gile bener. Hebat ini nini-nini jaman VOC.



Ada tante-tante yang setiap hari dengan senang minta dilayani sama saya. Katanya mengingatkan dengan suaminya dulu dimasa muda. Halah. Sip deh. Tante senang tante bayar!

“Een kip sate met lontong, twee Lumpia n extra pindasaus, drie Nasi Goreng Ikan Asin. Alstublieft. Eet smakelijk!”


The chef, mbak christina in action































the crew: paulo si philipino, gue, goldwin si seniman mengibaskan 50 euroan di tangan, mas teddy. fanny, kang indra, radja, daniela si bus malam, captain detty.