Thursday, December 25, 2008

bicycle philosophy

“When I see an adult on a bicycle, I do not despair for the future of the human race.” -H.G. Wells-

“Get a bicycle. You will not regret it.”
-Mark Twain, Taming the Bicycle-

“Nothing compares to the simple pleasure of a bike ride.”
-John F. Kennedy-

“Think of bicycles as rideable art that can just about save the world.”
-Grant Petersen-

“Bicycles are almost as good as guitars for meeting girls”
-Bob Weir, Grateful Dead-

“This is their hobby. They have bicycles instead of Porsches or golf clubs.”
-Jennifer Johnson-

“Bicycles are social catalysts that attract a superior category of people”
-Chip Brown-

“Let a man find himself, in distinction from others, on top of two wheels with a chain and his vanity begins to swell out like his tires.”
-
Leon Trotsky-

“The bicycle surely, should always be the vehicle of novelists and poets.”
-Christopher Morley (American author and editor 1890-1957)-

“The bicycle is the most efficient machine ever created: Converting calories into gas, a bicycle gets the equivalent of three thousand miles per gallon.”
-Bill Strickland, The Quotable Cyclist-

“I don’t believe in Peter Pan, Frankenstein or Superman; All I wanna do is bicycle, bicycle, bicycle…”
-Freddie Mercury, Queen, 1978-

“The bicycle is the most civilized conveyance known to man. Other forms of transport grow daily more nightmarish. Only the bicycle remains pure in heart.”
-Irish Murdoch, ‘The Red and the Green’-

“The bicycle is the noblest invention of mankind.”
-William Saroyan, ‘The Noiseless Tenor’-

“In politics, one can learn some things from cycling, such as how to have character and courage. Sometimes in politics there isn’t enough of those things.”
-Guy Verhofstadt, Prime Minister of
Belgium, 2004-

“Whoever invented the bicycle deserves the thanks of humanity.”
-Lord Charles Beresford-

“When you ride a bike and you get your heart rate up and you’re out, after 30 or 40 minutes your mind tends to expand; it tends to relax.”
-President George W Bush, May 2004-

“I thought of that while riding my bike.”
-Albert Einstein, on the theory of relativity-

“When the spirits are low, when the day appears dark, when work becomes monotonous, when hope hardly seems worth having, just mount a bicycle and go out for a spin down the road”
-Sherlock Holmes author,
Arthur Conan Doyle, Scientific American, 1896-



Monday, December 22, 2008

rendezvous dalam lift

Ting tong

Aku memasuki lift kaca itu seperti biasa rutinitas keseharian, turun naik lobby lantai dasar-kantorku di lantai 11- turun ngerokok ke parkiran lantai 8 – balik ke lantai 11 lagi - turun ke lobby lantai dasar lagi. Begitu terus.

Hingga suatu saat,

Sore hari yang usual, seperti hari-hari kerja lainnya.

Ting tong, pintu lift terbuka di parkiran lantai 3.

Sosok manis jelita memasuki lift yang sudah berisi 4 orang itu.

Betul-betul kreasi Yang Maha Pencipta edisi paling mutakhir. Tinggi semampai, rambut bergelombang, cantik luar biasa dengan balutan stocking hitam dan high heel.

Eh, sepertinya wajah ini familiar. Si manis juga menoleh sekilas ke arah ku. Pandangan mata kami bertemu.

Saling berebut menyapa nama. Nyaris bersamaan. Lalu tertawa tertahan.

Ah udah lama sekali, dimana kamu sekarang. Saling menanyakan kabar.

Sang jelita adalah seseorang dari masa lalu yang indah. masa-masa masih berbalut jeans butut dan menyandang ransel butut. Masa dimana bersamanya dapat melihat sisi dunia yang lebih indah.

Ting tong. Pintu lift akhirnya terbuka di lobby lantai dasar.

Saat itu pembicaraan sudah sampai ke:

terakhir kalo nggak salah waktu itu kamu mau married kan ya? Demikian tanyaku mencoba merefresh ingatan.

Ah aku masih sendiri kok, jawab si cantik. Lalu matanya mengerling.

Nomor kamu berapa sekarang? Kata si cantik saat kami akan berpisah langkah. Kami pun bertukar nomor selular.

Kantorku di gedung itu, tunjuknya ke salah satu gedung di komplek perkantoran ini.

Kupanggil namanya dengan agak ragu sebelum ia hilang dari pandangan.

Langkahnya terhenti, lalu menoleh ke arahku.

Wanna join me for a cup of coffee after office hours?

Si jelita mengangguk anggun.






Sunday, November 16, 2008

My First Bike 2 Work

“Traffic jam and high fuel’s price. Don’t get mad. Get a bike.”

-anonymous-


Tekad sudah membulat. Tapi belum pernah kesampean. Hingga suatu saat,

“Lo mau beli ini nggak? Istri gue mau ganti sepeda. Die nggak suka pas gue beli yang tipe ini.” Sebuah tawaran menggiurkan dari senior gue waktu gue iseng numpang wifi sekaligus silaturahmi di kantornya. Sang kolektor sepeda anjrit itu menawarkan salah satu sepeda anjritnya yang sangat menggiurkan. Belum sebulan dibeli dan nyaris jarang dipakai.

Gue emang pengen banget hidup sehat lagi, mengulang kisah sehat saat gue sekolah 2006-2007 dimana gue naek sepeda ontel merek Gazelle sejauh 20 KM pulang balik total 40 KM. tapi
sekarang mah agak ajaib juga kalo mengulang pola seperti itu. Faktor cuaca dan kondisi jalan yang tidak bersahabat. Juga harga sepeda yang makin anjrit, sejak dulu gue beli sepeda Federal.

Kembali ke nasib sang sepeda. Sepeda itu begitu menawan. Harganya yang nggak menawan. Ia adalah Oyama folding bike ban 16 inchi. Sepeda lipat yang praktis. Karena empunya sepeda seorang maniak, maka ia sudah bertahtakan aksesoris yang satuannya mahal bener: lampu gres depan belakang, shockbreaker, sepasang tanduk, ban radial besar, pelapis kabel dan rantai, dua buah bel antik, dan sebagainya.

“Hmm liat minggu depan deh. Gue pengen banget, tapi liat dapet rejeki nggak ya gue minggu depan.” Sejak itu sang Oyama makin kebayang di kepala.

Sebuah telepon tengah malem kepada sahabat yang udah dua tahun naek sepeda kemana-mana.

“Gimana menurut lo men?” konsultasi panjang lebar. Dengan kesimpulan yang makin meyakinkan gue.

Sayangnya transaksi gagal terjadi karena gue gak sanggup nebus harga anjrit itu. Rejeki gue nggak mungkin gue spend semua. Kan gue butuh simpenan buat persiapan ini itu tahun depan.

Hingga suatu saat,

“Lo aja deh yang bayarin sepeda gue, gue nggak terlalu suka ama yang mau beli. Kalo elu yang beli gue rela. Kan elu suka barang yang aneh bin unik.” Sang abang senior menelepon.

“Hmmm harganya turun jadi menarik. Tapi masih anjrit. Dua kali bayar ya bang?”

“sip!”

Suatu malam setelah barang berpindah juragan, dan tekad hidup sehat -ditengah-kepungan-godaan-kolesterol-dan-nikotin- menguat. Gua musti bike to work alias naek sepeda ke kantor. Penasaran, kayaknya sih bisa.

Obrolan via telepon, kembali kepada sang sahabat yang penggowes sepeda senior.

“Wah ada tuh komunitasnya. Hubungin aja, nih gue ada nomor hapenya. Kemaren gue baru kenalan, ada robek, rombongan bekasi, jalurnya lewat kalimalang.“

“Kalo ke kantor kan elu semangat kalo naek sepedanya bareng-bareng jadi seru dan nggak capek. Ada yang memotivasi, kalo keserempet bus kan nggak bakalan kapok.”

Singkat cerita, berhasil kontak-kontakan dengan salah satu member, Oom Ram. Kok Oom? apakah pada tua-tua semua? Hehehe, ternyata komunitas bike to work itu punya sapaan khas. Kalo komunitas biker motor kan panggilannya ‘bro’. nah kalo bike to work itu panggilan tua muda ya ‘Oom’ dan ‘Tante’ hehehehe. Seru juga.

FYI, jarak yang memisahkan rumah gue dan kantor tercinta adalah 15 KM. Takaran didapat dari temen yang ahli ukur jarak.

Hari perdana gowes sepeda, gue bangun pagi. Kumpul di halte Giant pondok kelapa. Jam 6 udah kumpul deh sekitar 30 an Oom2 dan Tante2 bike to work rombongan bekasi. Ternyata banyak yang rumahnya lebih jauh dari gue, macam di Narogong, dan tujuannya lebih jauh dari gue. Sudirman, Majapahit, Grogol, bahkan ada yang ke Priok. Gile.

Setelah kenalan perdana, ditambah pagi itu ada yang bawa kue buat sarapan bersama, wah seru neh komunitas. Mereka hadir dari berbagai profesi. Kalo yang orang Bank biasanya ngebut cepet, karena Bank buka pagi jam 7 hehehe.

Jam 6.30 kita jalan menyusuri kalimalang. Eh cepet lho. jam 7.10 udah sampe aja di meeting point carrefour cawang. terus kenalan lagi sama om dan tante lainnya. dan tak terasa kantor di subroto sudah didepan mata. jam 7.30 sudah memasuki pekarangan gedung.

Saat itu juga manager gedung menegur sopan, gue baru tahu kalo sepeda nggak boleh lewat lift. heheheh. maklum nubie.

Lipet sepeda di kolong meja, terus mandi mandi di shower. Syegar, terus dengan bangga pamer kalo gue sampe dengan selamat ke si assignment editor yang kemaren nyela-nyela, "Mana mungkin rumah lo jauh begitu, lo bakalan sampe. Jalanan ribet kayak gitu, mo ngantor jam berapa lo?" hehehe... doi terkesima. terus memotivasi beberapa teman yang penasaran denger cerita perdana gue. pada kaget kalo ternyata ada komunitas jalan barengnya. apalagi yang didepok juga terkesima karena ada rombongan depok juga.

Rekan kerja sekiri-kanan kubikel pada ngakak semua ngeliat foto di MP. Foto perdana gowes ke kantornya ada yang mengabadikan. Langsung gue taro jadi wallpaper hehehe. Terkesima neh... badan saya yang segede itu nyampe juga ke kantor pake sepeda lipet imut.

Efek keduanya yah, makan dan ngerokok tanpa rasa bersalah hehehe...


Malamnya setelah kelar meeting dengan bos jam 10 malem, dengan nekad nggak mau naro itu sepeda lipet di bagasi mobil temen yang pulang lembur dari Kemang. Pengen ngetes pulang malem pake seli (sepeda lipet). Yo wis, nekad ah, nyalain lampu, mulai deh gowes sendirian.

Eh sampe rumah juga lho. meski catatan waktunya agak molor. 80 menit lah sampe rumah... kalo paginya kan 40 menit bersih. mungkin yang agak salah gara-gara nekat tetep mau pake jins nggak mau ganti celana lagi.

Ah tapi naik sepeda memang nikmat...

wah tak sabar untuk trip berikutnya....

“I want to ride my bycle…”

-sayup-sayup suara MP3 Queen dari meja depan-








yang gemuk-gemuk foto dulu












halte robek, depan giant pondok kelapa













meeting point kedua, depan carrefour cawang















kite liat rupa gue sesudah 3 bulan


gowes perdana dapat dilihat videonya di sini

Monday, October 27, 2008

Percakapan bodoh suatu sore di sebuah cafe








The morning show producer - You know what we should do? We should leave, together.

The senior cameraperson - Leave? What do you mean leave?

The morning show producer - Leave this company, together, I mean all of us, the whole package, then come to other news station as a package. We are practically every single one you need to run a news channel, right? We’ve got you, the senior cameraperson, your portfolio will make any TV station drool over. We’ve got you, the talented news anchor who got his company won many awards in a year. We’ve got you, the young talkshow producer, who can get almost any important guest appeared in our show. We’ve got you, the assignment producer, who always accomplished any impossible or ridiculous assignment…

The graphic producer - And where do I fit in this?

The morning show producer - We’ve got the one workaholic bastard who’s so high on his job he would stay up at this office until 3 in the morning thinking of how the visual look of this channel.

Everyone - Hahahahaha!

The graphic producer - (still laughing his ass off) You’re funny.

The morning show producer - And we’re all funny.

The field producer - (coming over to the table) Hey, sorry I’m late. You know how that live report can go… Anyway, remind me, why are we meeting here again?

The morning show producer - exactly why we all should move to another TV station which - with all the things that we have to offer - will pay us at least twice.

The news anchor - That won’t help us, you know, spending-wise. As the number of your disposable income increase, your needs and spending habit will also multiply exponentially.

The morning show producer - We’re practically a dream team here on the table.

The field producer - (stirring her coffee) What is this thing about the dream team?

The talkshow producer - Our friend here thinks that we should form a team and leave the company together.

The field producer - Leave? Where?

The morning show producer - Anywhere. As a whole package. We deal - you know, the remuneration package, the whole shindig - as a team. It’s like pay up this much and you’ll get a whole package. The best talents nurtured by the best TV station.

The field producer - Is that even doable?

The news anchor - I think I’ve read about it somewhere. A whole team of engineers moving from one oil company to the next.

The assignment producer - Anyway, which TV station do you have in mind particularly?

The morning show producer - ****, ***, and *******

The field producer - The first two sound about right, but ******* treats people like shit.

The morning show producer - How do you know?

The field producer - I have a friend who’s a human resource specialist, he knows every HR practice in every TV company in this country.

The news anchor - As long as we’re talking about what kind remuneration package we want, I’m gonna throw in: better car.

The assignment producer - What? What is that gonna do you? You don’t even drive.

The news anchor: I don’t drive but I use the car, right?

The field producer - You know what I want? Fashion allowance.

The senior cameraperson - Here here!

The graphic producer - What the hell are you talking about? Fashion allowance?

The field producer - Extra allowance in our monthly salary to get the best fashion items, to maintain our looks, you know. Shoes, bags…

The graphic producer - Hahaha, that’s gonna kill the whole deal right there. No company is stupid enough to grant people like us something as extravagant as the so-called fashion allowance.

The field producer - I’m serious. The other day, I busted my high heels on Parliament building. I think I should deserve some kind of compensation, don’t you think?

The morning show producer - Yeah, good luck with that.

The senior cameraperson - Whatever, man, as long as there is no stupid uniform policy.

The assignment producer - Unlimited Blackberry and phone bill would be nice.

The talkshow producer - What’s wrong with the one you have now?

The assignment producer - The 300 a month crap? I spent at least three times as much each month!

The field producer - Maybe if you weren’t using it to sweet-talk every girl in our office …

The assignment producer - Getting jealous, are we?

The field producer - Hahaha, you wish!

The news anchor - (to the morning show producer) Why are you so quiet all of a sudden?

The talkshow producer - And what is that you’re writing on that stupid napkin?

The morning show producer - (smiling ear to ear) Our minutes of meeting. The list of remuneration package that we’re gonna ask from **** and *******.

The assignment producer: On that? You’re gonna hand our dealing points on a piece of napkin?

Everyone - Hahahahaha!



*Dicontek dari blognya ika natassa

Sunday, October 19, 2008

Nikmatnya Cuti

Menikmati hari-hari cuti. Kemarin 50 hari gue rodi nggak libur-libur. Alhasil tercipta jatah libur 14 hari. Gue ambil 10 hari dulu alias 2 minggu full. Tanpa rencana liburan jauh-jauh. Hanya untuk merefresh kepala dan menyelesaikan beberapa kerjaan pribadi yang terbengkalai. Sisanya serahkan pada yang namanya spontanitas.

Hari pertama cuti, gue buka dengan memasak toast yang lezat untuk pembuka hari. Lanjut nge-gym, gue berjanji pada diri sendiri untuk rajin work out setiap hari, untuk membayar kerja rodi 2 bulan penuh yang tidak memberi kesempatan olahraga.

Alasan lainnya, tentu agar tetap bisa makan kaya cholesterol. Sohib gue sang juragan Johan mengajak makan siang di resto barunya, ‘Soto Betawi Johar’ di jalan jati waringin pondok gede, depan universitas As Syafiiah. Makan siang yang dahsyat! Soto betawi resep turun temurun keluarga Johan memang mantab juara! Disertai canda tawa kawan-kawan dan Babehnya Johan.

Open ticket tersedia, reservasi resort juga tersedia, tapi sepekan pertama ini nampaknya gue akan konsentrasi ke beberapa urusan mendesak. Salah satunya yang diharapkan akan menambah pundit-pundi account persiapan kawin gue, hehehehe.

Friday, October 03, 2008

Lebaran ngapain aja?

















Well, kalo gue mengisinya dengan kegiatan yang bermanfaat, bermanfaat untuk gue tentunya hehehehe. Berikut sekelumit:

sudah tahukan kalo gue terus menerus rodi di kantor tanpa hari libur, nah seperti biasa kendala selalu ada sehingga malam takbiran berkumandang gue masih ada di kantor juga loh.

Hari lebaran pertama, jam 2 pagi. Proses editing super Spartan sudah kelar. Sambil nunggu print to tape, gue dan seorang editor gondrong mencari makan karena kelaparan belum makan malam. Serasa sahur, kami akhirnya menemukan tukang pecel ayam yang masih buka di sekitaran mampang. Satu diantara pedagang yang memilih tetap mengais rejeki ketimbang mudik.

Jam 6 pagi, sudah di rumah orang tua tentunya, gue dibangunkan nyokap untuk sholat ied. Gue ngotot musti ngopi dulu sebelum mandi karena ngantuk berat, dan berangkat telat jam 06.30. Cuma gue doang, karena yang lain sudah berangkat duluan.

Bergabunglah gue dengan ribuan jemaah masjid Nurul Islam yang berjarak 30 langkah dari rumah gue. Dan sukseslah gue mendapat tempat menebarkan sejadah di barisan luar, di jalanan dekat got. Itu pun udah pake jurus nyelap-nyelip.

Selesai sholat ied, ritual bersalam-salaman sekaligus reuni. Nyalamin banyak bapak-bapak. Ramah tamah, basa-basi dan terus basa-basi lagi. Gue sempat ketemu mantan penjaga SMP gue dulu dengan anaknya ditengah ribuan jemaah, bersalaman, beliau sudah lama pensiun.

Lanjut seperti tahun ke tahun, para dedengkot karang taruna menguasai pos hansip, di depan pos hansip kita reunian abis sholat ied. Saatnya bertemu ketua karang taruna yang kembali ke rumah orang tuanya, bendahara karang taruna yang kini jadi bendahara RW, muke-muke remaja jaman dulu yang nongkrong di lapangan bulu tangkis, yang kini pada berkeluarga dan tinggal jauh dari komplek ini. Semuanya kembali ke habitat masa kecilnya. Serasa muda kembali.

Salam-salaman dan berpelukan, meski usia kini sudah kebanyakan bukan teenagers lagi, dan seperti biasa para jemaah harus melewati pos hansip ini seusai sholat ied, dan bersalaman dengan kami semua yang berjejer layaknya pager bagus among tamu kawinan.

Disini ritual paling seru berlanjut, “wah itu kan si itu udah pulang dari jepang?” “wah si itu tambah cantik aja,” “yang dulu gue gendong pas bayi udah ABG tinggi cantik aja.” “Anaknya pak itu sekarang gemukan?” “Gebetan elu tuh men sekarang ama suaminya tuh”, dan “Wah kamu sibuk melulu sekarang gemukan” kata seorang ibu-ibu ke gue. Lumayan, ini lah saatnya mengupdate perkembangan warga komplek. Sekalian cuci mata melihat anak-anak gadis sepermainan tempo dulu dan bocah-bocah yang gue gendong tumbuh dewasa.

Bubar, balik ke rumah. Di rumah lanjut bermaaf-maafan dengan keluarga, langsung sarapan makan ketupat, beserta makanan-makanan hantaran tetangga. Menu favorit gue dari masa kemasa adalah gudeg super enak kiriman ibu Sabarno, sohibnya nyokap gue. Ini jatah gue semua. Ibu yang satu ini juara banget deh masakannya.

Selepas makan, beberapa tetangga yang keliling datang untuk bersalam-salaman.

Lanjut, sekeluarga berangkat mudik. Gue? Gue memilih tinggal jaga rumah, karena terlalu lelah. 50 hari non stop rodi, nggak lah kalo harus menempuh perjalanan mobil ke jawa lalu susah sekali rebahan leha-leha di tempat embah gue. Mending gue istirahat total di rumah.

Sebelumnya gue minta tumpukan ribuan ke nyokap gue, untuk antisipasi serbuan bocah-bocah. Gue lupa nukerin uang soale.

Rumah kosong melompong. Gue lanjut keliling komplek ke rumah beberapa sobat masa kecil gue, tempat gue dibesarkan. Datang untuk bersalam-salaman di rumah mereka adalah wajib. Biar bagaimanapun ikatan keluarganya kental sekali, lha gue numpang makan tidur dari kecil di situ juga.

Balik ke rumah, gue menikmati tontonan tahun ke tahun. Warkop DKI. Gosh, Eva Arnaz sungguh memukau cantik luar biasa. Terus gue tidur deh melanjutkan istirahat gue yang kurang.

Bangun tidur, lanjut ritual gue, makan siang sembari nonton DVD. Untung gue sempat beli tumpukan DVD. Kini waktunya menonton semua itu, setelah yakin tidak ada lagi film Warkop di TV, atau ada film seru di HBO. Gue memilih menonton Starship Trooper 3. Seri pertamanya adalah film favorit gue.

Selesai menonton, gue ngantuk berat, tidur lagi brur…

Dibangunkan oleh beberapa kali suara SMS-SMS dan telepon-telepon maaf lahir batin. Salah satunya seorang anak muda berbakat di kantor yang sangat antusias, gue janji ngajak die ngupi-ngupi cuma belum sempat aja. Sangat simpatik anak ini.

Dan… telepon dari seorang senior produser, ada masalah dengan salah satu kaset episode yang harus tayang besok. Sebelumnya pagi juga sudah dikabarkan oleh sang editor gondrong. Duh alamat gue harus ngantor buat ngecek itu masalah besok, untung gue nggak di Jawa. Terus tidur lagi deh gue karena masih lelah.

Bangun tidur, rumah dalam keadaan gelap. Menyalakan semua lampu-lampu rumah. Hujan badai membuat perut lapar ingin sekali sate kambing. Namun apa mau dikata, lebaran hari pertama gue yakin semua tukang sate se-Jakarta pasti nggak ada yang buka. Keinginan nomor dua adalah Pizza, namun juga tutup. Akhirnya ngalah dan dengan berat hati menelepon franchise terbesar di dunia yang gue benci. Malam itu gue makan malam cukup dengan bigmac, double cheese burger, 2 fries dan 2 cola supersize saja. Dinikmati sembari menonton DVD Iron Man.

Malam makin larut, DVD nya sudah beda, kini yang diputer film-film besutan sutradara Rocco Siffredi, hehehehe.

Lebaran hari kedua,

dibangunkan jam 9 oleh telepon sang editor gondrong, gue nggak perlu ke kantor, problem teknis sudah beres, hanya salah preview saja. Thanks God, gue bisa lanjutin proses recovery gue.

Mengumpulkan nyawa sembari menyalakan TV, warkop DKI lagi. Kali ini dengan trio favorit gue: kiki fatmala, gitti srinita dan malfin syana. Ini episode menarik (gue apal semua film warkop) ini episode dimana inneke koesherawati debut perdana sebagai salah satu cewek figuran. Terlihat masih kurus dan innocent.

Ngopi pagi sembari browsing internet, browsing-browsing nggak jelas.

Telepon dari konco gue si SP. SP udah males di rumah ngajak jalan. Dijemput jam 12. Gue yang merasa belum cukup istirahat fisik mengiyakan karena tergoda merasakan lalu lintas lowong Jakarta.

Makan siang sudah bosen dengan menu Lebaran, gue memilih memasak indomie goreng.

SP datang, kita melaju dengan mobilnya. Kemane kite? Gue bilang kalo gue lagi mau belanja supply makanan dan toilettes, die setuju dengan ide gue. Die juga kurang supply di rumah.

Tujuan Carrefour, tapi bosan dengan Carrefour langganan kita, dengan jalanan yang lowong kapan lagi kita bisa leluasa? Akhirnya kita pilih melongok Carrefour Mall of Indonesia. Kita belum pernah kesana dan males banget jalan kesana kalo hari biasa. Sekalian juga kita mensurvei beberapa ruko di kawasan situ yang memang terkenal tempat hiburannya di milis-milis. Laksana detektif, akhirnya beberapa kawasan yang memang tutup bisa kita ketahui lokasinya.

Mall of Indonesia atau MOI. Enaknya lebaran kita bisa dapat parkir di pekarangan luar tidak di basement. MOI masih kosong belum banyak tenant, konsepnya banyak tempat hiburan bocah di dalamnya. Hari itu yang buka cuma Blitz dan Centro. Gue menyempatkan beli makanan yang gue idamkan di counter pusat jajan. Camilan manisan mangga dan manisan salak.

Lanjut ke Carrefour di basement MOI. Gue ingat udah lama gue diingatkan untuk ganti helm, karena helm gue sudah hancur berat dan gue belum sempat nyari gantinya. Kebetulan di sini sedang sale, langsung gue jatuh hati dengan sebuah Helm.

Selebihnya gue membeli 2 six pack Cola (Zero dan Classic), Deodorant Spray, sikat gigi Oral-B, shampoo Pantene, roti perancis gede, dan mencoba produk mash potato instant.

Sedangkan SP terpikat dengan sebuah tas Gym untuk mengganti tasnya, dan beberapa kebutuhan pria serta supply makanan.

Selesai membayar di counter, mall satu ini emang terlampau gede ampe lupa nyari jalan keluarnya, walhasil 15 menit dihabiskan mencari-cari di mana pintu keluar.

SP masih kepingin mencari flash disk micky mouse, tiba-tiba dia ngidam begituan. Kenapa tidak kita ke Mangga Dua mumpung jalanan kosong. Pergilah kita meluncur kesana, sembari mendengar lagu ‘Forever Young’ di radio.

Perjalanan ke Mangga Dua dari Kelapa Gading, akibat ngotot sekali-kali nggak naik tol, membuat kita sedikit nyasar di jalan-jalan sekitaran tanjung priok, tapi gue menikmati pemandangan kapal-kapal di pelabuhan tanjung priok.

Mangga Dua Mal tutup, feeling gue mengatakan kenapa tidak kita mencoba ke Mangga Dua Square yang gede itu. Kite penasaran isinya apaan. Kalo lalu lintas normal pasti males banget ke daerah beginian.

Ternyata rame disini, serasa di Hong Kong, meski tidak terlalu ramai.

Disini gue menemukan pusat elektronik, baju, dan lainnya. Sayangnya flash disk tidak ketemu disini. Yang ketemu malahan tambahan supply DVD, plus kita nyasar ke salah satu FO. Gue malahan nemu polo keren seri Tiger Woods, sangat bagus sehingga SP juga ikutan beli. Hunting iseng yang seru karena spontan.

Serial menikmati hidup dilanjutkan pas keluar dengan perut sudah lapar. Tapi sumpah males banget makan di mal, serasa kerja atau lagi meeting bisnis. Ndilalah, di pekarangan luar ketemu tempat yang cozy. Arena makan outdoor dengan pemandangan lampion dan pagoda merah. Langsung cocok, duduk deh. Lagi-lagi beruntung kita menemukan nasi Hainam terenak sejauh ini. Porsinya jumbo lagi. Gue dan SP menghabiskan 2 nasi ayam hainam dengan sayur pokcay, ayam rebusnya gurih sekali bumbunya, minumnya es teh liang, wuidih. Tak lupa dessertnya es sekoteng medan.

Masih tidak rela pulang cepet, SP mengusulkan mencari-cari buku. Tapi tetep kita nggak mau yang biasa, ngapain ke Gramed Matraman kalo Jakarta lowong, beloklah kita ke Grand Indonesia, mal yang bikin sebel karena juga kegedean. Tapi kita berdua penasaran dengan yang katanya the best Gramedia in town.

Terkesima dengan sistem masuk ke parkiran yang terlalu patah beloknya, kita sebel karena capek naik eskalator. Akhirnya sampai di Gramedia di west mall. Interiornya keren, beda jauh, lebih mirip toko buku asing. Buku berbahasa inggris yang gue cari tidak ada di English section, dan cukup jauh kalo harus jalan ke Kinokuniya di east mall, ya sud ke bagian buku lokal.

Di situ gue nemu dua buku yang udah lama gue cari, kisah si Jambul Putih, behind da scene-nya Adnan Buyung Nasution, berisi kisah ringan dari tonik rambutnya, pola hidupnya, dan semua kisah yang menjadi pertanyaan orang tentang hidup Bang Buyung, penulisnya tak lain, yang sering kita kontak kalau mau interview si Abang, yaitu mbak Bunga, sespri media beliau. Akhirnya buku ini ketemu.

Satu buku lagi adalah novel ‘a very yuppy wedding’ novel pertama Ika Natassa, gue baru selesai baca buku keduanya ‘Divortiare’ dan itu seru banget. Sama seperti dulu Dan Brown dan ES Ito, menurut gue, gue harus beli buku pertamanya kalau tulisan dalam buku kedua gue suka banget. Gaya bahasa dia asyik banget. Segar dan gurih. Two thumbs up buat Ika. Elu penulis yang gue suka, gue baru menemukan dan menikmati buku dengan model penulisan seperti ini semenjak Fira Basuki dan Dee.

Si Gramed yang keren ini juga saking kerennya, tas belanjanya beda. Bukan plastik belanja dengan logo gramed yang garing. Tapi lo dapat tas belanja item model beli parfum, dengan warna item elegan dan tulisan ‘the right place for smart people’ terus sisi sebelahnya ‘enlighting minds, expanding horizons’ keren!

Pulang deh sampe ke rumah. Masih sempet tengah malam, sembari menonton DVD 10,000 BC, mengetes itu penemuan baru, mash potato instant yang tinggal disiram air panas, mantap! Setuju berat, besok laen kali ke Carrefour tinggal borong aja.

Menunggu kantuk sembari membaca-baca kedua buku tadi.

Demikianlah, maaf lahir dan batin semuanya! Saya dan Luna Maya beserta tim produksi sinetron kiamat hampir habis, mengucapkan selamat hari raya idul fitri. Hmwuah!










kantong gramed








nasi ayam hainam plus es teh liang medan



Saturday, September 13, 2008

a cup of mocca latte, zip it slowly

Another task accomplished. Sebuah pekerjaan khusus yang membuat gue hampir sakit jiwa temporer. Kalau tidak ada sokongan dari kawan-kawan sejawat yang asyik-asyik, tiap malam bawaannya mau ngedraft surat resign dan ngisi formulir lamaran PNS PT Pegadaian. Hehehe. Terima kasih kawans, kalian penghilang stress nomor satu memang.

Sebuah talkshow khusus 13 episode dengan 91 narasumber maha penting yang harus rampung dalam 4 minggu tanpa jeda. Sebuah kerja marathon penuh riset, lobi, desain produksi, desain teknis, dan perjuangan melelahkan lainnya baik fisik maupun mental. Menghabiskan 5 slop rokok, 5 galon kopi hitam, 5 krat vitamin C UC 1000, 5 box madurasa, dan sebotol sabun cair untuk mandi di shower kantor.

Sebagai seorang bujangan, perayaan paling enak dari penyelesaian sebuah tugas adalah: tengah malam buta bersama satu brown bag besar berisi American junk food full cholesterol, sofa malas, dan menonton kembali HBO yang menayangkan ‘Any Given Sunday’. Kemewahan sederhana yang rasanya setara dengan menghabiskan 2 gelas kopi dengan seorang wanita cantik. Sudah 4 minggu ritual terakhir ini sempat hilang.

Keesokan harinya bangun siang. Sebuah kemewahan, setelah empat minggu rodi dari jam 9 pagi hingga jam 3 pagi dini hari tanpa jeda libur sama sekali.

Lanjut masih harus masuk kantor untuk urusan administrasi, tanda tangan-tanda tangan yang terbengkalai. 2 hari seperti itu, dilakoni dengan kabur cepat dari kantor, dan akhirnya bisa hang out untuk beberapa meeting yang tertunda.

Hari libur tiba. Cuma dikasih jatah 2 hari dari 8 hari libur. Bangun tidur langsung bikin appointment with my fave barber. Program show ini membuat rambut gue cepet banget gondrong. Penampilan rapih, lanjut relaksasi ke ZEN. Jurus-jurus massage sang therapist membuat gue bugar kembali. Lanjut bobo-bobo santai sembari nonton tumpukan DVD di rumah.

Malamnya bikin senang orangtua gue, dengan menyambangi sembari membawa 3 bungkus ukuran jumbo Chinese food favorit mereka. Lanjut malamnya khusyu menulis manuscript gue yang belum kelar. Tinggal editing aja sebelum dibawa ke penerbit yang sudah antusias.

Lanjut tidur. Hehehe. Terus sore-sore bangun deh dandan. Shaving dan aftershave juga wajib. Kan nggak boleh tampil lusuh di depan wanita cantik. Undangan buka puasa bersama sudah membludak. Gue sempatin hadir di semuanya, namun susah juga karena tergantung stamina, jadi gue datengin yang gue udah komitmen duluan.

Badan masih kendor, otot sudah tidak sempat dilatih ke gym 4 minggu ini. Bulan puasa juga tidak kondusif untuk olah bugar. Jadinya istirahat penuh saja me-recharge stamina yang terkuras. Waktu luang sangat mewah sekali akhir-akhir ini, digunakan semaksimal mungkin untuk membaca beberapa buku-buku to feed my brain.

Saat ini: browsing-browsing nggak penting, update-update situs-situs pergaulan sosial, milis, blog, dan tentu saja chatting dengan beberapa teman. Menyusun rencana untuk menggunakan sisa jatah libur di sebuah resort indah di Berau jatah teman yang sedang riset lapangan.

Advice of the day, “Enjoy your leisure time while it last, buddy.”

Mengenai acara tersebut, bisa didownload di sini .

keterangan foto di atas, semua bermula di meja ini: data kontak dan schedule narasumber, tumpukan data riset dari berbagai instansi yang musti diolah, post it berisi telepon-telepon yang masuk dari berbagai humas, ajudan, sespri, dsb. Bungkusan makanan penahan lapar, charger handphone yang tidak boleh mati Karena terus menerus berdering, gelas kopi, staples andalan, wallpaper gambar Al Gore pembangkit semangat, tumpukan data yang terus menggunung tiada henti, buku-buku referensi: Memoar Abdul Rahman Saleh, Janji SBY, memoar Dino Patti Djalal, buku Bappenas, report Departemen PU, report Departemen Keuangan, dsb. Map clipboard biru andalan berisi rundown yang terus diupdate, sebotol vitamin, dan jaket tebal penahan AC yang dingin.










Saturday, August 16, 2008

Kenapa ya gue selalu terlibat beginian?

Dari dulu emang gue tau gue dikutuk untuk hidup tidak normal. Jalan hidup, karir dan masa depan musti dilalui dengan pola sedikit luar biasa. Kadang gue berharap untuk beberapa saat aja gue bisa hidup normal.

Nah kejadian lagi deh neh, duh semoga aja semua cepet beres dan cepet kelar. Dengan hasil yang bagus juga. Kadang gue curhat ke kolega kantor seperti tadi malam (tadi pagi buta sih tepatnya, saat tinggal 2-3 manusia
malang tersisa di ruangan) kenapa gue, kenapa gue, kayak nggak ada orang lain aja buat dijadiin tumbal ngerjain proyek beginian. Cari kek yang lebih senior atau kerjain keroyokan tim. Bisa jadi ini kepercayaan, bisa jadi nggak ada yang mau disuruh ngurusin beginian (that’s make me typical Michael Clayton)

Gue bangun kaki senut-senut, petanda tak sehat. Apakah kolesterol? Gue ingat minggu ini gue cuma makan paru-paru binatang dan emping melinjo, sebenarnya normal tapi mungkin karena sudah 2 minggu gue cuma sempat nge-gym sekali doang, itu pun tread mill buat jaga kondisi stamina, nggak sempat bench press.
Sisanya rodi di kantor ditambah kandungan nikotin dan kafein (kopi dan suplemen) yang cukup tinggi. Tingkat stress juga sedang tinggi sekali.

Dulu banget gue pernah bilang ama OB di kantor yang suka nawarin kopi malem-malem, tapi gue nolak. Gue bilang gue cuma minum kopi di kantor kalo udah stress banget di tempat kerja. Gue selalu minum air putih atau teh. Hanya segelas kopi susu untuk pembuka mata pagi hari. Sudah dua hari ini malem-malem menjelang pagi gue ngaduk sendiri segelas gede kopi hitam.


Inilah yang menyebabkan hari ini gue sempetin ngabur ke gym sejam terus ke giant mengisi keranjang belanja dengan yang sehat-sehat, vitamin c dosis tinggi, madu ginseng, jambu klutuk dan pisang. Semoga bisa membuat badan tetep kokoh hingga rodi gue kelar 3 minggu lagi.


Bukan gue doang yang curhat, di smoke chamber pantry room at the office, semua curhat juga. Tadi pagi juga ada rekan binyo yang nelpon bangunin gue sekedar curhat panjang.
Tapi, memang kondisi saling mendukung itu yang mahal dan bikin lo betah. Stress berat elu bisa hilang. Kemarin kemampuan gue sebagai aktor watak sempat hilang, muke gue terlihat kusut. Sampai seorang presenter menghibur gue (biasanya gue yang menghibur dia, memupuk rasa pede dia) katanya, kalo gue sampai nggak bisa senyum dan stress begitu, gimana dia. Ah itu sungguh membangkitkan secercah semangat. Belum lagi ditambah lawakan salah seorang produser dodol yang kalau stress seru banget, lumayan menghibur. Juga seorang produser sport yang gayanya cuek katro tapi sebenarnya kaya dengan nasihat bijaksana.

Gue sempat kabur sebentar tadi malam, dijemput sohib gue. Sang 2300 US$/month lawyer, kita kumpul-kumpul sejenak menghisap sisha di menteng, bersantai menghisap asap tebal rasa buah sembari melirik cewek-cewek pesisir timur tengah. He’s not happy with his job. Stress juga. Dia bilang kadang dia ngamuk-ngamuk malam-malam menyadari kenapa dia harus lakukan ini itu, yang menghibur dia adalah, dia dibayar mahal untuk itu. Nah kalo gue? Hehehe.


Dua sohib gue bergabung juga, seorang rising star di deplu, a chievening scholar and also fullbright scholar yang bentar lagi mau posting.
Ditambah seorang gendut aktivis NGO yang akan berangkat menimba ilmu di negeri orang.

Nah, hasil dari kabur sebentar sebelum balik lagi rodi di kantor yah, kesimpulannya kadang kita suka merasa stress berat akan beban kita, namun itu manusiawi. Jalan satu-satunya adalah seperti kata tokoh Nigel dalam Devil wears Prada, “Lo tuh harus ingat, masih banyak sekali orang-orang tidak beruntung di jalanan sana yang rela bunuh-bunuhan buat mendapatkan posisi seperti elu.” Nggak segitunya sih, lagian gue tuh siapa juga.


Udah ah kerja lagi, di luar entah udah berapa kali matahari terbit tenggelam.

Sunday, July 20, 2008

Me, Myself and the Office

Ketiga kalinya ngumpul bareng sobat-sobat lama. Update info, ngobrol ngalor-ngidul dari yang ringan (macam anak udah berapa) sampai yang super mengawang-ngawang (macam kapan kita wisata pake cruise boat). Terus tukar menukar kartu nama, berlanjut obrolan standar soal tempat kerja saat ini.

Sudah lama sekali gue tidak cerita di blog ini soal tempat kerja baru gue. Well, tak terasa sudah hampir 4 bulan gue bekerja di tempat ini. Sudah selesai probation dan jadi pegawai tetap.

Kerjanya berat, tekanan beban kerja lumayan sangar. Tapi di tempat ini, rekan sejawatnya asyik-asyik, seru-seru. Sangat helpful dan kooperatif. Suasana kerja yang kondusif banget, jadi masih bisa ketawa-ketiwi. Mungkin karena rekan sejawatnya rata-rata muda-muda sebaya, yah jarak usianya nggak jomplang banget, kecuali dengan keempat bos-bos nya. Sejauh ini, gampang sekali kenal dengan semua awak kantor, mungkin karena kurang dari 100 orang, beda jauh dengan kantor lama yang ribuan. Ilmu juga makin nambah, karena banyak sekali berkeliaran orang-orang yang rada jago disini, dan tak pelit ilmu jika ditanya mulai yang sepele hingga yang rada ribet. Kalo lagi stress berat, ada aja cara dimana beban bisa dibawa ketawa bareng sehingga seolah ringan.

Lokasi kantornya lumayan strategis, lebih dekat ke rumah. Parkir kendaraannya masih gratis mirip kantor lama. Di meja ada LCD monitor dengan akses internet broadband supercepat, nggak lelet kayak di kantor lama. Punya akses langganan ke semua database digital sehingga memudahkan riset. Youtube, facebook, multiply dan YM tidak diblokir. Yaay! Ada budget tanpa birokrasi bertele-tele untuk segala keperluan. Punya langganan 5 jenis surat kabar dan majalah Tempo juga Time. Jadi tidak perlu beli koran sendiri selain langganan di rumah. Jendelanya panoramic view ke gedung-gedung tengah kota, lumayan seru. Oh iya, ini kantor pertama yang ada OB-nya bagi gue. Baru pertama kali merasakan ada bantuan jika tidak punya waktu untuk beli makan siang, rokok dan sejenisnya. Yah sepadan lah dengan pressure kerjanya.

Ini juga, setelah 4 tahun, gue merasakan nikmatnya kerja tanpa seragam. Jadi kalo ada janji meeting atau kencan pulang kantor, lebih merdeka, tidak perlu menyembunyikan logo dibalik jaket. Ah enaknya leher tidak tercekik simpul dasi.


Soal bayaran lumayan ada peningkatan signifikan. Gue teringat, pernah dulu banget gue abis lulus kuliah, sempat kerja dengan bayaran yang bahkan tidak cukup untuk gue sendiri. Trus, kalo di kantor sebelumnya gue harus maksain nabung meski ngepas, kini lumayanlah, sudah bisa nabung teratur rada banyak. Bisa ngasih lebih banyakan ke kedua orang tua. Udah bisa naro uang dikit-dikit buat modal kawin, buat membesarkan usaha peternakan ikan Gurame gue, juga buat tabungan rencana masa depan. Gue rencana mau pensiun dini, umur 38 kalo bisa nggak kerja lagi. Udah dapat kebebasan finansial. Pinginnya ngelola kafe aja atau backpacking keliling-keliling.


Soal hiburan, kantor ini memberikan akses gratis saluran televisi kabel di rumah karyawannya. Lumayan, gue bisa meneruskan
gaya hidup nonton HBO model di Belanda dulu.

Gue udah bisa pindah tempat fitness, dari yang dulu isinya atlet nasional melulu yang bikin minder, ke tempat yang banyak ABG, esmud dan ibu-ibunya. Yah at least tempat lebih nyaman, lebih deket ke rumah, fasilitas alatnya lengkap standar internasional, selain angkat besi termasuk jadi rajin cardio dan sauna. Gue sempet-sempetin nge-gym rutin biar nggak gampang sakit. Soalnya waktu kerja masih jam abnormal, penuh diiringi aktivitas merokok saat memeras otak, plus makan makanan penuh cholesterol macam tongseng dan sejenisnya. Model hidup gue yang pulang kantor kadang masih disambung juga kongkow-kongkow malem di luar. Entah itu diskusi dengan kawan atau ngobrolin proyek masa depan. Jadi kudu punya stamina ekstra yang kudu ditopang lebih, dari sekedar Hemaviton energi jreng.


Di kulkas tiap bulan ada persediaan madurasa, UC1000, pisang Cavendish untuk diblender dengan protein shake. Resep sehat jaga stamina.


Sesekali sekarang gue juga udah bisa datang ke tempat spa, sauna, dan steam untuk perawatan tubuh. Lalu pijat relaksasi dengan therapist, meski masih suka menjerit tidak tahan kalo di shiatsu. Tidak hanya fisik, otak juga perlu exercise, kini Alhamdulillah budget belanja buku bulanan gue bisa nambah.


*picture was taken after having a delicious big plate of daeng's ribs at ampera





Thursday, July 03, 2008

Meet Lutjka!

Mia, kawan gue yang unik menelepon. Dia mengabarkan Lutjka akan ke Indonesia. Siapa gerangan Lutjka? Lutja adalah anak Ceko yang juga sering nongkrong bareng anak-anak Indonesia jaman dulu gue kuliah di Utrecht dulu. Lutjka ini deketnya sama temen gue si Radja, mereka pernah menempuh Jerman-Paris-Belanda modal hitchhike gitu deh. Kalo sama si Mia, doi memang temen satu apartemen. Terakhir gue inget bersama yang lain-lain kita bikin keributan pas ulang tahun di dapur apartemen Mia, malem-malem teriak-teriak menyanyikan lagu Gebyar-Gebyar dengan alunan gitar sembari masak martabak manis.

Anyway, si Lutjka ini datang ke Indonesia dalam rangka mau jadi volunteer di sebuah NGO internasional yang peduli pendidikan di Semarang. Ia akan berada di sini selama 6 bulan. Beberapa hari ia akan tinggal di rumah Mia di daerah Jakarta barat sebelum berjuang di Semarang.

Nah, Mia ingin pada hari minggu kita memberi tur unik untuk Lutjka, tentu saja, gue sebagai tour guide-nya. Ok deh. Gue paling demen jadi tour guide. Dan gue punya reputasi bagus tentang itu. Apalagi gue hobi ngumpulin urban legend Jakarta yang gue tuturkan penuh bumbu dramatis. In English for sure.

Hari minggu yang indah, paginya gue nge-gym sebentar, latihan otot dada, lari cardio bakar beberapa ratus kalori plus sauna biar sehat. Langsunglah gue meluncur ke Sarinah Thamrin. Jam 11.30 gue bertemu dengan Lutjka, Mia, dan Arman di Roti Boy. Arman adalah cowoknya Mia. Ini juga pertemuan hangat gue setelah sekian bulan dengan Mia, temen gue satu geng begajulan di Utrecht dulu. Kelakuan bocah satu ini nggak berubah-ubah, masih ancur dan cuek.

Nah si Lutjka, bintang kita ini masih tetep sama. Cuma rambutnya panjangan dikit aja. Dandanannya sama, rambut gimbal. Tau deh kapan terakhir dikeramas hehehe. Basa-basi sebentar melepas memori. Nanya sana-sini. Melajulah kita.

First destination, Restoran Padang Sederhana, atau Simple Meadow Restaurant. Kita mendarat di jalan Sabang. Lutjka akan merasakan sensasi nasi padang perdananya. Lumayan kita buat dia terkesima dengan akrobatik para pelayan dan banyaknya menu. Pertanyaan pertama dia,

“How to eat all of this?” penjelasannya adalah,

“Well, the beauty of this feast is you eat what you take, and you pay what you take.” Kali ini gue bersama Arman yang menjelaskan.

Pertanyaan Lutjka yang kedua,

“How they know what we take from all of this?” hohoho, kite jelasin,

“Amazingly they know all of this very well.” Keren banget ini atraksi buat bule.

Okeh, saat itu Lutjka, yang seneng makan macem-macem tanpa ada gangguan perut, menyantap cassava leaf dan Rendang, dia suka rasa daging rendang. terus hampir kepedesan makan green chili sambal, dia juga sukses gue suruh nyobain chicken pop, which is boiled chicken without skin with special sauce. Lalu tak lupa tantangan menghabiskan separuh gulai cow brain. Sembari mengunyah buffalo skin cracker atau krupuk kulit.

Tipikal Bule yang nggak seneng ditraktir padahal kita pengen menjamu si Lutjka. Disini kita menghabiskan 20 ribu each.

Lanjut. Lutjka beruntung datang saat ulang tahun Jakarta 22 Juni. Kita akan bawa ke kota tua Jakarta. Namun sebelumnya Lutjka pingin melihat Katedral dan Masjid Istiqlal.

Kita ke Istiqlal naik Bajaj, karena ini pengalaman buat dia, bentar lagi akan punah. Gue stop bajaj di sabang, nego. Abangnya minta 15 ribu, gue yang jagoan situ langsung nembak goceng. Kita deal di 7 ribu. Agak kejam seh. Tapi kalo servisnya bagus tentu gue tambahin.


Naiklah gue dan Lutjka ke Bajaj, si Mia dan Arman ngikutin pake mobil. Sembari motret kita di Bajaj, abangnya gue direct biar nyetirnya klop dengan mobil Mia.

Gue tunjukin, ini jalan kebon sirih, itu City Council, itu City Hall tempat Governor’s office. Tiba-tiba,

“Wow you’re lucky! the governor just come out from his office. Look at that car with those guards. That’s our governor.”

Jadi, si Lutjka bisa liat si gubernur, bajaj kita tepat banget disamping iring-iringan mobil gubernur B-1 yang baru aja keluar gedung.

Kita terus muter melewati monas. Lutjka asyik motret-motret dengan Nikon SLR nya. Sedangkan Mia memotret kita dari mobil dengan Nikon SLR nya juga. Sampailah kita di depan Istiqlal yang sedang ada Zikir akbar. Penuh buanget.

Nah, bagaimana ini? Dengan pede gue bawa itu Lutjka memasuki areal Istiqlal. Problemnya si bule satu ini cuma pake tanktop doang hehehe. Si Mia pake celana pendek lagi.

Bener deh rombongan kita di depan pintu masuk distop beberapa massa. Nah UNTUNGNYA. Untungnya ternyata istiqlal punya petugas khusus buat menyambut turis. Kite disambut terus dikawal ama seorang Ustadz. Walau gue sebel disuruh copot alas kaki pas baru napak di sebelum tangga. Well, gue kan sering sholat disini, jadi gue tahulah batas-batas alas kaki, dan nggak usahlah overacting mentang-mentang gue lagi sama bule dan dua temen gue yang emang beda agama. Gue tau kok area dibawah tangga itu masih agak jauh sebelum buka alas kaki. Baru seminggu lalu gue kesini interview ketua MUI.

Sempet bingung kok dibawa ke kantor, eh ternyata asyik lho. Ada beberapa bule juga asal Aussie. Si Lutjka dan Mia dipakein baju kaya ghamis gitu satu badan. Terus isi biodata turis. Hihihi mengisi strip pada kolom religion karena si Lutjka atheis.

Nah dikawal deh kita keliling istiqlal, seumur hidup baru sekarang gue tur istiqlal. Lutjka bisa berdiri ditengah-tengah jemaah ibu-ibu dan melihat view ruang utama yang lagi penuh ceramah yang disiarkan langsung di TVRI yang kita liat di ruang kantor tadi. Terus keliling ke luar pelataran menara. Terus kita melihat kubah, yang ternyata gue baru tau kalo ada makna historis dibalik itu semua. diameter 45, tinggi tiang 8, jarak bintang dan bulan 17, jadi bermakna hari kemerdekaan kita hehehe.

lalu kita beranjak ke gereja Katedral, disini Mia yang memimpin tour karena gue nggak gitu ngerti soal gereja katedral, ini pengalaman pertama gue kesini. kalo Mia dari kecil udah sering seremoni di sini. berkeliling dan mengetahui sedikit keunikan ujung menara model gothic itu, lalu kita lanjut ke es krim Ragusa untuk melepas lelah sejenak.

setelah itu kita lanjut ke Kota old Batavia, untuk ikut wisata tour jelajah kota. disini digelar festival besar. Seru sekali, apalagi ada es potong yang nikmat. Kami bergabung dengan beberapa sohib Mia lainnya. Lalu dipandu tour guide, kita keliling menapak tilas kejayaan tempo doeloe: reruntuhan benteng kompeni, jembatan intan, menara meriam, pelabuhan, dll.


malamnya tak lupa kita menjamu sekali lagi tamu kita ini dengan makanan favoritnya: tahu telor pake petis. Kita ajak makan di satay house on prosecutor street atau jalan jaksa hehehe. Lutjka ini memang hebat, tamu bule yang tidak punya problem dengan makanan lokal kite.




sebelum berpisah, Lutja minta dianterin sebentar mencari buku guide Indonesia, tentu saja periplus dan aksara di Plasa Indonesia pilihan yang tepat. OK, kita bakalan ketemu 6 bulan lagi. Enjoy your adventure on Semarang!