Showing posts with label kawan-kawan. Show all posts
Showing posts with label kawan-kawan. Show all posts

Tuesday, February 01, 2011

coffee time with squadron bangau terbang


Minggu malam kemarin, gue menghadiri acara kumpul-kumpul yang sudah makin jarang kita lakukan. Ngobrol santai sembari ngopi di teras atas sebuah kedai. Seorang konsultan jasa pemenangan pemilukada dan tiga orang jurnalis televisi veteran, gue pernah bersama mereka semua dulunya tergabung dalam kesatuan squadron bangau terbang.

Kenapa dijuluki itu? karena dulu saat kita masih bertugas dinas, sama persis keadaannya dengan kondisi judul komik salah satu serial Tanguy and Laverdue itu. :) yah minimal kalo lagi stress salah satu dari kita suka menirukan suara bangau-bangau itu lah.

Gue terus terang paling muda diantara mereka semua, yang sudah mulai mendekati usia 40 itu. Tapi, tetep asyik ngobrolnya. Kami berbagi banyak insight-insigh atas dunia persilatan yang makin lama kian kejam. Tak lupa pertanyaan klasik, kapan kah kita bisa berkolaborasi kembali mengulang kejayaan masa gemilang dua tahun silam. Apakah Gue akan kembali turun gunung ke jagad kanuragan? Dan diskusi-diskusi dodol lainnya tentang sepak terjang para kolega kita di belantara ibukota.

Salah satu diskusi malam itu saat Gue sedang curhat gundah gulana, adalah sebuah masukan bagus dari kawan Awing, yang menekankan kepada Gue untuk tetap bertahan berjuang, walau demi setitik perubahan. Hohoho. Meski berat, tapi masukan itu membuat Gue sedikit semangat lagi.

Benar juga kalo Gue kali ini merenungi, apa yang dikatakan sang pujangga Ovid, beberapa tahun silam.

Adde parvum parvo magnus acervus erit --Add a little to a little and there will be a great heap (Ovid)



Tuesday, September 14, 2010

a piece for my best friend's wedding

“Once upon a time, not so long ago in a not so far away, in a low-lying land called Koninkrijk der Nederlanden, I first met this guy. Surely that night will not be forgotten because in that premiere occasion he was asking permission to use the toilet in my apartment to puke. Masuk angin. Hehehe, he was confident that he can hang out in my balcony smoking kretek without proper jacket and underestimate the cruel Dutch windy weather. (Sorry mbul, it’s not afdhol if I’m not opening the story without reveal your aib :p)

Mbul was a jomblo by demand back then, because there were no demands at all. He was a PhD student in the perils of procrastination, conducting research in sustainable development issue and also in search for his lost rib. But he wasn’t a lonely guy he had many female companions, Indonesian and internationals, most of them found such a comfort to curhat session with him. Maybe because this matures yet funny guy is such a kebapakan. Peace bro.

Anyway, Plato once said that God originally created human as a hermaphrodite, then turn out that human was so perfect that God decide to split it apart. Faith decides that both parts eagerly look for each other to achieve perfectness. That perfectness finally came. Those imperfect blend in the keyword ‘high’. The lost rib was located in a high valley known as Bandung, a high quality mojang named Mbil. She was originated from highland called Salatiga, while the other part is doing higher education in a country that people can easily get high. They squeezed the long distance by high speed bandwidth. High five.

One part is a newly establish-self proclaimed best selling book co-author, while the other part is an enthusiastic professional book translator for a living. Both are addictive to books. He read Khaled Hosseini and she translated it. I love to imagine both read Hosseini books together in a comfy couch. When I first introduced to Mbil by Mbul, I knew at first sight that both are finally found their own version of what Khaled Hosseini once wrote, “…the noor of my eyes and the sultan of my heart.”

(wahyuningrat, eligible bachelor, satisfaction guaranteed by mbul)

further more check what they say: two birds in a coffee orchard

Monday, June 21, 2010

my, myself and wedding invitation (again)

Malam-malam buta masih beredar. Bersama dua orang teman, kita sedang menyantap gurihnya mie aceh dan roti cane meuthia. Kami menunggu selesainya proses finishing ratusan undangan pernikahan.

Salah satu sobat kebetulan meminta hadiah spesial. Dibuatkan undangan pernikahan khusus oleh saya. Hmmm, sejak 2007 saya sudah tidak mau menerima request semacam itu. Sudah mulai berat rasanya. :) Tapi kalo kawan dekat yang meminta ya apa boleh buat, tentu suatu kehormatan yang tak kuasa ditolak. Semoga hadiah ini membuat senang dan membuat makin langgeng. Gitu deh kira-kira.

Terakhir, tahun 2007 di sebuah negeri yang dingin menusuk, saya, karena sudah janji, tetap mendesain dan memantau proses pembuatan sebuah undangan untuk karib saya. Kepinginnya sih itu yang terakhir, yang selanjutnya ya mendesain milik sendiri.

Nah sejak 2007, seorang karib juga sempat pula meminta, dan saat itu saya juga kembali bersedia, mengingat ini salah satu kawan seperjuangan dari dulu. Saya kira itu yang terakhir.

Kini, untuk sohib saya ini, sebuah undangan dengan desain kontemporer sesuai permintaan, selesai matang dari komputer saya, langsung kita bawa ke tukang cetak, lanjut ke tukang potong, dan langsung di finishing laminating dove dan rel lipatan. Terus belanja plastik pembungkus dan label sesuai ukuran. Selesai semuanya tengah malam diakhiri sembari ketawa-ketawa menyeruput kopi tiam.

Keesokan harinya sebuah website pernikahan untuk menaruh komen, rampung juga saya desain untuknya. Sang bakal calon mempelai tersenyum puas bin girang. Ah senang melihat ekspresi puas itu.

Dua hari kemudian, masuk email, ini dari kawan susah senang jaman di rantau, “Bisa tolongin gue dengan undangan pernikahan nggak?” hehehehe, diri ini tentu tak kuasa menolak.

Undangan pernikahan adalah sebuah proses kreatif yang menarik bagi saya, dan rasa senang kedua mempelai itu juga merupakan berkah tersendiri di mata saya. Hehehe, harapannya sih kebagian berkahnya. Amien.

Well, I do hope that the next one is mine. Amien juga.

Sunday, June 06, 2010

LITIGATOR


I'm a non-practicing lawyer, but check out my two colleague here. They are the top-notch choice inside or outside the courtroom for any civil and criminal litigation. Trained by the best in this profession.





















Saturday, May 29, 2010

Bersua Kembali A.K.A Kumpul Bocah

"I Remember Elvis Presley... So I’ll adore him just for ever for he’s the one and only “King”."
--Danny Mirror--

Hari jumat libur Waisak ini, gue berhasil kumpul bareng sobat-sobat unik jaman SMU dulu. Sudah lama sekali direncanakan, namun susah kesampaian gara-gara kesibukan masing-masing individu. memang benar kata orang, spontan terkadang adalah jalan yang terbaik. Sms lalu dilanjut dengan mesej facebook, jadi deh kumpul di Kalimalang. Dekat dengan kediaman kita semua.

Sudah lama sekali saya tidak berjumpa dengan dua sobat saya ini. Pertama adalah Elvis, panggilan beken dari Sri Mulyatno Nugroho, ketua kelas 3 IPS 3 SMU Negeri 54 dulu. Kedua adalah Anggoman, yang masih bersuara lantang dengan tawanya yang khas. Anggo sudah membesar badannya, anaknya pun katanya sudah berusia 6 bulan, sedangkan Elvis masih mempertahankan gaya, sesuai julukannya. Jambul dan cambang ala Elvis.

Elvis ini pribadi yang unik, senang dengan barang-barang nostalgia dan memiliki koleksi barang vintage dan pengarsipan yang sangat rapi di kediamannya. sampai sekarang juga masih. Kami berbincang betapa dia masih menyimpang sebuah majalah khusus Elvis Presley yang saya sempat hadiahkan kepadanya ketika kita lulus SMU.

Nikmat sekali berasyik masyuk mengenang kebodohan masa lalu. Anggoman terbahak-bahak, karena saya masih mengingat kutipan terkenal seorang Anggoman, bahwa canabis itu laksana rokok perdamaian suku Indian, jadi tidak apa-apa dikonsumsi. Hehehe, fatwa itu terjadi saat kita masih ABG bandel semua, 13 tahun silam.

Sayang satu lagi makhluk gaib yang kita undang malam itu, berhalangan hadir karena ada kerjaan mendadak. Makhluk itu disebut Cucur, seperti nama kue. Aslinya bernama Des Kharisma Tarigan. Tak terasa obrolan belum tuntas juga hingga pukul 23.30, dan sang kue cucur tak kunjung merapat.

Wednesday, January 14, 2009

My passion, Bicycle

Dulu waktu masih sekolah di negeri kincir angin, gue senantiasa ditemani dengan Gazelle tua model tukang somay, lengkap dengan dua kantong belanja di kanan kirinya. Suka duka banyak dialami. Tiap hari menempuh jarak 20 KM bolak balik.



























Kini gue kembali menemukan kenikmatan itu. Semenjak ketemu komunitas yang punya hasrat bersepeda pulang balik kantor. Kembali gue melakoni ritual bersepeda ria. 15 KM jarak rumah-kantor, 2-3 kali seminggu.















Dua buah tunggangan gue, yang satu beli dari kawan yang bosen dan yang satu lagi beli dari kawan yang menang doorprize.
















Oyama folding bike ban 16 dengan ban tapak besar dan shockbreaker tengah. Ringan dijinjing. Cocok untuk membakar lemak karena bikin cepat berkeringat. Ukuran ketika dilipat cukup pas di kolong meja kantor, dan muat di bagasi semua jenis sedan.

MTB United Command Disc ban 24. Jatuh cinta karena sudah rem cakram depan dan full suspension depan belakang. Biarin deh kalo kata orang badan gue yang gede ini nggak cocok pake ban 24. Gue menikmati kalau melintasi medan becek yang perlu manuver sulit dengannya.

Thursday, December 25, 2008

bicycle philosophy

“When I see an adult on a bicycle, I do not despair for the future of the human race.” -H.G. Wells-

“Get a bicycle. You will not regret it.”
-Mark Twain, Taming the Bicycle-

“Nothing compares to the simple pleasure of a bike ride.”
-John F. Kennedy-

“Think of bicycles as rideable art that can just about save the world.”
-Grant Petersen-

“Bicycles are almost as good as guitars for meeting girls”
-Bob Weir, Grateful Dead-

“This is their hobby. They have bicycles instead of Porsches or golf clubs.”
-Jennifer Johnson-

“Bicycles are social catalysts that attract a superior category of people”
-Chip Brown-

“Let a man find himself, in distinction from others, on top of two wheels with a chain and his vanity begins to swell out like his tires.”
-
Leon Trotsky-

“The bicycle surely, should always be the vehicle of novelists and poets.”
-Christopher Morley (American author and editor 1890-1957)-

“The bicycle is the most efficient machine ever created: Converting calories into gas, a bicycle gets the equivalent of three thousand miles per gallon.”
-Bill Strickland, The Quotable Cyclist-

“I don’t believe in Peter Pan, Frankenstein or Superman; All I wanna do is bicycle, bicycle, bicycle…”
-Freddie Mercury, Queen, 1978-

“The bicycle is the most civilized conveyance known to man. Other forms of transport grow daily more nightmarish. Only the bicycle remains pure in heart.”
-Irish Murdoch, ‘The Red and the Green’-

“The bicycle is the noblest invention of mankind.”
-William Saroyan, ‘The Noiseless Tenor’-

“In politics, one can learn some things from cycling, such as how to have character and courage. Sometimes in politics there isn’t enough of those things.”
-Guy Verhofstadt, Prime Minister of
Belgium, 2004-

“Whoever invented the bicycle deserves the thanks of humanity.”
-Lord Charles Beresford-

“When you ride a bike and you get your heart rate up and you’re out, after 30 or 40 minutes your mind tends to expand; it tends to relax.”
-President George W Bush, May 2004-

“I thought of that while riding my bike.”
-Albert Einstein, on the theory of relativity-

“When the spirits are low, when the day appears dark, when work becomes monotonous, when hope hardly seems worth having, just mount a bicycle and go out for a spin down the road”
-Sherlock Holmes author,
Arthur Conan Doyle, Scientific American, 1896-



Sunday, November 16, 2008

My First Bike 2 Work

“Traffic jam and high fuel’s price. Don’t get mad. Get a bike.”

-anonymous-


Tekad sudah membulat. Tapi belum pernah kesampean. Hingga suatu saat,

“Lo mau beli ini nggak? Istri gue mau ganti sepeda. Die nggak suka pas gue beli yang tipe ini.” Sebuah tawaran menggiurkan dari senior gue waktu gue iseng numpang wifi sekaligus silaturahmi di kantornya. Sang kolektor sepeda anjrit itu menawarkan salah satu sepeda anjritnya yang sangat menggiurkan. Belum sebulan dibeli dan nyaris jarang dipakai.

Gue emang pengen banget hidup sehat lagi, mengulang kisah sehat saat gue sekolah 2006-2007 dimana gue naek sepeda ontel merek Gazelle sejauh 20 KM pulang balik total 40 KM. tapi
sekarang mah agak ajaib juga kalo mengulang pola seperti itu. Faktor cuaca dan kondisi jalan yang tidak bersahabat. Juga harga sepeda yang makin anjrit, sejak dulu gue beli sepeda Federal.

Kembali ke nasib sang sepeda. Sepeda itu begitu menawan. Harganya yang nggak menawan. Ia adalah Oyama folding bike ban 16 inchi. Sepeda lipat yang praktis. Karena empunya sepeda seorang maniak, maka ia sudah bertahtakan aksesoris yang satuannya mahal bener: lampu gres depan belakang, shockbreaker, sepasang tanduk, ban radial besar, pelapis kabel dan rantai, dua buah bel antik, dan sebagainya.

“Hmm liat minggu depan deh. Gue pengen banget, tapi liat dapet rejeki nggak ya gue minggu depan.” Sejak itu sang Oyama makin kebayang di kepala.

Sebuah telepon tengah malem kepada sahabat yang udah dua tahun naek sepeda kemana-mana.

“Gimana menurut lo men?” konsultasi panjang lebar. Dengan kesimpulan yang makin meyakinkan gue.

Sayangnya transaksi gagal terjadi karena gue gak sanggup nebus harga anjrit itu. Rejeki gue nggak mungkin gue spend semua. Kan gue butuh simpenan buat persiapan ini itu tahun depan.

Hingga suatu saat,

“Lo aja deh yang bayarin sepeda gue, gue nggak terlalu suka ama yang mau beli. Kalo elu yang beli gue rela. Kan elu suka barang yang aneh bin unik.” Sang abang senior menelepon.

“Hmmm harganya turun jadi menarik. Tapi masih anjrit. Dua kali bayar ya bang?”

“sip!”

Suatu malam setelah barang berpindah juragan, dan tekad hidup sehat -ditengah-kepungan-godaan-kolesterol-dan-nikotin- menguat. Gua musti bike to work alias naek sepeda ke kantor. Penasaran, kayaknya sih bisa.

Obrolan via telepon, kembali kepada sang sahabat yang penggowes sepeda senior.

“Wah ada tuh komunitasnya. Hubungin aja, nih gue ada nomor hapenya. Kemaren gue baru kenalan, ada robek, rombongan bekasi, jalurnya lewat kalimalang.“

“Kalo ke kantor kan elu semangat kalo naek sepedanya bareng-bareng jadi seru dan nggak capek. Ada yang memotivasi, kalo keserempet bus kan nggak bakalan kapok.”

Singkat cerita, berhasil kontak-kontakan dengan salah satu member, Oom Ram. Kok Oom? apakah pada tua-tua semua? Hehehe, ternyata komunitas bike to work itu punya sapaan khas. Kalo komunitas biker motor kan panggilannya ‘bro’. nah kalo bike to work itu panggilan tua muda ya ‘Oom’ dan ‘Tante’ hehehehe. Seru juga.

FYI, jarak yang memisahkan rumah gue dan kantor tercinta adalah 15 KM. Takaran didapat dari temen yang ahli ukur jarak.

Hari perdana gowes sepeda, gue bangun pagi. Kumpul di halte Giant pondok kelapa. Jam 6 udah kumpul deh sekitar 30 an Oom2 dan Tante2 bike to work rombongan bekasi. Ternyata banyak yang rumahnya lebih jauh dari gue, macam di Narogong, dan tujuannya lebih jauh dari gue. Sudirman, Majapahit, Grogol, bahkan ada yang ke Priok. Gile.

Setelah kenalan perdana, ditambah pagi itu ada yang bawa kue buat sarapan bersama, wah seru neh komunitas. Mereka hadir dari berbagai profesi. Kalo yang orang Bank biasanya ngebut cepet, karena Bank buka pagi jam 7 hehehe.

Jam 6.30 kita jalan menyusuri kalimalang. Eh cepet lho. jam 7.10 udah sampe aja di meeting point carrefour cawang. terus kenalan lagi sama om dan tante lainnya. dan tak terasa kantor di subroto sudah didepan mata. jam 7.30 sudah memasuki pekarangan gedung.

Saat itu juga manager gedung menegur sopan, gue baru tahu kalo sepeda nggak boleh lewat lift. heheheh. maklum nubie.

Lipet sepeda di kolong meja, terus mandi mandi di shower. Syegar, terus dengan bangga pamer kalo gue sampe dengan selamat ke si assignment editor yang kemaren nyela-nyela, "Mana mungkin rumah lo jauh begitu, lo bakalan sampe. Jalanan ribet kayak gitu, mo ngantor jam berapa lo?" hehehe... doi terkesima. terus memotivasi beberapa teman yang penasaran denger cerita perdana gue. pada kaget kalo ternyata ada komunitas jalan barengnya. apalagi yang didepok juga terkesima karena ada rombongan depok juga.

Rekan kerja sekiri-kanan kubikel pada ngakak semua ngeliat foto di MP. Foto perdana gowes ke kantornya ada yang mengabadikan. Langsung gue taro jadi wallpaper hehehe. Terkesima neh... badan saya yang segede itu nyampe juga ke kantor pake sepeda lipet imut.

Efek keduanya yah, makan dan ngerokok tanpa rasa bersalah hehehe...


Malamnya setelah kelar meeting dengan bos jam 10 malem, dengan nekad nggak mau naro itu sepeda lipet di bagasi mobil temen yang pulang lembur dari Kemang. Pengen ngetes pulang malem pake seli (sepeda lipet). Yo wis, nekad ah, nyalain lampu, mulai deh gowes sendirian.

Eh sampe rumah juga lho. meski catatan waktunya agak molor. 80 menit lah sampe rumah... kalo paginya kan 40 menit bersih. mungkin yang agak salah gara-gara nekat tetep mau pake jins nggak mau ganti celana lagi.

Ah tapi naik sepeda memang nikmat...

wah tak sabar untuk trip berikutnya....

“I want to ride my bycle…”

-sayup-sayup suara MP3 Queen dari meja depan-








yang gemuk-gemuk foto dulu












halte robek, depan giant pondok kelapa













meeting point kedua, depan carrefour cawang















kite liat rupa gue sesudah 3 bulan


gowes perdana dapat dilihat videonya di sini

Monday, October 27, 2008

Percakapan bodoh suatu sore di sebuah cafe








The morning show producer - You know what we should do? We should leave, together.

The senior cameraperson - Leave? What do you mean leave?

The morning show producer - Leave this company, together, I mean all of us, the whole package, then come to other news station as a package. We are practically every single one you need to run a news channel, right? We’ve got you, the senior cameraperson, your portfolio will make any TV station drool over. We’ve got you, the talented news anchor who got his company won many awards in a year. We’ve got you, the young talkshow producer, who can get almost any important guest appeared in our show. We’ve got you, the assignment producer, who always accomplished any impossible or ridiculous assignment…

The graphic producer - And where do I fit in this?

The morning show producer - We’ve got the one workaholic bastard who’s so high on his job he would stay up at this office until 3 in the morning thinking of how the visual look of this channel.

Everyone - Hahahahaha!

The graphic producer - (still laughing his ass off) You’re funny.

The morning show producer - And we’re all funny.

The field producer - (coming over to the table) Hey, sorry I’m late. You know how that live report can go… Anyway, remind me, why are we meeting here again?

The morning show producer - exactly why we all should move to another TV station which - with all the things that we have to offer - will pay us at least twice.

The news anchor - That won’t help us, you know, spending-wise. As the number of your disposable income increase, your needs and spending habit will also multiply exponentially.

The morning show producer - We’re practically a dream team here on the table.

The field producer - (stirring her coffee) What is this thing about the dream team?

The talkshow producer - Our friend here thinks that we should form a team and leave the company together.

The field producer - Leave? Where?

The morning show producer - Anywhere. As a whole package. We deal - you know, the remuneration package, the whole shindig - as a team. It’s like pay up this much and you’ll get a whole package. The best talents nurtured by the best TV station.

The field producer - Is that even doable?

The news anchor - I think I’ve read about it somewhere. A whole team of engineers moving from one oil company to the next.

The assignment producer - Anyway, which TV station do you have in mind particularly?

The morning show producer - ****, ***, and *******

The field producer - The first two sound about right, but ******* treats people like shit.

The morning show producer - How do you know?

The field producer - I have a friend who’s a human resource specialist, he knows every HR practice in every TV company in this country.

The news anchor - As long as we’re talking about what kind remuneration package we want, I’m gonna throw in: better car.

The assignment producer - What? What is that gonna do you? You don’t even drive.

The news anchor: I don’t drive but I use the car, right?

The field producer - You know what I want? Fashion allowance.

The senior cameraperson - Here here!

The graphic producer - What the hell are you talking about? Fashion allowance?

The field producer - Extra allowance in our monthly salary to get the best fashion items, to maintain our looks, you know. Shoes, bags…

The graphic producer - Hahaha, that’s gonna kill the whole deal right there. No company is stupid enough to grant people like us something as extravagant as the so-called fashion allowance.

The field producer - I’m serious. The other day, I busted my high heels on Parliament building. I think I should deserve some kind of compensation, don’t you think?

The morning show producer - Yeah, good luck with that.

The senior cameraperson - Whatever, man, as long as there is no stupid uniform policy.

The assignment producer - Unlimited Blackberry and phone bill would be nice.

The talkshow producer - What’s wrong with the one you have now?

The assignment producer - The 300 a month crap? I spent at least three times as much each month!

The field producer - Maybe if you weren’t using it to sweet-talk every girl in our office …

The assignment producer - Getting jealous, are we?

The field producer - Hahaha, you wish!

The news anchor - (to the morning show producer) Why are you so quiet all of a sudden?

The talkshow producer - And what is that you’re writing on that stupid napkin?

The morning show producer - (smiling ear to ear) Our minutes of meeting. The list of remuneration package that we’re gonna ask from **** and *******.

The assignment producer: On that? You’re gonna hand our dealing points on a piece of napkin?

Everyone - Hahahahaha!



*Dicontek dari blognya ika natassa

Sunday, July 20, 2008

Me, Myself and the Office

Ketiga kalinya ngumpul bareng sobat-sobat lama. Update info, ngobrol ngalor-ngidul dari yang ringan (macam anak udah berapa) sampai yang super mengawang-ngawang (macam kapan kita wisata pake cruise boat). Terus tukar menukar kartu nama, berlanjut obrolan standar soal tempat kerja saat ini.

Sudah lama sekali gue tidak cerita di blog ini soal tempat kerja baru gue. Well, tak terasa sudah hampir 4 bulan gue bekerja di tempat ini. Sudah selesai probation dan jadi pegawai tetap.

Kerjanya berat, tekanan beban kerja lumayan sangar. Tapi di tempat ini, rekan sejawatnya asyik-asyik, seru-seru. Sangat helpful dan kooperatif. Suasana kerja yang kondusif banget, jadi masih bisa ketawa-ketiwi. Mungkin karena rekan sejawatnya rata-rata muda-muda sebaya, yah jarak usianya nggak jomplang banget, kecuali dengan keempat bos-bos nya. Sejauh ini, gampang sekali kenal dengan semua awak kantor, mungkin karena kurang dari 100 orang, beda jauh dengan kantor lama yang ribuan. Ilmu juga makin nambah, karena banyak sekali berkeliaran orang-orang yang rada jago disini, dan tak pelit ilmu jika ditanya mulai yang sepele hingga yang rada ribet. Kalo lagi stress berat, ada aja cara dimana beban bisa dibawa ketawa bareng sehingga seolah ringan.

Lokasi kantornya lumayan strategis, lebih dekat ke rumah. Parkir kendaraannya masih gratis mirip kantor lama. Di meja ada LCD monitor dengan akses internet broadband supercepat, nggak lelet kayak di kantor lama. Punya akses langganan ke semua database digital sehingga memudahkan riset. Youtube, facebook, multiply dan YM tidak diblokir. Yaay! Ada budget tanpa birokrasi bertele-tele untuk segala keperluan. Punya langganan 5 jenis surat kabar dan majalah Tempo juga Time. Jadi tidak perlu beli koran sendiri selain langganan di rumah. Jendelanya panoramic view ke gedung-gedung tengah kota, lumayan seru. Oh iya, ini kantor pertama yang ada OB-nya bagi gue. Baru pertama kali merasakan ada bantuan jika tidak punya waktu untuk beli makan siang, rokok dan sejenisnya. Yah sepadan lah dengan pressure kerjanya.

Ini juga, setelah 4 tahun, gue merasakan nikmatnya kerja tanpa seragam. Jadi kalo ada janji meeting atau kencan pulang kantor, lebih merdeka, tidak perlu menyembunyikan logo dibalik jaket. Ah enaknya leher tidak tercekik simpul dasi.


Soal bayaran lumayan ada peningkatan signifikan. Gue teringat, pernah dulu banget gue abis lulus kuliah, sempat kerja dengan bayaran yang bahkan tidak cukup untuk gue sendiri. Trus, kalo di kantor sebelumnya gue harus maksain nabung meski ngepas, kini lumayanlah, sudah bisa nabung teratur rada banyak. Bisa ngasih lebih banyakan ke kedua orang tua. Udah bisa naro uang dikit-dikit buat modal kawin, buat membesarkan usaha peternakan ikan Gurame gue, juga buat tabungan rencana masa depan. Gue rencana mau pensiun dini, umur 38 kalo bisa nggak kerja lagi. Udah dapat kebebasan finansial. Pinginnya ngelola kafe aja atau backpacking keliling-keliling.


Soal hiburan, kantor ini memberikan akses gratis saluran televisi kabel di rumah karyawannya. Lumayan, gue bisa meneruskan
gaya hidup nonton HBO model di Belanda dulu.

Gue udah bisa pindah tempat fitness, dari yang dulu isinya atlet nasional melulu yang bikin minder, ke tempat yang banyak ABG, esmud dan ibu-ibunya. Yah at least tempat lebih nyaman, lebih deket ke rumah, fasilitas alatnya lengkap standar internasional, selain angkat besi termasuk jadi rajin cardio dan sauna. Gue sempet-sempetin nge-gym rutin biar nggak gampang sakit. Soalnya waktu kerja masih jam abnormal, penuh diiringi aktivitas merokok saat memeras otak, plus makan makanan penuh cholesterol macam tongseng dan sejenisnya. Model hidup gue yang pulang kantor kadang masih disambung juga kongkow-kongkow malem di luar. Entah itu diskusi dengan kawan atau ngobrolin proyek masa depan. Jadi kudu punya stamina ekstra yang kudu ditopang lebih, dari sekedar Hemaviton energi jreng.


Di kulkas tiap bulan ada persediaan madurasa, UC1000, pisang Cavendish untuk diblender dengan protein shake. Resep sehat jaga stamina.


Sesekali sekarang gue juga udah bisa datang ke tempat spa, sauna, dan steam untuk perawatan tubuh. Lalu pijat relaksasi dengan therapist, meski masih suka menjerit tidak tahan kalo di shiatsu. Tidak hanya fisik, otak juga perlu exercise, kini Alhamdulillah budget belanja buku bulanan gue bisa nambah.


*picture was taken after having a delicious big plate of daeng's ribs at ampera





Saturday, November 03, 2007

My Best Friend Wedding

Setelah kiriman ribuan surat pembaca agar gue meneruskan mengupdate kehidupan gue yang biasa aja ini, ditambah desakan offline maupun secara verbal langsung, akhirnya gue memutuskan meneruskan menulis. Yippie.

Sebenarnya penjelasannya cuma tiga. Satu, komputer kesayangan gue meledak dan gue masih pengen banget ngetik di PC kesayangan gue itu. Kedua, segala sesuatu yang berbau blog dan milis di banned di kompie kantor gue, jadinya makin males aja gue upload. Ketiga, gue kebanyakan mencurahkan pikiran dan tenaga gue untuk masa depan gue, dimana tercurah itu semua pikiran, waktu, tenaga, bahkan harus meredam beberapa nafsu duniawi gue.

Rosa sang penganten

Ok, gue mulai dengan posting sesuai judul diatas. Yup. Salah satu Sohib baek gue, Rosa, merit hari ini. Rosa, orang juga memanggilnya Ocha, namun tidak ada yang memanggilnya Firou, hehehe cewek arab Gujarat aseli Tanah Abang satu ini sejak gue menjejakkan kaki di kantor hari pertama, gue sudah yakin bakalan jadi parner kerja yang asyik. Gue ingat kite dulu papasan, bertatap mata sejenak, ada sedikit chemical attraction between us yang berbisik, ini die partner kerja yang asyik. Terus abis itu die nolongin gue banyak, dari mulai ngasih space locker, tips-tips penting, ampe orderan side job menambah penghasilan kite berdua hingga akhir bulan.

Gue kerja bareng dengan Rosa hingga kurang lebih 3 tahun lamanya. Kita satu tim di program acara Todays Dialogue. Kerja bareng dia lumayan seru, spiritnya nggak pernah kendor, meski die punya banyak masalah namun senantiasa tampil ceria. Temen curhat yang asyik, kalo salah satu dari kita overload kerjaan, yang satu pasti back up. Dan kita juga sering berkreasi, dan cukup sadar diri juga sehingga saling memanfaatkan kelebihan yang satu untuk menutupi kekurangan yang laen. Minimal kalo kerja bareng die, koordinasi cukup kedip-kedipan mata aja udah beres, yang satu udah paham yang satu maunye apa and visa versa. Kalo yang satu stress temperamennya lagi naek, yang satu bisa dinginin jernih, sehingga kerjaan beres. Paling baru pada kelabakan kalo dynamic duo ini cuti bareng atau sakit bareng hehehe, lagian kerjaan buanyak bener seh. Kita berdua kalo sebel pasti bikin ulah kayak gitu.

Di luar kantor dia juga pribadi yang menyenangkan. Die suka nebeng gue kalo pulang, kita kemudian bergosip sembari memikirkan cita-cita masa depan, dimana gue mau sekolah yang tinggi banget, dan dia mau mengejar karir impian die. Die juga teman makan sop kaki kambing yang dasyat, mungkin karena die cewek arab barangkali, dimana mereka pemakan kambing yang native, jadi punya saluran pencernaan yang rada beda, tidak takut terkena asam urat.

Then, si Rosa cabs pindah ke Astro TV, pas banget sebulan sebelum gue cabs karena dapat beasiswa. Dia harus cabut duluan sebelum ditinggal gue katanya, males kalo kerja tanpa partner sekelas gue. Halah. Btw, ingat rice cooker warna pink yang menemani di kamar gue jaman dulu di belanda? Nah itu pemberian special si Rosa ini buat gue. Biar gue tetep gendut.

Rosa mengejar cita-citanya yang ulet untuk menjadi Reporter investigative handal di Astro TV, kemudian kini terakhir sudah menjadi Produser di Acara Talkshow Berita, kembali ke keahliannya. Rosa ini memang lobbyists unggul, daya tembus narasumbernya tergolong diatas rata-rata. Seni approach-nya memang kharismatik.

Gue yang mengawasi perkembangannya dari dekat memang salut, Rosa ini getol belajarnya. Pemahaman atas suatu issue dulu memang masih lemah, tapi semakin terasah, dia struggle juga karena sembari kerja juga kuliah meneruskan S1-nya. Ia juga tekun mendalami teknik editing, so dia juga menguasai aspek teknis editing. Nah inilah yang mempertemukan dengan sang suaminya ini, Feri. Dia seorang editor TV.

Ok cukup deh soal Rosa, daripada diumbar disini semua, bahaya, apalagi yang off the record kalo sampe keluar disini bisa dijitak gue ama si Rosa.

Kondangan Kawinan Rosa-Feri

Ok, setelah setahun lamanya gue chatting via YM dengan Rosa ketika jarak lautan memisahkan duet handal ini, dan segala cerita-cerita serunya, Rosa mengadakan resepsi dimana gue bisa hadir. So gue musti hadir lah. Wong sudah dikasih tahu tanggalnya 4 bulan in advance.

Seminggu sebelumnya die makin getol nelpon-nelponin ngingetin dan mengecek apakah undangan sudah diterima oleh beberapa kawan sekantor. Nah malam sebelumnya, My Italian educated friends, Adi, yang berprofesi sebagai reporter handal Showbiz news menelepon iseng nanya gue dateng jam berapa, soale die bakalan jadi MC kawinan si Rosa. Gue dan Saikhu janjian kite dateng jam 9 pas akad, soale menurut Saikhu kalo datang akad bakalan dapat berkah.

Alhasil paginya hujan badai plus banjir mengguyur Jakarta. Berkah besar bagi kedua mempelai, namun agak ribet juga bagi para tamu hehehe. Gue ketiduran bangun jam 9 dan menerima sms dari Saikhu kabar yang sama.

Gue tidak bisa menggunakan mobil, karena mobil lagi dikuasai oleh yang mulia bokap. Jadi gue bersama tetangga gue, si reporter handal Metro TV, Delly Chaniago, memutuskan kite akan berangkat menembus badai hujan dan banjir dengan motor. Ini semua demi Rosa. Hehehe kite bela-belain dateng untuk penghormatan terakhir hehehehe.

Dengan sepatu di kantong plastik kresek, celana digulung selutut plus lapisan jas ujan gede, gue dan Delly berangkat kondangan.

Diterpa cipratan air dan hujan yang makin deras hingga tembus tiada membuat niat kite susut. Caela. Sesampainya di lokasi, gedung Departemen Agama depan lapangan Banteng, cuaca mulai bersahabat.

Menjinjing pakaian ganti dan sepatu kita bergegas melirik masjid Departemen Agama untuk dandan ganti kostum, namun terlihat Mas Saikhu dan istri turun dari mobil, bergegas kite menghampiri, akhirnya kite numpang ganti baju dan memakai sepatu di mobilnya.

Sesudah tampil keren dengan mengenakan batik, di pelataran parker kite bertemu sohib lama Oki, dulu di metro TV, terus ke Global TV, sekarang di Astro bareng Rosa. Memasuki area depan, gue melihat Gideon Sinaga sang kameramen VJ, gue kira die video shooting kawinannya Rosa, ternyata sedang bekerja menginterview Muhammad Assegaffm, salah satu kuasa hukum Soeharto, yang tampil diantara para undangan.

Memasuki gedung, gue langsung ke sayap kiri, karena teriakan seru Mega, gile udah lama nggak ketemu si cantik mantan finalis None Jakarta satu ini. Ia juga salah satu partner kerja tempo dulu, gang anak muda Current Affairs, gue, Rosa, Mega, dan Eko.

Langsung heboh rame deh ketemu si Mega, dia rupanya jadi MC juga bareng si Adi. Mega memutuskan keluar dari Metro TV saat SBY menjadi Presiden, now she served as an assistant to presidential spoke person, Andi Mallarangeng. Cewek cerdas temen diskusi ini kini menikah dengan seorang pakar politik luar negeri dari UI. Sayang gue tidak bisa menghadiri pernikahan dia tahun lalu karena gue saat itu sedang sekolah di luar. Berita gembira, akhirnya die positif juga. Wow congrate.

Si Mega langsung menarik gue dan mempromosikan pudding caramel yang dasyat, sembari makan, gue berdua update informasi. Mega datang sendiri karena suaminya harus menghadiri kondangan di tempat lain, jadi gue belum sempat kenalan dengan suaminya.

Ngobrol-ngobrol juga dengan beberapa undangan yang datang, ada Mas Awan yang kini Exprod di SCTV, Mas Rahmayanto Exprod Republik Mimpi yang lapor terus konsultasi ke gue abis ngurus surat-surat akte kelahiran, Najwa Shihab yang juga datang sendiri, Eko, Asprod Public Corner, dan istri si Uci, Yusfie Graphic, Mas Nurudin Producer Metro Malam eks Metro Realitas beserta keluarga, Saikhu Produser Todays Dialogue dan Istri, Dessy Graphic dan Suami, dan banyak lagi yang bermunculan pas kita semua dipanggil foto bareng, diantaranya: mas Tanto, producer Republik Mimpi, Santang Graphic, Osep eks IT metro yang ke Astro, dan buanyak lagi.

Sayang tidak sempat bertemu dengan mbak Endah, eks bos gue, manager current affairs yang kini news manager di Astro. Dia udah keburu pulang saat gue baru datang. Pengen ketemu padahal, soale dia atasan yang baik sekali dan perhatian.

Akhirnya setelah foto bersama yang heboh, salaman dan pelukan dengan kedua mempelai yang seneng banget dengan kehadiran gue, iyalah, gue gitu loh. Gue dan Delly balik, karena mas Saikhu harus balik, dan kita kembali menurunkan beberapa perkakas ganti kita yang tadi dititip di mobil mas Saikhu.

Oh iya, istri mas Saikhu memberikan tisu ke gue, gue kaget, rupanya ada sisa gincu merah di kedua pipi, duh siapa neh hari gini masih pake lipstick yang nempel, duh duh duh, masih jaman ye?

Selepas dari kondangan, gue dan si Delly iseng mampir keliling pasar baru, dengan begonya gue jelasin ke Delly kalo suasana ketika kite jalan kaki di jalan utamanya Pasar Baru, mirip banget dengan jalan di Centrum Utrecht hehehe. Tumben-tumbenan, kita beli celana yang lagi sale dan beberapa potong kaos kaki.

Ok, deh by the end of the day, selamat untuk kedua mempelai, semoga langgeng, bahagia, dan cepet punya momongan.