Showing posts with label travel. Show all posts
Showing posts with label travel. Show all posts

Saturday, June 23, 2007

Bertemu Ratu Belanda

Gue yakin gue bukan orang pertama sekelurahan gue yang sekolah sampai Belanda. Namun bisa jadi gue adalah orang pertama sekelurahan Pondok Kopi Kecamatan Duren Sawit yang bisa masuk istana, salaman, sekaligus ngobrol dengan Ratu Belanda.

Gue dan beberapa teman sekelas terpilih untuk menghadiri undangan “The Fifth Anniversary of the Prince Claus Chair in Development and Equity” di Paleis Noordeinde, The Haque. Kenapa gue yang terpilih? Well ingat cerita gue dulu tentang gue pernah membantu Chiseche Mibenge sang coordinator International Alumni jadi tukang sound system di sebuah conference? Dan ingat gue juga pernah cerita kalau thesis supervisor gue satu TK dengan Ratu Belanda?

Ok deh rombongan pun berkumpul di Utrecht Centraal. Kami semua memakai pakaian sesuai dress code, dark suit. Untung jauh-jauh saya bawa jas, dan semalaman saya setrika lagi. Saya kira tidak akan terpakai, ternyata sudah 2 kali terpakai, yang pertama untuk conference di Brussel, yang kedua perhelatan kali ini, dan ketiga mungkin pas wisuda saya nanti.

Rombongan kali ini terdiri dari beberapa student LLM dan beberapa anak PhD terpilih. Ada 4 orang yang tidak diundang, satu ngotot hadir karena bapaknya anggota parlemen Slovenia (nggak penting deh ah) dan 3 orang karena mereka saudara nya Chiseche asal Zambia yang pengen cerita ke orang sekampung kalau mereka sudah pernah masuk istana Ratu.

Saya dan Irene, adalah dua orang katro asal Indonesia yang nyelip di rombongan. Irene meskipun hampir rampung menyelesaikan PhD nya, tapi masih norak untuk acara seperti ini, ia mengingat pesan ibu nya semalam via telepon untuk make a wish kalau sukses salaman dengan ratu. Meskipun sepertinya tidak mungkin ada kesempatan seperti ini, pasti susah mendekat ke ratu. Ngeliat ratu secara langsung aja sudah syukur, apalagi yang lain.

Kami berjalan layaknya rombongan lenong, turun dari kereta jalan kaki ke istana. Beberapa teman saya terlihat cantik rupawan dengan gaun malam dan high heel. Yoi jek, ketemu ratu gitu loh. Saya aja rela tampil dengan jas yang membuat saya terlihat gendut, layaknya pejabat korup. Irene tadinya mau memakai kebaya, tapi karena cuaca tidak bersahabat maka dia memakai jas hitam juga.

Masuk ke Istana Ratu

Memasuki istana, ada dua jalur, yang kiri buat khalayak awam yang hanya bisa masuk ke taman nya saja, dan dengan bangga kami semua ke kanan, ke istana Ratu. Di gerbang istana Kami menyiapkan access card khusus dan identitas kami, semua diperiksa oleh Royal Millitary Police dan dicek apakah ada di guest list layaknya masuk ke tempat ajeb-ajeb.

Memasuki lingkungan istana, setelah diberi hormat senjata Graak oleh para pasukan pengawal ratu, kami memulai foto-foto narsis. Lalu setelah semua puas, kami masuk ke dalam, disambut oleh karpet merah, hormat pedang oleh penjaga lagi, dan sebuah peringatan oleh kepala protokoler Istana, “Do not take picture inside.”

Di dalam lagi-lagi kami disambut oleh para Kolonel dari berbagai angkatan. Setelah menitipkan ransel di tempat penitipan jas, kami memasuki ruang resepsi pertama. Saat itu gue lihat kawan gue Malaala terharu, shock die dari Rwanda bisa nyampe istana ratu belanda. Setelah bersalaman dengan kepala Protokoler dan orang-orang lingkar dalam istana Ratu. Kami minum teh sembari berbincang-bincang. Saya asyik mencela-cela Anne Krahn, teman asal Kanada yang sudah kelar duluan dan akan di wisuda juni ini. saya juga sempat menyapa Dessy asal ISS yang juga beruntung bisa masuk Istana. Di istana yang dihidangkan adalah teh plus lemon, bangsawan minumnya teh, jangan harap dihidangkan kopi disini. Semua dihidangkan oleh pelayan berseragam berpangkat manik-manik yang mondar-mandir memegang nampan.

Bersalaman dengan Ratu

Kemudian pengumuman, ternyata acara segera dimulai, dan Ratu beserta keluarga akan menemui kita dan meminta kita untuk memperkenalkan diri masing-masing. Jreng. Jreng. Nggak ada yang mengira ada acara ini. Nggak mungkin deh. Temen saya asal Rwanda langsung merapal, “I am Aimable Malaala from Rwanda, It is an honor to meet you Your Majesty.” Terus gue melirik ke Irene yang kaget juga, pasti di otaknya adalah, “My name is Irene Hadiprayitno from Depok, Indonesia. Perpanjang masa study gue dong.” Hihihihi.

Kami semua naik tangga ke lantai dua. Mengantri untuk bersalaman dengan ratu sekeluarga. Semua terlihat ceria sekaligus sumringah, apalagi saya. Yang ada diotak saya adalah adegan Mr Bean ketemu ratu berulang-ulang.

Dan saat bersejarah itu dimulai. Saya bersalaman dengan Ratu yang didampingi oleh dua putranya, pangeran William dan pangeran Friso dan tentu saja, menantunya yang cantik, princess Maxima.

Anjrit semuanya hanya sekelebat. Saya lupa tadi ngomong apa pas salaman dengan Ratu. Semoga nggak malu-maluin. Kayanya sih cuma ngomong, “Nice to meet you, Your Majesty.”

Lalu kami semua duduk. Kemudian berdiri saat keluarga Kerajaan memasuki ruangan, di belakangnya persis adalah thesis supervisor saya. Saya nggak gitu nyangka dia sepenting ini. Keseluruhan acara malam itu, bintangnya adalah dia. Selebihnya detail acara tidak akan saya ceritakan, kita akan beralih ke cerita yang lebih seru.

Ngobrol dengan Ratu

Selepas sambutan-sambutan dan sebelum memasuki sesi kedua, rehat minum teh kembali. Hidangannya juga teh dan kue-kue. Saat itu kami berdiskusi mengenai tumben-tumbenan bisa salaman dengan Ratu, biasanya jarang loh. Demikian penuturan rekan asal Belanda. Saya juga mengamati bahwa sang thesis supervisor gue begitu akrabnya dengan sang Ratu, selalu keliling bersama-sama dengan dia. Dan juga beberapa dayang-dayang sang ratu. Dayang-dayang adalah beberapa pria ber jas dan wanita bergaun dengan sebuah pin khusus kerajaan.

Nah, kejadian seru ini bermula saat Ratu sedang minum teh ngobrol berjarak 3 meter dengan kita. Lalu saya, dan Irene -yang juga disertasi S3 nya dibawah bimbingan si profesor yang sama- ingin menyapa sang profesor. Kala itu sang thesis supervisor sedang mengobrol dengan Chiseche. Kami menghampiri, Malaala ikut juga, karena feeling dia mengatakan untuk mengikuti rombongan katro ini. Saat bersalaman dan memulai perbincangan. Sang Ratu tepat sedang ngobrol juga dibelakang kami persis, jarak 130 cm dari saya berdiri.

Eng ing eng.

Diluar dugaan, sang Ratu kemudian berbalik badan, lalu menyapa kami semua. Salaman lagi, DUA KALI JEK. Lalu Ratu bertanya ramah, kamu dari mana, sekolah dimana. Dan jadilah kami mengobrol bersama ratu. Posisi lingkaran sebagai berikut: Ratu, Irene, Malaala, Saya, dan Chiseche. Sedang supervisor kami kabur setelah salaman, ada yang ngajak ngobrol lagi, sibuk dia, banyak sekali bersosialisasi.

Ngobrol berlima dengan ratu, gile terlihat semua nervous deg-deg an. Sang Ratu yang emak-emak gitu ngoceh banyak soal macam-macam; Afrika, Obesitas, pembangunan di dunia ketiga, brain damage, dan lain hal, kita cuma manut-manut manggut-manggut kepala aja. Iya lah ratu masak disela, ntar bisa-bisa di deportasi without degree. Hehehe. Saya bisa melihat jarak setengah meter rambutnya dari dekat. Kayanya semua model rambut ratu di dunia sama aja deh. 15 menit kami mengobrol dengan Ratu, sebelum ratu digiring lagi ke acara berikut oleh petugas protokoler nya. Semua diiringi tatapan iri kawan-kawan yang lain.

Pas ketemu mereka, mereka langsung nodong,

“Did you finally chat with the Queen?”

“Yeah, I did. What a coincidence.” terus cerita-cerita deh biar mereka tambah ngiri.

Ketika drink reception selepas acara, kawan-kawan saya masih berusaha bisa seperti saya, namun susah lah ya dapat kesempatan seperti itu, pastilah sekali seumur hidup. Saya hanya menikmati beberapa minuman istana sembari mencomot beberapa makanan yang bentuknya nggak jelas dari nampan pelayan.

Unforgettable memory.





















Royal Invitation





















Royal Invitation


























thesis supervisor gue dibawah nama princess maxima





















nama gue di guest list nya Royal Millitary Police






















VVIP access card

Sunday, June 17, 2007

Paris Part Deux

Ada sebuah literatur yang menginspirasi perjalanan ini, yaitu novel terbaru Andrea Hirata berjudul Edensor. Kawan saya Reni Rawasita berbaik hati membawakannya ke Utrecht untuk saya. Sisanya adalah masukan sana sini dari kawan-kawan dekat. Baiklah kisah ini pun dimulai.

Ok Paris yang indah, tidak perlu diperpanjang lagi. Saya akan membawa anda ke sudut pandang yang berbeda dari sekedar menulis ulang brosur wisata. Menurut sobat saya Radja, ada beberapa tempat wajib kunjung kalau kamu ke Paris:

Tour Eiffel, Musee du Louvre, Notre Dame, Pantheon Sorbonne, Arc de Triomphe, place De la Concorde, Basilique Du Sacre Coeur, Fountaine Saint Michel, dan Champs Elysees.

Well setelah mengubek-ubek daerah seputar Eiffel, naik ke atas tower dan berfoto-foto norak, ternyata benar adanya rute Subhanallah (Edensor, hlm 78) seperti diceritakan, inilah jalur yang dilintasi Ikal dan Arai, ketika sampai Paris, naik Metro bawah tanah turun di stasiun Trocadero. keluar tangga keatas, kehalang tembok bangunan, lalu ketika tembok hilang, nengok langsung ke kiri, nah dalam cerita si Arai langsung sujud syukur sambil teriak Subhanallah. This is truly the best view. Sayangnya pertama ke Eifel saya turun di stasiun Bir-Hakeim, gara-gara petuah backpacker asal Amrik di Hostel, dimana pemandangannya tidak se-amazing kalau turun di Trocadero.

Hmmm setelah itu Louvre. Monalisa ternyata tidak sebesar yang saya bayangkan, piguranya kecil, terus melihat lukisan Madonna of the Rock, dan mengajukan pertanyaan bodoh,

“Then where is the last supper, monsieur?

Dan dijawab sang guide dengan tatapan aneh, “It’s in Milan, Sir,”

Saya lantas bergegas ngeloyor melihat piramida terbaliknya Langdon. Di Louvre sedikit diwarnai insiden uji nyali foto session di depan Monalisa. Berhasil.

Di Champs Elysees, tak tahan melihat beberapa spot dalam film Devil Wears Prada, saya akhirnya memborong beberapa potong kemeja Gucci, satu stel jas Dolce and Gabbana, dan terakhir dua buah tas kulit Louis Vuitton untuk yayang.

*Plaak! Woi bangun! Ngayal mulu*.

OK agak surealis nampaknya, namun cerita yang dibawah ini sangat valid. Sebagai mantan copywriter, tentunya sangat lumrah kalau ingin melihat kantor pusat Publicis, Adv Agency Perancis yang terletak persis di seberang kantor Ogilvy Paris di L’Avenue des Champs- Elysees.

Nah ternyata kantor pusatnya Publicis juga berfungsi sebagai restoran, bar, toko buku, toko kelontong, dan juga apotik. Apakah ini juga berarti tanda-tanda suram masa depan periklanan global, sehingga mereka banting setir diversivikasi usaha?

Yang jelas disana saya berhasil membeli apa yang saya idam-idamkan. Kaviar. Makanan dewa. Tadinya saya cuma menengok dari balik kaca, Beluga Caviar, favoritnya James Bond dalam film Goldfinger, anjrit, 795 Euro. Gimana rasanya memakan telur ikan dari laut Kaspia ini yah. Namun ternyata tersedia juga kaviar buat turis kere macam saya, pas di list harga itu terlihat kontras, dari 3 digit eh ada juga yang cuma 5, 80 euro. Lumayan, akhirnya saya bisa juga makan kaviar. Saya beli sekaleng, dan saya oles ke biskuit dan makan penuh rasa bangga di bangku taman Sacre Coeur. Hmmm, my first Caviar. sumpah langsung laksana menjelma menjadi dewa beneran.

Lanjut ke tempat kedua yang disebut Andrea Hirata. Saya berkunjung ke makam Jim Morrison (Edensor, hlm 92). Vokalis The Doors. Anjrit jauh bener ini pusara, letaknya nun jauh di Cimetiere du Pere-Lachaise. Disana, di depan makamnya saya menyulut rokok kretek Starmild saya, penghormatan terhadap pelantun lagu Come on Baby Light My Fire-itu. Setelah itu saya diusir oleh Satpam wanita karena TPU ini akan segera tutup. Sudah jam 6 sore.

Rokok kretek juga menjadi senjata ampuh saya dalam mempromosikan keindahan Indonesia, di hostel Woodstock dekat MontMartre, saya menjadi tamu backpacker asal Indonesia perdana disitu. Sayangnya saya tidak membawa stiker atau apalah yang khas Indonesia buat ditempel di tembok, seperti backpacker asal negara lain. Jadinya ketika, ngobrol-ngobrol dengan backpacker asal Denmark, Amrik, dan Jerman malam itu, saya membuat mereka terkesima dengan rokok yang saya tawarkan. “Wow Delicious,” “Sweet Flavour,” “God Damn long.” Dan setelah beberapa dongeng, mereka tertarik berkunjung ke Indonesia, karena sebelumnya rata-rata salah kaprah menyangka Indonesia itu adalah negara tetangga Mexico. Gile gue jadi duta budaya gini.

Di Sacre Coeur yang indah, selain melihat banyak pasangan muda, straight maupun Lesbi, bertukar kuman melalu transfer aura dimana-mana. Keindahan pemandangan juga disemarakkan dengan, atraksi magic oleh para magician asal benua Afrika. Modusnya adalah, mereka menegur ramah, terus meminta tangan kita memegang ujung seutas tali, lalu dengan kecepatan menakjubkan mereka memintal menjadi gelang cantik, lalu diikat deh di pergelangan tangan, terus minta duit deh. Semua sambil ngobrol-ngobrol, “This is Magic, make a wish,” dan sebagainya. Hebat yah? Sungguh kreatif.

Saya sih tidak berminat, namun salah seorang kawan saya, Novi, merelakan diri dimagic. Toh sukarela bayarnya. Dan benar ternyata, selain mendapat gelang cantik, impiannya juga tercapai, malamnya dia buka email dapat nilai bagus dalam mata kuliah paling susah. Kalau anda berminat mencoba magic ini usahakan cari yang asal Kamerun, nicaya lebih ampuh dari yang asal Senegal.

Cerita menjurus criminal lainnya saya alami ketika naik Metro bawah tanah, modus terbaru yang belum pernah dijumpai, namun pernah dipraktekkan di Jawa Tengah. Satu orang naik di depan saya terus mendadak mencari-cari sesuatu di bawah, menarik-narik kaki orang-orang mencari sesuatu yang mungkin saja diinjak, dia beralasan sedang mencari tiketnya yang jatuh, eh terus ketika ketemu tiketnya, dia langsung turun kereta tepat sebelum pintu menutup, dan ternyata mereka ada dua orang. Satunya lagi berdiri di belakang korban. Untunglah berkat petunjuk film EuroTrip, saya terhindar dari bencana, karena saya menaruh uang dan Paspor saya di tas bebas copet seperti di film tersebut.

Setelah puas berfoto di depan gedung pertunjukan legendaris Moulin Rouge yang terletak di red light districtnya Paris. (terlihat biasa saja setelah dijejali dengan pemandangan yang lebih indah di Amsterdam) dan kehujanan saat mencoba mencari dimana letak supermarket Carrefour pusat, saya akhirnya menuju Sorbonne.

Sorbonne. Andrea Hirata menyebut-nyebut tentang altar suci Sorbonne (Edensor, hlm 34, vide Sang Pemimpi hlm 53, vide Laskar Pelangi hlm120). Dimanakah itu? Apakah Pantheon Sorbonne yang merupakan penghormatan terhadap Voltaire, JJ Rosseau, Victor Hugo, dan banyak lagi? Atau Place de la Sorbonne maksudnya? Entahlah yang jelas demi mencari tempat wajib ini, saya nekad masuk ke gedung Universitas Sorbonne (Paris IV dan Paris V) meski hampir dilarang satpam, namun dengan bahasa perancis yang pede saya bilang saya cuma mau numpang lewat doang, nyari altar suci, yang sayangnya nggak ketemu juga tuh di dalemnya.

Berikutnya adalah mengunjungi tempat nongkrongnya Ikal dan Arai, Café Brigandi et Bougreesses. Letaknya cuma ditulis di pojokan Sorbonne (Edendor, hlm 111 dan 165) kebayang kan gedenya Sorbonne, pojokan sebelah manakah letaknya kafe ini? Yang jelas dua hari bolak balik saya tidak menemukan letaknya, termasuk sudah nanya sana sini, termasuk bertanya kepada beberapa mahasiswi lokal yang bertampang pub crawler dan polisi culun yang cuma bisa bilang, "Disini banyak banget kafe." Karena saya masih penasaran, mohon info petunjuk jika ada yang tahu dimanakah gerangan letaknya kafe yang menjadi saksi bisu start point perjalanan keliling Eropa-Afrika Ikal dan Arai itu berada, ataukah kafe itu hanya sekedar fiksi.

Terakhir, menuruti titah Radja bahwa ada penjual souvenir murah di dekat Pantheon, dimana penjualnya bernama Mr Solomon, dan student Indonesia pasti dapat diskon murah. Well, saya tidak berhasil menemukan toko itu. Yang ketemu malah toko souvenir tepat di sebelah Café Solomon. Memang harganya paling murah banget, namun tidak ada diskon buat orang Indonesia dan si penjual tidak kenal sama Radja. Hehehe. Salah tempat kayaknya.

Baiklah demikian sekelumit cerita saya mencoba menapak tilasi perjalanan Ikal dan Arai dalam novel Edensor. Perjalanan 4 hari ini menelan biaya total 155 euro termasuk makan, akomodasi, dan transportasi. Penulis juga tidak mengalami kesulitan dalam mempraktekkan bahasa perancis super pas-pas an-nya, kecuali saat membeli roti pain khas perancis yang keras luarnya namun lembut dalamnya.

Andrea Hirata memberi PR baru, tujuan terdekat berikutnya adalah ke Groningen, mencoba bertemu Mevraouw Schoenmaker (hlm 191) dan meminum sebotol Xian Ling (hlm 203). Juga sebuah inspirasi baru akan sebuah perjalanan terakhir, Tunisia terdengar lebih menarik dibandingkan mengusap dada patung perunggu Juliet (hlm 251) di Collosseum Verona.


Si la poussiere emporte tes reves de lumiere
Je serai ta lune, ton repere
Et si le soleil nous brule
Je prierai qui tu voudras

Pour que tombe la neigi au Sahara

Wednesday, June 13, 2007

Paris est la capitale de la France. C'est la ville la plus touristique au monde

akhirnya besok saya kembali melangkahkan kaki. meninggalkan sejenak kejenuhan berkutat dengan thesis. mungkin dengan perjalanan 4 hari ini, inspirasi akan kembali hadir.
sesuai sabda Andrea Hirata dalam tetraloginya, setelah mengunjungi keindahan mozaik Antoni Gaudi di Barcelona, maka tujuan berikutnya adalah makam Jim Morrison di Paris. dengan begitu lengkaplah sudah perjalanan wajib eropa.

ah Paris, besok saya akan lihat benarkah seindah yang semua orang tuturkan. hmmm tak kuasa menunggu.

ini adalah kota ke 7 yang saya kunjungi setelah Barcelona, Bremen, Hamburg, Brussel, Brugge, dan Frankfurt. mungkin jika saya masih punya sedikit tabungan, agustus nanti saya ingin melihat Venice, kotanya Cassanova.

"Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu."
-Andrea Hirata, Edensor, hlm. 34-

Thursday, June 07, 2007

jalan-jalan ke penjara Belanda

Negeri yang aneh.

Di negeri ini segala bentuk keanehan dapat dilihat dengan kasat mata. Yang datang dengan dogma bahwa ganja adalah terlarang di benaknya akan melihat kebalikannya disini. Yang gay phobia juga dijamin terpelanting. Yang doyan kopi susu juga akan terperangah mencoba sterk koffie mereka Yang biasa makan french fries cocol sambal ABC akan takjub akan patat met mayo setempat.

Ini negeri yang meruntuhkan semua kestabilan ekosistem. Mereka percaya akan pancake sebagai makan siang dan makan malam. Mereka punya partai pedofil yang memperjuangkan usia hingga 8 tahun untuk batas kebebasan berhubungan seks. Dan mereka juga punya casino dan red light district di setiap kotamadya.

Okelah. Untuk menggali lebih banyak keanehan bin ajaib lagi. Saya memutuskan untuk mengunjungi tempat teraneh favorit saya. Setelah menyambangi kantor polisi, pengadilan, dan kantor pemda. Kini saya akan mengajak anda mengunjungi penjara. Yup betul. Penjara.

Let’s go to prison. Ketika berjalan kaki menuju tempat ini, saya mendiskusikannya dengan kedua kolega saya yang manis. Barbara asal Amrik dan Alexandra asal Swedia.

Menurut benak kami ketika menatap gedung dengan kawat duri ini adalah, dibaliknya ada lapangan luas dimana orang-orang sangar berkostum orange jumpsuit sedang fitness atau berolahraga, dimana disatu sisi gang kulit hitam berkumpul, hispanik di sisi lain, dan sebagainya. Tak lupa soundtrack lagu rap nelly dan 50 Cents bergantian sebagai latar belakang.

Penjara dengan terali besi, dimana terjadi aksi kekerasan brutal. Communal shower room dimana terjadi aksi sodomi jika sang inmates menjatuhkan sabunnya. Kami bersiap-siap dengan pandangan sorot mata tajam penjahat yang sudah lama tidak melihat wanita dan sudah muak dengan makanan penjara yang super najis. Kami hanya bisa berlindung dekat-dekat dengan penjaga bersenjata laras panjang lengkap yang memakai sunglasses untuk menghindari kontak mata.

Demikian apa yang ada di benak kami, terus hingga kami melalui metal detektor. Kali ini lebih parah tingkat penjagaan superketatnya, ikat pinggang dan handphone saya tidak bisa masuk.

Dan inilah yang membuat negeri ini menjadi tambah gila. Inilah realita dibalik jeruji besi kokoh penjara belanda.

1. ternyata mereka yang dipenjara tidak perlu memakai seragam, kebebasan berekspresi dan hak individu begitu dilindungi, jadinya saya menyaksikan penghuni yang sangat stylish dengan pakaian model terbaru.

2. ruang sel yang indah. lebih bagus dari kamar student yang saya tempati hehehe, saya masuk dan merasakan empuknya kasur, dilengkapi dengan Tv 14 inch, meja dan lemari IKEA, personal shower room and toilet. kebanyakan tiap sel diisi satu tahanan, namun ada sekitar 10 sel yang diisi 2 orang dengan tempat tidur tingkat. dimana akan dicari room mate yang cocok, sama-sama perokok, atau satu suku, atau kecocokan lainnya.

3. mereka bisa pesan list belanja ke sipir penjara, para sipir akan mengantarkan pesanan bahan baku mereka ke sel dalam kantong belanja, dan mereka bisa memasaknya di dapur umum yang super lengkap, bahkan tersedia deepfries machine.

4. bukan hanya alkohol, ganja juga diperbolehkan di penjara, saya melihat banyak narapidana melinting dan menghisapnya. bahkan ada yang mengobrol dengan saya sembari fly.

5. sarana rekreasi yang sangat lengkap. tiap blok, sekitar 40 kamar, tersedia 3 meja bilyar, 1 snooker, 2 meja ping pong, satu telepon umum kartu yang bisa digunakan menelepon ke manca negara dan banyak sekali kartu remi, satu set lengkap chip poker, dan board games. untuk seluruh penghuni ada juga sarana gym yang terbilang mewah sekali, lapangan olahraga indoor dan outdoor, warnet, ruang untuk kunjungan hubungan intim dengan istri, dan perpustakaan.

6. tidak ada sipir penjara bersenjata lengkap. mereka hanyalah laki-laki kekar dengan otot besar, berseragam T-shirt hitam dan sebuah alat komunikasi di pinggang. mereka memang jago beladiri, dan rutin dicek kondisinya. karena itu tidak perlu membawa pentungan dan pistol.

7. dan inilah yang hebat, penjara pria namun tersedia 25 persen sipir wanita. ajaib. dan ketika berbincang dengan salah satu sipir wanita, mereka merasa enjoy, bahkan mereka menjadi sarana curhat para sipir, lalu kalau akan terjadi perkelahian, cukup mereka yagn menengahi, dengan begitu para tahanan pria akan sungkan dan berhenti berkelahi.

8. kalau tahanan bandel, hukumannya adalah diambil TV nya, dan semakin bandel semua fasilitas dicabut. dan kalau beringas akan ditempatkan di sel isolasi. dimana ketika saya menengok ke sel isolasi ini, di dalamnya sangat indah sekali dibanding LP kalisosok. bahkan saat itu sang tahanan sedang memesan jatah kopi jam 3 sore ke sipir yang langsung datang membawa 2 gelas kopi.

9. oh ya setiap kamar dilengkapi interkom dan mereka bisa komplain terhadap fasilitas, disini membuat saya berpikir bahwa sang sipir sangat mirip dengan roomservice, dan seperti penuturan salah seorang sipir pria, di penjara belanda sangat mirip dengan hotel bintang 3, hanya saja tanpa kunci pintu.

10. para tahanan juga dapat bekerja, dan medapat upah 5 euro per jam. dimana mereka dapat membeli banyak sekali kebutuhan jika mereka tidak punya uang. mereka membuat alat-alat listrik (knop bell, kabel, hub, stop kontak, pipa, kotak sekering). tahanan yang bersedia kerja bersih-bersih penjara bahkan mendapat uang bayaran yang lebih mahal, karena itu ini adalah posisi inceran para tahanan.

11. masa hukuman paling lama 6 tahun. meski mendapat hukuman jauh diatas. biasanya ada hukuman percobaan, dan tahanan rumah, dimana tangan mereka diberi gelang yang jika mereka lepas atau mereka pergi dalam radius 100 meter maka akan segera membunyikan alarm sensor yang ditanam di rumah mereka dan tersambung ke kantor kepolisian.

12. menu makanan sangat beragam dan lezat. saya sempat mencoba chesse cake di penjara ini. menu juga disesuaikan dengan permintaan, mereka melayani diet, daging halal, kosyer yahudi, dan vegetarian. penjara dengan menu buffet dan ala carte, customized by request!

13. di penjara juga ada hari libur, dimana setiap hari besar akan diadakan pemutaran film bioskop di aula dan festival, kadang setiap akhir bulan ada kursus salsa dan disko night.

14. personal stuff juga disediakan tanpa membeli, saya melihat sendiri di lemari stok, mereka punya merk khusus penjara untuk sachet shaving cream, shampoo, odol, sikat gigi, dan pisau cukur. semua dengan desain kemasan yang indah. sempat saya colong untuk souvenir.

15. karena itu perilaku para tahanan tidak terlihat beringas, mereka sangat kalem dan sangat ramah meski tampangnya sangar. mereka memberi salam dan membalas salam, selayaknya orang-orang belanda di centrum.


ah penjara yang indah.











claudine (rwanda), sylvia (Indo), chiseche (tanzania), gue, barbara (USA), mollah (Ethiopia), Fu Ann (Japan), Alexandra (Sweden)

Saturday, May 12, 2007

Kite ke Frankfurt, coy!


Tuhan mengutus bidadari jelita untuk membawa pesan bahagia pukul setengah delapan malam ini. Isi pesan yang bergetar di HP itu singkat saja, “Wahyu, lo susah bener ditelp dari tadi.”

Ada apakah gerangan? Gue langsung angkat telepon balik.

Hehehehe, Gue dapat kelimpahan tiket gratis ke Frankfurt bo! Yang empu-nya tiket tidak bisa pergi karena kesibukannya yang padat. Gile, bagaikan kejatuhan durian Monthong tipe Petruk A-23 yang sempat jadi cover Trubus.

Kutinggalkan serta merta segala tumpukan buku-buku hukum itu dan berlari keluar perpustakaan, sebodo amat deh dengan deadline paper. Kapan lagi coba? Kesibukan mengetik paper langsung switch kuganti dengan browsing tentang kota Frankfurt. Lonely planet, city guide, backpacker guide, dan wikitravel.

Sebuah perjalanan yang gaya! Naek kereta cepet IC Express bo, Berangkat besok pagi, langsung! Jam 7 pagi berangkat dari Utrecht Centraal, jam 7 malam pulang dari Frankfurt Hbf. tek tok pulang pergi laksana perjalanan bisnis. Yah itung-itung latihan jadi esmud lah, kalo seandainya nanti kesampaian jadi esmud nggak panik kalo denger perintah bos kaya gini, “Wahyu besok kamu ke Nairobi, malemnya langsung report sama saya di Osaka!” wuah, gaya nggak tuh.

Hehehe, kapan lagi bisa pergi plesiran sehari doang. Biasanya musti jauh-jauh hari dan pake menginap segala biar nggak rugi. Sekali-kali nyobain jadi turis gaya!

Ok mengenai keindahan kota Frankfurt bisa lihat disini dan foto2 jepretan saya nantinya, yang sudah pasti narsis tentunya yah.

Checklist: riset internet udah, ngapalin sedikit bahasa Jerman buat basa basi udah, paspor udah, verblift udah, payung udah, cukur jenggot udah, nambatin sepeda di tiang listrik depan udah (karena nggak ada bus jam 5 pagi besok), kartu diskon kereta udah, kamera pixel gede udah, novel udah, ah senangnya. I think I’m Ready! Frankfurt here I come!

Buat sohibku Ika yang baek hati sekali, makasih banget yah bu!