Monday, October 27, 2008

Percakapan bodoh suatu sore di sebuah cafe








The morning show producer - You know what we should do? We should leave, together.

The senior cameraperson - Leave? What do you mean leave?

The morning show producer - Leave this company, together, I mean all of us, the whole package, then come to other news station as a package. We are practically every single one you need to run a news channel, right? We’ve got you, the senior cameraperson, your portfolio will make any TV station drool over. We’ve got you, the talented news anchor who got his company won many awards in a year. We’ve got you, the young talkshow producer, who can get almost any important guest appeared in our show. We’ve got you, the assignment producer, who always accomplished any impossible or ridiculous assignment…

The graphic producer - And where do I fit in this?

The morning show producer - We’ve got the one workaholic bastard who’s so high on his job he would stay up at this office until 3 in the morning thinking of how the visual look of this channel.

Everyone - Hahahahaha!

The graphic producer - (still laughing his ass off) You’re funny.

The morning show producer - And we’re all funny.

The field producer - (coming over to the table) Hey, sorry I’m late. You know how that live report can go… Anyway, remind me, why are we meeting here again?

The morning show producer - exactly why we all should move to another TV station which - with all the things that we have to offer - will pay us at least twice.

The news anchor - That won’t help us, you know, spending-wise. As the number of your disposable income increase, your needs and spending habit will also multiply exponentially.

The morning show producer - We’re practically a dream team here on the table.

The field producer - (stirring her coffee) What is this thing about the dream team?

The talkshow producer - Our friend here thinks that we should form a team and leave the company together.

The field producer - Leave? Where?

The morning show producer - Anywhere. As a whole package. We deal - you know, the remuneration package, the whole shindig - as a team. It’s like pay up this much and you’ll get a whole package. The best talents nurtured by the best TV station.

The field producer - Is that even doable?

The news anchor - I think I’ve read about it somewhere. A whole team of engineers moving from one oil company to the next.

The assignment producer - Anyway, which TV station do you have in mind particularly?

The morning show producer - ****, ***, and *******

The field producer - The first two sound about right, but ******* treats people like shit.

The morning show producer - How do you know?

The field producer - I have a friend who’s a human resource specialist, he knows every HR practice in every TV company in this country.

The news anchor - As long as we’re talking about what kind remuneration package we want, I’m gonna throw in: better car.

The assignment producer - What? What is that gonna do you? You don’t even drive.

The news anchor: I don’t drive but I use the car, right?

The field producer - You know what I want? Fashion allowance.

The senior cameraperson - Here here!

The graphic producer - What the hell are you talking about? Fashion allowance?

The field producer - Extra allowance in our monthly salary to get the best fashion items, to maintain our looks, you know. Shoes, bags…

The graphic producer - Hahaha, that’s gonna kill the whole deal right there. No company is stupid enough to grant people like us something as extravagant as the so-called fashion allowance.

The field producer - I’m serious. The other day, I busted my high heels on Parliament building. I think I should deserve some kind of compensation, don’t you think?

The morning show producer - Yeah, good luck with that.

The senior cameraperson - Whatever, man, as long as there is no stupid uniform policy.

The assignment producer - Unlimited Blackberry and phone bill would be nice.

The talkshow producer - What’s wrong with the one you have now?

The assignment producer - The 300 a month crap? I spent at least three times as much each month!

The field producer - Maybe if you weren’t using it to sweet-talk every girl in our office …

The assignment producer - Getting jealous, are we?

The field producer - Hahaha, you wish!

The news anchor - (to the morning show producer) Why are you so quiet all of a sudden?

The talkshow producer - And what is that you’re writing on that stupid napkin?

The morning show producer - (smiling ear to ear) Our minutes of meeting. The list of remuneration package that we’re gonna ask from **** and *******.

The assignment producer: On that? You’re gonna hand our dealing points on a piece of napkin?

Everyone - Hahahahaha!



*Dicontek dari blognya ika natassa

Sunday, October 19, 2008

Nikmatnya Cuti

Menikmati hari-hari cuti. Kemarin 50 hari gue rodi nggak libur-libur. Alhasil tercipta jatah libur 14 hari. Gue ambil 10 hari dulu alias 2 minggu full. Tanpa rencana liburan jauh-jauh. Hanya untuk merefresh kepala dan menyelesaikan beberapa kerjaan pribadi yang terbengkalai. Sisanya serahkan pada yang namanya spontanitas.

Hari pertama cuti, gue buka dengan memasak toast yang lezat untuk pembuka hari. Lanjut nge-gym, gue berjanji pada diri sendiri untuk rajin work out setiap hari, untuk membayar kerja rodi 2 bulan penuh yang tidak memberi kesempatan olahraga.

Alasan lainnya, tentu agar tetap bisa makan kaya cholesterol. Sohib gue sang juragan Johan mengajak makan siang di resto barunya, ‘Soto Betawi Johar’ di jalan jati waringin pondok gede, depan universitas As Syafiiah. Makan siang yang dahsyat! Soto betawi resep turun temurun keluarga Johan memang mantab juara! Disertai canda tawa kawan-kawan dan Babehnya Johan.

Open ticket tersedia, reservasi resort juga tersedia, tapi sepekan pertama ini nampaknya gue akan konsentrasi ke beberapa urusan mendesak. Salah satunya yang diharapkan akan menambah pundit-pundi account persiapan kawin gue, hehehehe.

Friday, October 03, 2008

Lebaran ngapain aja?

















Well, kalo gue mengisinya dengan kegiatan yang bermanfaat, bermanfaat untuk gue tentunya hehehehe. Berikut sekelumit:

sudah tahukan kalo gue terus menerus rodi di kantor tanpa hari libur, nah seperti biasa kendala selalu ada sehingga malam takbiran berkumandang gue masih ada di kantor juga loh.

Hari lebaran pertama, jam 2 pagi. Proses editing super Spartan sudah kelar. Sambil nunggu print to tape, gue dan seorang editor gondrong mencari makan karena kelaparan belum makan malam. Serasa sahur, kami akhirnya menemukan tukang pecel ayam yang masih buka di sekitaran mampang. Satu diantara pedagang yang memilih tetap mengais rejeki ketimbang mudik.

Jam 6 pagi, sudah di rumah orang tua tentunya, gue dibangunkan nyokap untuk sholat ied. Gue ngotot musti ngopi dulu sebelum mandi karena ngantuk berat, dan berangkat telat jam 06.30. Cuma gue doang, karena yang lain sudah berangkat duluan.

Bergabunglah gue dengan ribuan jemaah masjid Nurul Islam yang berjarak 30 langkah dari rumah gue. Dan sukseslah gue mendapat tempat menebarkan sejadah di barisan luar, di jalanan dekat got. Itu pun udah pake jurus nyelap-nyelip.

Selesai sholat ied, ritual bersalam-salaman sekaligus reuni. Nyalamin banyak bapak-bapak. Ramah tamah, basa-basi dan terus basa-basi lagi. Gue sempat ketemu mantan penjaga SMP gue dulu dengan anaknya ditengah ribuan jemaah, bersalaman, beliau sudah lama pensiun.

Lanjut seperti tahun ke tahun, para dedengkot karang taruna menguasai pos hansip, di depan pos hansip kita reunian abis sholat ied. Saatnya bertemu ketua karang taruna yang kembali ke rumah orang tuanya, bendahara karang taruna yang kini jadi bendahara RW, muke-muke remaja jaman dulu yang nongkrong di lapangan bulu tangkis, yang kini pada berkeluarga dan tinggal jauh dari komplek ini. Semuanya kembali ke habitat masa kecilnya. Serasa muda kembali.

Salam-salaman dan berpelukan, meski usia kini sudah kebanyakan bukan teenagers lagi, dan seperti biasa para jemaah harus melewati pos hansip ini seusai sholat ied, dan bersalaman dengan kami semua yang berjejer layaknya pager bagus among tamu kawinan.

Disini ritual paling seru berlanjut, “wah itu kan si itu udah pulang dari jepang?” “wah si itu tambah cantik aja,” “yang dulu gue gendong pas bayi udah ABG tinggi cantik aja.” “Anaknya pak itu sekarang gemukan?” “Gebetan elu tuh men sekarang ama suaminya tuh”, dan “Wah kamu sibuk melulu sekarang gemukan” kata seorang ibu-ibu ke gue. Lumayan, ini lah saatnya mengupdate perkembangan warga komplek. Sekalian cuci mata melihat anak-anak gadis sepermainan tempo dulu dan bocah-bocah yang gue gendong tumbuh dewasa.

Bubar, balik ke rumah. Di rumah lanjut bermaaf-maafan dengan keluarga, langsung sarapan makan ketupat, beserta makanan-makanan hantaran tetangga. Menu favorit gue dari masa kemasa adalah gudeg super enak kiriman ibu Sabarno, sohibnya nyokap gue. Ini jatah gue semua. Ibu yang satu ini juara banget deh masakannya.

Selepas makan, beberapa tetangga yang keliling datang untuk bersalam-salaman.

Lanjut, sekeluarga berangkat mudik. Gue? Gue memilih tinggal jaga rumah, karena terlalu lelah. 50 hari non stop rodi, nggak lah kalo harus menempuh perjalanan mobil ke jawa lalu susah sekali rebahan leha-leha di tempat embah gue. Mending gue istirahat total di rumah.

Sebelumnya gue minta tumpukan ribuan ke nyokap gue, untuk antisipasi serbuan bocah-bocah. Gue lupa nukerin uang soale.

Rumah kosong melompong. Gue lanjut keliling komplek ke rumah beberapa sobat masa kecil gue, tempat gue dibesarkan. Datang untuk bersalam-salaman di rumah mereka adalah wajib. Biar bagaimanapun ikatan keluarganya kental sekali, lha gue numpang makan tidur dari kecil di situ juga.

Balik ke rumah, gue menikmati tontonan tahun ke tahun. Warkop DKI. Gosh, Eva Arnaz sungguh memukau cantik luar biasa. Terus gue tidur deh melanjutkan istirahat gue yang kurang.

Bangun tidur, lanjut ritual gue, makan siang sembari nonton DVD. Untung gue sempat beli tumpukan DVD. Kini waktunya menonton semua itu, setelah yakin tidak ada lagi film Warkop di TV, atau ada film seru di HBO. Gue memilih menonton Starship Trooper 3. Seri pertamanya adalah film favorit gue.

Selesai menonton, gue ngantuk berat, tidur lagi brur…

Dibangunkan oleh beberapa kali suara SMS-SMS dan telepon-telepon maaf lahir batin. Salah satunya seorang anak muda berbakat di kantor yang sangat antusias, gue janji ngajak die ngupi-ngupi cuma belum sempat aja. Sangat simpatik anak ini.

Dan… telepon dari seorang senior produser, ada masalah dengan salah satu kaset episode yang harus tayang besok. Sebelumnya pagi juga sudah dikabarkan oleh sang editor gondrong. Duh alamat gue harus ngantor buat ngecek itu masalah besok, untung gue nggak di Jawa. Terus tidur lagi deh gue karena masih lelah.

Bangun tidur, rumah dalam keadaan gelap. Menyalakan semua lampu-lampu rumah. Hujan badai membuat perut lapar ingin sekali sate kambing. Namun apa mau dikata, lebaran hari pertama gue yakin semua tukang sate se-Jakarta pasti nggak ada yang buka. Keinginan nomor dua adalah Pizza, namun juga tutup. Akhirnya ngalah dan dengan berat hati menelepon franchise terbesar di dunia yang gue benci. Malam itu gue makan malam cukup dengan bigmac, double cheese burger, 2 fries dan 2 cola supersize saja. Dinikmati sembari menonton DVD Iron Man.

Malam makin larut, DVD nya sudah beda, kini yang diputer film-film besutan sutradara Rocco Siffredi, hehehehe.

Lebaran hari kedua,

dibangunkan jam 9 oleh telepon sang editor gondrong, gue nggak perlu ke kantor, problem teknis sudah beres, hanya salah preview saja. Thanks God, gue bisa lanjutin proses recovery gue.

Mengumpulkan nyawa sembari menyalakan TV, warkop DKI lagi. Kali ini dengan trio favorit gue: kiki fatmala, gitti srinita dan malfin syana. Ini episode menarik (gue apal semua film warkop) ini episode dimana inneke koesherawati debut perdana sebagai salah satu cewek figuran. Terlihat masih kurus dan innocent.

Ngopi pagi sembari browsing internet, browsing-browsing nggak jelas.

Telepon dari konco gue si SP. SP udah males di rumah ngajak jalan. Dijemput jam 12. Gue yang merasa belum cukup istirahat fisik mengiyakan karena tergoda merasakan lalu lintas lowong Jakarta.

Makan siang sudah bosen dengan menu Lebaran, gue memilih memasak indomie goreng.

SP datang, kita melaju dengan mobilnya. Kemane kite? Gue bilang kalo gue lagi mau belanja supply makanan dan toilettes, die setuju dengan ide gue. Die juga kurang supply di rumah.

Tujuan Carrefour, tapi bosan dengan Carrefour langganan kita, dengan jalanan yang lowong kapan lagi kita bisa leluasa? Akhirnya kita pilih melongok Carrefour Mall of Indonesia. Kita belum pernah kesana dan males banget jalan kesana kalo hari biasa. Sekalian juga kita mensurvei beberapa ruko di kawasan situ yang memang terkenal tempat hiburannya di milis-milis. Laksana detektif, akhirnya beberapa kawasan yang memang tutup bisa kita ketahui lokasinya.

Mall of Indonesia atau MOI. Enaknya lebaran kita bisa dapat parkir di pekarangan luar tidak di basement. MOI masih kosong belum banyak tenant, konsepnya banyak tempat hiburan bocah di dalamnya. Hari itu yang buka cuma Blitz dan Centro. Gue menyempatkan beli makanan yang gue idamkan di counter pusat jajan. Camilan manisan mangga dan manisan salak.

Lanjut ke Carrefour di basement MOI. Gue ingat udah lama gue diingatkan untuk ganti helm, karena helm gue sudah hancur berat dan gue belum sempat nyari gantinya. Kebetulan di sini sedang sale, langsung gue jatuh hati dengan sebuah Helm.

Selebihnya gue membeli 2 six pack Cola (Zero dan Classic), Deodorant Spray, sikat gigi Oral-B, shampoo Pantene, roti perancis gede, dan mencoba produk mash potato instant.

Sedangkan SP terpikat dengan sebuah tas Gym untuk mengganti tasnya, dan beberapa kebutuhan pria serta supply makanan.

Selesai membayar di counter, mall satu ini emang terlampau gede ampe lupa nyari jalan keluarnya, walhasil 15 menit dihabiskan mencari-cari di mana pintu keluar.

SP masih kepingin mencari flash disk micky mouse, tiba-tiba dia ngidam begituan. Kenapa tidak kita ke Mangga Dua mumpung jalanan kosong. Pergilah kita meluncur kesana, sembari mendengar lagu ‘Forever Young’ di radio.

Perjalanan ke Mangga Dua dari Kelapa Gading, akibat ngotot sekali-kali nggak naik tol, membuat kita sedikit nyasar di jalan-jalan sekitaran tanjung priok, tapi gue menikmati pemandangan kapal-kapal di pelabuhan tanjung priok.

Mangga Dua Mal tutup, feeling gue mengatakan kenapa tidak kita mencoba ke Mangga Dua Square yang gede itu. Kite penasaran isinya apaan. Kalo lalu lintas normal pasti males banget ke daerah beginian.

Ternyata rame disini, serasa di Hong Kong, meski tidak terlalu ramai.

Disini gue menemukan pusat elektronik, baju, dan lainnya. Sayangnya flash disk tidak ketemu disini. Yang ketemu malahan tambahan supply DVD, plus kita nyasar ke salah satu FO. Gue malahan nemu polo keren seri Tiger Woods, sangat bagus sehingga SP juga ikutan beli. Hunting iseng yang seru karena spontan.

Serial menikmati hidup dilanjutkan pas keluar dengan perut sudah lapar. Tapi sumpah males banget makan di mal, serasa kerja atau lagi meeting bisnis. Ndilalah, di pekarangan luar ketemu tempat yang cozy. Arena makan outdoor dengan pemandangan lampion dan pagoda merah. Langsung cocok, duduk deh. Lagi-lagi beruntung kita menemukan nasi Hainam terenak sejauh ini. Porsinya jumbo lagi. Gue dan SP menghabiskan 2 nasi ayam hainam dengan sayur pokcay, ayam rebusnya gurih sekali bumbunya, minumnya es teh liang, wuidih. Tak lupa dessertnya es sekoteng medan.

Masih tidak rela pulang cepet, SP mengusulkan mencari-cari buku. Tapi tetep kita nggak mau yang biasa, ngapain ke Gramed Matraman kalo Jakarta lowong, beloklah kita ke Grand Indonesia, mal yang bikin sebel karena juga kegedean. Tapi kita berdua penasaran dengan yang katanya the best Gramedia in town.

Terkesima dengan sistem masuk ke parkiran yang terlalu patah beloknya, kita sebel karena capek naik eskalator. Akhirnya sampai di Gramedia di west mall. Interiornya keren, beda jauh, lebih mirip toko buku asing. Buku berbahasa inggris yang gue cari tidak ada di English section, dan cukup jauh kalo harus jalan ke Kinokuniya di east mall, ya sud ke bagian buku lokal.

Di situ gue nemu dua buku yang udah lama gue cari, kisah si Jambul Putih, behind da scene-nya Adnan Buyung Nasution, berisi kisah ringan dari tonik rambutnya, pola hidupnya, dan semua kisah yang menjadi pertanyaan orang tentang hidup Bang Buyung, penulisnya tak lain, yang sering kita kontak kalau mau interview si Abang, yaitu mbak Bunga, sespri media beliau. Akhirnya buku ini ketemu.

Satu buku lagi adalah novel ‘a very yuppy wedding’ novel pertama Ika Natassa, gue baru selesai baca buku keduanya ‘Divortiare’ dan itu seru banget. Sama seperti dulu Dan Brown dan ES Ito, menurut gue, gue harus beli buku pertamanya kalau tulisan dalam buku kedua gue suka banget. Gaya bahasa dia asyik banget. Segar dan gurih. Two thumbs up buat Ika. Elu penulis yang gue suka, gue baru menemukan dan menikmati buku dengan model penulisan seperti ini semenjak Fira Basuki dan Dee.

Si Gramed yang keren ini juga saking kerennya, tas belanjanya beda. Bukan plastik belanja dengan logo gramed yang garing. Tapi lo dapat tas belanja item model beli parfum, dengan warna item elegan dan tulisan ‘the right place for smart people’ terus sisi sebelahnya ‘enlighting minds, expanding horizons’ keren!

Pulang deh sampe ke rumah. Masih sempet tengah malam, sembari menonton DVD 10,000 BC, mengetes itu penemuan baru, mash potato instant yang tinggal disiram air panas, mantap! Setuju berat, besok laen kali ke Carrefour tinggal borong aja.

Menunggu kantuk sembari membaca-baca kedua buku tadi.

Demikianlah, maaf lahir dan batin semuanya! Saya dan Luna Maya beserta tim produksi sinetron kiamat hampir habis, mengucapkan selamat hari raya idul fitri. Hmwuah!










kantong gramed








nasi ayam hainam plus es teh liang medan