Mia, kawan gue yang unik menelepon. Dia mengabarkan Lutjka akan ke Indonesia. Siapa gerangan Lutjka? Lutja adalah anak Ceko yang juga sering nongkrong bareng anak-anak Indonesia jaman dulu gue kuliah di Utrecht dulu. Lutjka ini deketnya sama temen gue si Radja, mereka pernah menempuh Jerman-Paris-Belanda modal hitchhike gitu deh. Kalo sama si Mia, doi memang temen satu apartemen. Terakhir gue inget bersama yang lain-lain kita bikin keributan pas ulang tahun di dapur apartemen Mia, malem-malem teriak-teriak menyanyikan lagu Gebyar-Gebyar dengan alunan gitar sembari masak martabak manis.
Anyway, si Lutjka ini datang ke Indonesia dalam rangka mau jadi volunteer di sebuah NGO internasional yang peduli pendidikan di Semarang. Ia akan berada di sini selama 6 bulan. Beberapa hari ia akan tinggal di rumah Mia di daerah Jakarta barat sebelum berjuang di Semarang.
Nah, Mia ingin pada hari minggu kita memberi tur unik untuk Lutjka, tentu saja, gue sebagai tour guide-nya. Ok deh. Gue paling demen jadi tour guide. Dan gue punya reputasi bagus tentang itu. Apalagi gue hobi ngumpulin urban legend Jakarta yang gue tuturkan penuh bumbu dramatis. In English for sure.
Hari minggu yang indah, paginya gue nge-gym sebentar, latihan otot dada, lari cardio bakar beberapa ratus kalori plus sauna biar sehat. Langsunglah gue meluncur ke Sarinah Thamrin. Jam 11.30 gue bertemu dengan Lutjka, Mia, dan Arman di Roti Boy. Arman adalah cowoknya Mia. Ini juga pertemuan hangat gue setelah sekian bulan dengan Mia, temen gue satu geng begajulan di Utrecht dulu. Kelakuan bocah satu ini nggak berubah-ubah, masih ancur dan cuek.
Nah si Lutjka, bintang kita ini masih tetep sama. Cuma rambutnya panjangan dikit aja. Dandanannya sama, rambut gimbal. Tau deh kapan terakhir dikeramas hehehe. Basa-basi sebentar melepas memori. Nanya sana-sini. Melajulah kita.
First destination, Restoran Padang Sederhana, atau Simple Meadow Restaurant. Kita mendarat di jalan Sabang. Lutjka akan merasakan sensasi nasi padang perdananya. Lumayan kita buat dia terkesima dengan akrobatik para pelayan dan banyaknya menu. Pertanyaan pertama dia,
“How to eat all of this?” penjelasannya adalah,
“Well, the beauty of this feast is you eat what you take, and you pay what you take.” Kali ini gue bersama Arman yang menjelaskan.
Pertanyaan Lutjka yang kedua,
“How they know what we take from all of this?” hohoho, kite jelasin,
“Amazingly they know all of this very well.” Keren banget ini atraksi buat bule.
Okeh, saat itu Lutjka, yang seneng makan macem-macem tanpa ada gangguan perut, menyantap cassava leaf dan Rendang, dia suka rasa daging rendang. terus hampir kepedesan makan green chili sambal, dia juga sukses gue suruh nyobain chicken pop, which is boiled chicken without skin with special sauce. Lalu tak lupa tantangan menghabiskan separuh gulai cow brain. Sembari mengunyah buffalo skin cracker atau krupuk kulit.
Tipikal Bule yang nggak seneng ditraktir padahal kita pengen menjamu si Lutjka. Disini kita menghabiskan 20 ribu each.
Lanjut. Lutjka beruntung datang saat ulang tahun Jakarta 22 Juni. Kita akan bawa ke kota tua Jakarta. Namun sebelumnya Lutjka pingin melihat Katedral dan Masjid Istiqlal.
Kita ke Istiqlal naik Bajaj, karena ini pengalaman buat dia, bentar lagi akan punah. Gue stop bajaj di sabang, nego. Abangnya minta 15 ribu, gue yang jagoan situ langsung nembak goceng. Kita deal di 7 ribu. Agak kejam seh. Tapi kalo servisnya bagus tentu gue tambahin.
Naiklah gue dan Lutjka ke Bajaj, si Mia dan Arman ngikutin pake mobil. Sembari motret kita di Bajaj, abangnya gue direct biar nyetirnya klop dengan mobil Mia.
Gue tunjukin, ini jalan kebon sirih, itu City Council, itu City Hall tempat Governor’s office. Tiba-tiba,
“Wow you’re lucky! the governor just come out from his office. Look at that car with those guards. That’s our governor.”
Jadi, si Lutjka bisa liat si gubernur, bajaj kita tepat banget disamping iring-iringan mobil gubernur B-1 yang baru aja keluar gedung.
Kita terus muter melewati monas. Lutjka asyik motret-motret dengan Nikon SLR nya. Sedangkan Mia memotret kita dari mobil dengan Nikon SLR nya juga. Sampailah kita di depan Istiqlal yang sedang ada Zikir akbar. Penuh buanget.
Nah, bagaimana ini? Dengan pede gue bawa itu Lutjka memasuki areal Istiqlal. Problemnya si bule satu ini cuma pake tanktop doang hehehe. Si Mia pake celana pendek lagi.
Bener deh rombongan kita di depan pintu masuk distop beberapa massa. Nah UNTUNGNYA. Untungnya ternyata istiqlal punya petugas khusus buat menyambut turis. Kite disambut terus dikawal ama seorang Ustadz. Walau gue sebel disuruh copot alas kaki pas baru napak di sebelum tangga. Well, gue kan sering sholat disini, jadi gue tahulah batas-batas alas kaki, dan nggak usahlah overacting mentang-mentang gue lagi sama bule dan dua temen gue yang emang beda agama. Gue tau kok area dibawah tangga itu masih agak jauh sebelum buka alas kaki. Baru seminggu lalu gue kesini interview ketua MUI.
Sempet bingung kok dibawa ke kantor, eh ternyata asyik lho. Ada beberapa bule juga asal Aussie. Si Lutjka dan Mia dipakein baju kaya ghamis gitu satu badan. Terus isi biodata turis. Hihihi mengisi strip pada kolom religion karena si Lutjka atheis.
Nah dikawal deh kita keliling istiqlal, seumur hidup baru sekarang gue tur istiqlal. Lutjka bisa berdiri ditengah-tengah jemaah ibu-ibu dan melihat view ruang utama yang lagi penuh ceramah yang disiarkan langsung di TVRI yang kita liat di ruang kantor tadi. Terus keliling ke luar pelataran menara. Terus kita melihat kubah, yang ternyata gue baru tau kalo ada makna historis dibalik itu semua. diameter 45, tinggi tiang 8, jarak bintang dan bulan 17, jadi bermakna hari kemerdekaan kita hehehe.
lalu kita beranjak ke gereja Katedral, disini Mia yang memimpin tour karena gue nggak gitu ngerti soal gereja katedral, ini pengalaman pertama gue kesini. kalo Mia dari kecil udah sering seremoni di sini. berkeliling dan mengetahui sedikit keunikan ujung menara model gothic itu, lalu kita lanjut ke es krim Ragusa untuk melepas lelah sejenak.
setelah itu kita lanjut ke Kota old Batavia, untuk ikut wisata tour jelajah kota. disini digelar festival besar. Seru sekali, apalagi ada es potong yang nikmat. Kami bergabung dengan beberapa sohib Mia lainnya. Lalu dipandu tour guide, kita keliling menapak tilas kejayaan tempo doeloe: reruntuhan benteng kompeni, jembatan intan, menara meriam, pelabuhan, dll.
malamnya tak lupa kita menjamu sekali lagi tamu kita ini dengan makanan favoritnya: tahu telor pake petis. Kita ajak makan di satay house on prosecutor street atau jalan jaksa hehehe. Lutjka ini memang hebat, tamu bule yang tidak punya problem dengan makanan lokal kite.
sebelum berpisah, Lutja minta dianterin sebentar mencari buku guide Indonesia, tentu saja periplus dan aksara di Plasa Indonesia pilihan yang tepat. OK, kita bakalan ketemu 6 bulan lagi. Enjoy your adventure on Semarang!