Saturday, September 13, 2008

a cup of mocca latte, zip it slowly

Another task accomplished. Sebuah pekerjaan khusus yang membuat gue hampir sakit jiwa temporer. Kalau tidak ada sokongan dari kawan-kawan sejawat yang asyik-asyik, tiap malam bawaannya mau ngedraft surat resign dan ngisi formulir lamaran PNS PT Pegadaian. Hehehe. Terima kasih kawans, kalian penghilang stress nomor satu memang.

Sebuah talkshow khusus 13 episode dengan 91 narasumber maha penting yang harus rampung dalam 4 minggu tanpa jeda. Sebuah kerja marathon penuh riset, lobi, desain produksi, desain teknis, dan perjuangan melelahkan lainnya baik fisik maupun mental. Menghabiskan 5 slop rokok, 5 galon kopi hitam, 5 krat vitamin C UC 1000, 5 box madurasa, dan sebotol sabun cair untuk mandi di shower kantor.

Sebagai seorang bujangan, perayaan paling enak dari penyelesaian sebuah tugas adalah: tengah malam buta bersama satu brown bag besar berisi American junk food full cholesterol, sofa malas, dan menonton kembali HBO yang menayangkan ‘Any Given Sunday’. Kemewahan sederhana yang rasanya setara dengan menghabiskan 2 gelas kopi dengan seorang wanita cantik. Sudah 4 minggu ritual terakhir ini sempat hilang.

Keesokan harinya bangun siang. Sebuah kemewahan, setelah empat minggu rodi dari jam 9 pagi hingga jam 3 pagi dini hari tanpa jeda libur sama sekali.

Lanjut masih harus masuk kantor untuk urusan administrasi, tanda tangan-tanda tangan yang terbengkalai. 2 hari seperti itu, dilakoni dengan kabur cepat dari kantor, dan akhirnya bisa hang out untuk beberapa meeting yang tertunda.

Hari libur tiba. Cuma dikasih jatah 2 hari dari 8 hari libur. Bangun tidur langsung bikin appointment with my fave barber. Program show ini membuat rambut gue cepet banget gondrong. Penampilan rapih, lanjut relaksasi ke ZEN. Jurus-jurus massage sang therapist membuat gue bugar kembali. Lanjut bobo-bobo santai sembari nonton tumpukan DVD di rumah.

Malamnya bikin senang orangtua gue, dengan menyambangi sembari membawa 3 bungkus ukuran jumbo Chinese food favorit mereka. Lanjut malamnya khusyu menulis manuscript gue yang belum kelar. Tinggal editing aja sebelum dibawa ke penerbit yang sudah antusias.

Lanjut tidur. Hehehe. Terus sore-sore bangun deh dandan. Shaving dan aftershave juga wajib. Kan nggak boleh tampil lusuh di depan wanita cantik. Undangan buka puasa bersama sudah membludak. Gue sempatin hadir di semuanya, namun susah juga karena tergantung stamina, jadi gue datengin yang gue udah komitmen duluan.

Badan masih kendor, otot sudah tidak sempat dilatih ke gym 4 minggu ini. Bulan puasa juga tidak kondusif untuk olah bugar. Jadinya istirahat penuh saja me-recharge stamina yang terkuras. Waktu luang sangat mewah sekali akhir-akhir ini, digunakan semaksimal mungkin untuk membaca beberapa buku-buku to feed my brain.

Saat ini: browsing-browsing nggak penting, update-update situs-situs pergaulan sosial, milis, blog, dan tentu saja chatting dengan beberapa teman. Menyusun rencana untuk menggunakan sisa jatah libur di sebuah resort indah di Berau jatah teman yang sedang riset lapangan.

Advice of the day, “Enjoy your leisure time while it last, buddy.”

Mengenai acara tersebut, bisa didownload di sini .

keterangan foto di atas, semua bermula di meja ini: data kontak dan schedule narasumber, tumpukan data riset dari berbagai instansi yang musti diolah, post it berisi telepon-telepon yang masuk dari berbagai humas, ajudan, sespri, dsb. Bungkusan makanan penahan lapar, charger handphone yang tidak boleh mati Karena terus menerus berdering, gelas kopi, staples andalan, wallpaper gambar Al Gore pembangkit semangat, tumpukan data yang terus menggunung tiada henti, buku-buku referensi: Memoar Abdul Rahman Saleh, Janji SBY, memoar Dino Patti Djalal, buku Bappenas, report Departemen PU, report Departemen Keuangan, dsb. Map clipboard biru andalan berisi rundown yang terus diupdate, sebotol vitamin, dan jaket tebal penahan AC yang dingin.