Monday, December 22, 2008

rendezvous dalam lift

Ting tong

Aku memasuki lift kaca itu seperti biasa rutinitas keseharian, turun naik lobby lantai dasar-kantorku di lantai 11- turun ngerokok ke parkiran lantai 8 – balik ke lantai 11 lagi - turun ke lobby lantai dasar lagi. Begitu terus.

Hingga suatu saat,

Sore hari yang usual, seperti hari-hari kerja lainnya.

Ting tong, pintu lift terbuka di parkiran lantai 3.

Sosok manis jelita memasuki lift yang sudah berisi 4 orang itu.

Betul-betul kreasi Yang Maha Pencipta edisi paling mutakhir. Tinggi semampai, rambut bergelombang, cantik luar biasa dengan balutan stocking hitam dan high heel.

Eh, sepertinya wajah ini familiar. Si manis juga menoleh sekilas ke arah ku. Pandangan mata kami bertemu.

Saling berebut menyapa nama. Nyaris bersamaan. Lalu tertawa tertahan.

Ah udah lama sekali, dimana kamu sekarang. Saling menanyakan kabar.

Sang jelita adalah seseorang dari masa lalu yang indah. masa-masa masih berbalut jeans butut dan menyandang ransel butut. Masa dimana bersamanya dapat melihat sisi dunia yang lebih indah.

Ting tong. Pintu lift akhirnya terbuka di lobby lantai dasar.

Saat itu pembicaraan sudah sampai ke:

terakhir kalo nggak salah waktu itu kamu mau married kan ya? Demikian tanyaku mencoba merefresh ingatan.

Ah aku masih sendiri kok, jawab si cantik. Lalu matanya mengerling.

Nomor kamu berapa sekarang? Kata si cantik saat kami akan berpisah langkah. Kami pun bertukar nomor selular.

Kantorku di gedung itu, tunjuknya ke salah satu gedung di komplek perkantoran ini.

Kupanggil namanya dengan agak ragu sebelum ia hilang dari pandangan.

Langkahnya terhenti, lalu menoleh ke arahku.

Wanna join me for a cup of coffee after office hours?

Si jelita mengangguk anggun.






1 komentar:

Anonymous said...

terus terus gimana mas kelanjutannya? *penasaran*