Monday, August 13, 2007

awal dari sebuah akhir

MC Escher once said "only those who attempt the absurd will achieve the impossible." Sebuah cerminan yang indah dari seorang pekerja underpaid dengan waktu kerja tidak wajar di sebuah profesi yang tidak termasuk list cita-cita anak SD inpres.

Guys, akhirnya tujuan utama dari kedatangan saya ke negeri bercuaca forecast-proof ini tercapai juga. Tujuan utama resmi -selain tujuan-tujuan sampingan untuk mencicipi kenikmatan duniawi yang sejak bocah terasuki oleh Hollywood mediocre movie- untuk meraih gelar idaman accomplished sudah.

LLM, originated from latin words legum magister (continental) ada juga yang menjabarkannya sebagai lex legibus magistri (anglo saxon), atau saat ini cukup dikenal sebagai master of laws. Dengan dua L dalam latin atau law jamak menjadi laws. Rekan saya menyadur sebuah teori bahwa, jaman yunani kuno dulu, LLM konon dianggap menguasai hukum dunia dan juga hukum langit, gile. Indah nian makna filosofi dari ini gelar. Kontras dengan kecenderungan saat ini dimana penguasaan ilmu hukum semakin spesifik dalam suatu bidang. Negeri oranye menyebutnya dengan meester in de rechten. The man who can change the law. Truly noble spirit.

Thesis saya mendapat nilai sedikit mendekati excellent, sebenarnya bisa excellent kalau tidak ada “inadequacy of english.” Yah memang agak berat sekali bagi saya untuk comply ke english british yang academic english plus style ‘exotic’ legal writing sesuai tuntutan standar tinggi dari sang supervisor.

Terimakasih pada semua rekan-rekan yang sudah menyertai pembuatan thesis ini. Proses badai otak untuk topik thesis ini dimulai sejak februari. Diawali dengan menghadiri sebuah international conference di Brussel, terimakasih kepada Prof Stefaan Smis (Vrije Univ Brussel) yang baik hati, pasokan bahan untuk thesis juga dengan senang hati dikirimkan oleh, Celine Tan (Warwick University) dan Prof Olivier de Schutter (Louvain University, New York Univ) masukan juga banyak dari diskusi dengan Mathias Santana (Universitaire Louvain), Edward Kwakwa (WIPO) dan Eric De Brabandere (Universiteit Gent).

Dari conference ini data awal mulai dihimpun dan di-exercise, devil advocate untuk tahap exercise ini (sengaja saya tulis rada formal sedikit) adalah Mova Al Afghani (Max Plank Institute Hamburg, Bremen University), Irene Hadiprayitno (SIM Utrecht University) dan Rizky Pandu Permana (peneliti gadungan Geo Science Utrecht University). Masukan juga datang dari Irendra Radjawali (part time PhD candidate full time life adventour), Annisa Rijadi (diplomat muda berbakat Deplu) dan Chandra Samekto (peneliti muda sedikit gemuk Bappenas). Masih belum percaya diri, akhirnya diskusi lanjutan digelar bersama rekan sekelas, David Taylor, Sofka Trajevka, dan Aimbale Malaala.

Setelah haqul yakin, proposal matang sudah. Kemudian info akan adanya seminar yang sangat berguna untuk tambahan bahan datang dari Ratna Yunita (penguasa Bakoel Koffie Cikini dan yurisdiksi sekitaran Denhaag HS) terimakasih kepada Abel Esteban (Corporate Europe Observatory) dan Nancy Alexander (Citizens' Network on Essential Services, USA) atas presentasi bermutu yang menyetrumkan inspirasi.

Tahap menulis dengan penuh cucuran darah dan keringat dihiasi oleh rekan sekerja di LLM room, diskusi menarik dengan Dr Alberto Castro Barriga (Peruvian Ombudsman), Olivia asal Aussie hingga seorang wanita Lithuania exchange student dari Helsinki yang hingga kini saya tiada ketahui namanya, senyumnya indah nian saat kita break ngopi sembari diskusi. Librarian SIM Utrecht yang sabar sekali memenuhi permintaan saya akan buku-buku yang tergolong susah dicari, penjaga library hukum yang cantik, yang membuat saya ceria meski harus menggotong pulang sekarung goni buku-buku nggak jelas, Katherine dan Alexandra yang membuat sudut ruangan perpus yang paling sumpek oleh buku-buku terlihat lebih indah. Staf dari NGO Equal in Rights yang rela buku-buku koleksi mereka saya gratak acak-acak.

Meneer Nikko dan Satpam endut yang dengan ramah memberi extra waktu bagi saya untuk merapikan dan men-save document sebelum mengusir saya dari LLM room atau perpus karena kelewat overtime. Para pengecek kaidah bahasa inggris yang baik dan betul, yang dengan senang hati saya todong membaca: Pilar Mohammad Mochtar (diplomat muda berbakat deplu) Meli (ibu guru cum matematikawati), David Taylor, dan Alberto Castro.

Wuih banyak juga yah. Ini baru yang direct academically, belum tercakup bantuan moral support dalam berbagai kesempatan. Makasih banget deh buat semua. Susah juga ternyata jadi master.

Akhir kata, kenalin neh, Wahyuningrat, SH, LLM. Sounds cool, isn’t it?

Kini saatnya pulang, kembali ke realita kehidupan yang getir di belantara Jakarta. Kembali menjadi buruh berseragam biru. Kembali kerja 12-14 jam sehari dan kerap di akhir minggu. Rutinitas pulang kerja saat jalanan sepi dan bromocorah berkeliaran, singgah mengisi perut yang lapar jam 3 pagi di kedai bubur ayam 24 jam.

Tapi saya percaya ini bukan sebuah akhir. It’s just the beginning of a new story. My story.

LLM, anybody? Hehehehe.

2 komentar:

Irfan Toni H said...

Selamat ya Wahyu. Semalam gue ngimpiin elo. Hahahaha. Elo lagi main basket. Gue? Orang lewat. Lokasi: Penjara.

ime' said...

Rizky Pandu Permana (peneliti gadungan Geo Science Utrecht University); Irendra Radjawali (part time PhD candidate full time life adventour)

kok kayaknya dua nama di atas familiar yah ama gue? :-?

udah di-brain 'damaged' apa aja ama mereka? kekekekekek :P

lagi jalan-jalan; salam kenal ;)