Monday, August 20, 2007

hidup sehat coy

Merokok dapat merugikan kesehatan.

Dan juga kantong celana.

Kalo kamu hidup di Belanda, resiko kedua dijamin akan menjadi berlipat-lipat ganda. Namun resiko pertama malah dapat dieliminir.

Bagaimana tidak, harga sebungkus rokok di belanda adalah 3,20 hingga 3,80 euro alias sekitar 35 ribu rupiah. Lima kali lipat dari harga rokok di tanah air. Tingkat kerugian akan semakin tinggi jika anda perokok kretek, karena jenis ini semakin sulit didapat. Tambahkan juga jika status anda adalah mahasiswa penerima beasiswa yang dijamin pasti begaya hidup minus.

Ada dua pilihan yang bisa ditempuh untuk para perokok jenis kretek dari kalangan strata mahasiswa berkantong minus.

Pilihan yang paling tepat, tentu saja dengan mengingat petuah mulia sang ketua OSIS jaman SMP saat memperingati anda ketika mencoba-coba mengisap rokok pertama kali dengan alasan biar terlihat cool seperti ongky alexander.

Pilihan kedua adalah dengan menerapkan taktik perluasan jaringan seperti rekan saya adept (bukan nama sebenarnya). Mengabsen semua teman yang dikenal di seluruh Belanda, lalu jika beruntung, pasti anda akan temui ada saja satu dua orang yang akan pulang pergi ke tanah air setiap bulannya. Anda langsung dengan nada malu-malu menyebut satu slove barang tersebut saat dia menanyakan apakah ada titipan atau tidak.

Atau seperti rekan saya si kiki (juga bukan nama sebenarnya), yang saya heran selalu saja rajin pagi-pagi menjemput kolega-kolega yang baru mendarat di schipol. Rupanya selalu saja ada titipan khusus untuk kiki yang diserahkan oleh para kolega baru yang dikenalnya dari hasil surfing di dunia maya.

Atau anda bisa juga memutuskan untuk berhenti merokok sama sekali. Atau pindah ke jenis rokok putih dan berhemat dengan merokok merk Drum. Ini jenis rokok berupa sekantung tembakau dan kertas dimana anda harus melinting sendiri. Dengan 4 euro anda dapat merokok hingga 100 batang, lumayanlah untuk 10 hari jika anda perokok (berbadan) berat seperti adept dan kiki.

Saya sendiri akan mencoba menghitung perbandingan tingkat kesehatan saya di negeri Belanda ini dengan di tanah air.

Selama setahun tinggal di belanda saya menghabiskan rokok sebanyak:

Bawa sendiri dari tanah air: 14 bungkus
Dibawakan oleh temannya kiki: 10 bungkus
Dibawakan oleh meli: 10 bungkus
Dibawakan oleh annis: 10 bungkus
Dibawakan oleh odi: 10 bungkus
Beli sendiri selama disini: 10 bungkus
Pemberian selama kerja di pasar malem: 10 bungkus

Dibawakan oleh meli again: 3 bungkus
Dibawakan oleh tante chandra: 10 bungkus
Diberikan oleh mara: 5 bungkus

Total jendral: 92 bungkus untuk setahun

Jika saya merokok ketika hidup di Jakarta adalah rata-rata 1 bungkus sehari, maka komposisi perbandingannya adalah: 92 bungkus berbanding 365 bungkus atau,

1 : 3,9673913

Perbandingan akan semakin besar jika menambahkan fakta bahwa selama setahun disini saya mengayuh sepeda sejauh 10 KM setiap harinya, ditambah olah fisik berat lainnya.

Jadi, kesimpulannya untuk saya adalah: tidak apa-apa lah untuk merokok selama disini, wong saya jauh lebih sehat empat atau lima kali lipat ketimbang di Jakarta.

renungan: Pramoedya menghabiskan 36 batang rokok setiap hari, dan rokoklah yang menemaninya menelurkan novel-novel besar kaliber dunia. Novelis peraih Nobel dari Mesir, Najib Mahfouz mulai merokok sejak SMP, sembari minum kopi dan merokok itulah novel-novel besarnya lahir

1 komentar:

. said...

Kenapa tidak dicantumkan barang sedikit saja kalo merokok nggak baik buat kesehatan bang?