Monday, April 10, 2006

Bukan Makanan Kucing

Kini saya punya tempat tongkrongan favorit baru. Tempat ini sangat pas untuk saya yang sering kelaparan tengah malam. Ini tongkrongan asli daerah. Beken di jogja dan solo. Di Solo namanya hek solo, di Jogja namanya angkringan. Entah mana yang memulai terlebih dahulu. Tanpa memperdebatkannya, saya akan menyebutnya dengan hidangan yang selalu mereka jajakan, nasi kucing.





sebuah tempat persinggahan malam favorit.


sebuah tempat yang cozy dan tenang, n gak bakal diusir sampe jam 2 malam walau cuma pesan teh hangat satu.





Nasi kucing? Yup. Dinamakan seperti bentuknya. Porsinya sedikit, kira-kira 5 suap, dibungkus plus sepotong kecil (secuil) ikan bandeng goreng dan sambel terasi merah. Di jawa sana dibungkus dengan daun pisang atau daun jati, kalo di Jakarta sini digantikan kertas bungkus nasi warteg.

deretan bungkus nasi kucing, dengan latar belakang lauk penuh kolesterol yang menggoda.






nasi dengan porsi 5 suap, sambal, dan secuil ikan bandeng.


Itu hidangan utamanya, tentunya ada hidangan pendukung. Ada 4 jenis lauk, dan cemilan. Lauknya paru goreng, usus goreng, telur puyuh bacem, dan kikil goreng. Semuanya berkolesterol tinggi, hehehe jadi harap hati-hati. Lalu ada tahu bacem, tempe bacem, tempe goreng tepung, dan bakwan goreng. Dan jangan salah, semua hidangan tidak ada yang hangat, semua terhidang dingin.

Yang panas tentu ada, dan itu adalah minumannya. Disediakan 3 teko besar diatas tungku arang, mau hangat atau panas, atau panas buanget. Yang khas adalah teh jahe. Ada juga wedang jahe, susu jahe, teh manis kental, dan susu. Kalau tidak doyan dingin ada es batu tersaji.

mas anto sang pedagang, dan malam yang makin larut.


lahap menyantap nasi kucing, diperagakan oleh model.


Konon, di daerah aslinya, tempat nongkrong berbentuk gerobak portable ini, adalah favoritnya aktivis. Ia menjadi tempat diskusi tiada henti, karena terkenal dengan pesan teh hangat satu trus nongkrong berjam-jam tidak bakal diusir, sampai ia tutup. Murah meriah lagi.

Murah meriah? Tunggu dulu. Itu kalau di daerah, kalo sudah sampai di jakarta tentu lumayan mahal. Saya pernah survei harga asli di daerah, jauh sekali bedanya, hampir 50 persen. Anyway, price is not the subject here.

Ini berawal dari perjumpaan pertama dengan yang namanya nasi kucing ini beberapa tahun silam di tahun 2001, ketika bersama kawan-kawan berwisata ke Jogja. ini satu-satunya tempat makan yang kita bisa makan ampe bego dan tidak usah takut digetok harga, karena tulus banget penjualnya, biar kita semua pada nggak bisa bahasa jawa. Oh iya, kalau yang angkringan juga ada marus atau darah ayam goreng, kepala ayam, dan ceker ayam goreng. Sedangkan versi hik solo kadang tidak menyediakannya. Namun Hik Solo menambah oseng oseng tempe dalam bungkus nasinya.

Saya selalu memulai dengan menyapa ramah sang penjaja, mas Anto asli solo. Mas Anto adalah pedagang nasi kucing profesional dengan jam terbang tinggi. Ia mengklaim datang dari sebuah kampung di Solo nun jauh sana, dengan mayoritas penduduknya adalah pedagang nasi kucing. Kini ia memulai debutnya di belantara ibukota. Setelah menganggukkan kepala, biasanya ia langsung mengulurkan piring kecil dan sendok, lalu ia menyeduh minuman favorit saya, teh jahe. Teh jahe membuat saya berkeringat ditengah malam yang larut.

Lalu saya dengan sigap membuka bungkusan nasi kucing pertama, mencampur sambal dan ikan, mengaduk, dan mencomot cepat paru goreng dan tahu bacem. Saya melakukan gerakan ini dua kali. Setelah suap terakhir nasi kedua, baru menyeruput teh jahe sembari tangan menjelajah tempe goreng dan bakwan (gerakan serupa juga diulang 3 kali). Setelah tangan pindah mengelus perut barulah sebatang rokok dinyalakan. Biasanya untuk aktivitas ini saya merogoh uang 7.000 hingga 9.000 rupiah.

suasana makan tengah malam yang nikmat, diperagakan oleh model.

nikmat hingga suapan terakhir, juga diperagakan oleh model.

Rasa memang bukan yang saya utamakan. Namun atmosfir makan tengah malam dengan nuansa yang berbeda, adalah yang saya cari.

Kenikmatan ini dapat anda coba dengan mendatangi nasi kucing mas Anto di jalan pondok kelapa raya, pondok kelapa, jakarta timur, tepat disamping laundry LONDRE dan di seberang kios VideoEzy. Atau satu grup dengan mas Anto ada di depan Universitas Darma Persada Jakarta Timur. Jalan taman malaka, setelah jalan Radin Inten. Paman mas Anto mengelola juga nasi kucing yang lebih ramai dengan porsi yang lebih lengkap, di perumahan Duren Sawit, jakarta timur, di depan Gereja Santa Ana. Jika masih kesulitan mencari, masih dilokasi yang sama di jakarta timur, jajanan serupa dapat ditemui di lapangan parkir Polsek Kalimalang. Enjoy it.

1 komentar:

Anonymous said...

BUAT TEMEN-TEMEN yang berminat mencoba makanan malam khas solo

DImbuka PADA TANGGAL 31 MEI 2008

telah DImbuka warung hek SOLO di margonda,depok ui

BUKA JAM 07.00 MALAM - SELESAI

MENU :

NASI KUCING Rp.2000
NASI OSENG Rp.2000
BRAMBANG ASEM Rp.1500

TAHU n TEMPE BACEM Rp.500

WEDANG JAHE (ORIGINAL) Rp.2500
WEDANG JAHE PLUS-PLUS Rp.3000

sate macem2 Rp.2000

DLL.

PETANYA di web:


klik disini