Thursday, September 06, 2007

Pasca Balik Again

Akhirnya gue sukses menghidupkan nomor telkomsel gue. So mulai besok jumat, gue sudah bisa dihubungi di nomor terdahulu. Jangan hapus nomor keramat itu dari phonebook kalian.

Setelah puyeng ngurusin warnet yang terbengkalai tanpa supervisi setahun lamanya, gue makin tambah bete pas ngurusin membuka simlock K800i gue. Gue kira udah canggih teknologi di Roxy, ternyata masih kalah jauh murahnya jika membuka simlock di Belanda. Udah nggak semua toko bisa, harganya juga mahal banget. Alhasil gue mesti menunggu hingga akhir minggu ini untuk mengaktifkan handphone mahal gratisan gue itu.

Kondisi tragis juga dirasakan di rumah. Komputer keramat gue meninggal. My lovely 19 inch compie yang setia menemani gue mengerjakan proyek-proyek sampingan hingga tengah malam, tewas. Sudah 6 bulan motherboardnya meledak. Usianya memang sudah uzur. Udah dari tahun 2000. yang sedih, lagi-lagi hard disk gue jadi korban. Beberapa data terselamatkan dan dibawa hingga ke Belanda karena gue rajin bikin back up berkala, namun tetap ada beberapa yang luput. Portfolio mahakarya gue juga ternyata menjadi korban banjir Jakarta silam, karena dengan penuh keyakinan gue titipkan itu portfolio asli ke sohib dekat gue. Namun apa daya, sohib gue tidak kuasa melawan banjir Jakarta. Semoga gue masih punya back up-nya.

Beralih ke urusan kantor tercinte. Malam sebelumnya reporter handal, DC, yang kini makin kondang di nusantara (bagi pemirsa setia TV seragam biru), bertandang ke rumah gue. Kita ngobrol sampe bego hingga malam buta diselingi sate padang yang lewat di depan rumah.

Hari ini gue melapor ke kantor. Kantor terlihat berubah, jalan depan kantor jadi jalan gede tembus ke jalan panjang kebon jeruk. Interior luar sedikit berubah juga, termasuk lay out warung-warung depan kantor. Masuk aja kucluk-kucluk, di ruangan Current Affairs disambut meriah oleh para konco-konco, ngobrol-ngobrol sebentar, update gosip hangat, dan sekelumit situasi dan kondisi perpolitikan dunia. Tentu saja ada acara bagi-bagi oleh-oleh.

Ada yang terlihat makin gendut, ada yang terlihat makin cantik, ada yang terlihat kurusan. Ada yang bahagia, ada yang sedih, ada yang jutek pastinya. Yang pasti, di kantor banyak sekali wajah-wajah baru. Dari semalem nontonin TV, banyak sekali muka-muka yang belum familiar. Banyak yang pindah, cabut, mutasi, rolling, dll.

Seterusnya gue berjalan ngelapor ke HRD, dengan harapan ada adjustment salary untuk anak muda berbakat yang baru saja menyelesaikan S2 nya, dan tentu saja kenaikan pangkat. Hmmm, atau paling nggak ikutan kenaikan gaji tahunan yang kelewatan tahun lalu. Tambahan jatah beras kek, tambahan jatah makan kek, apa kek.

Well, nggak ada tuh. Yang ada gue disuruh bikin surat berita acara karena melampaui tenggat waktu cuti luar tanggungan. Heheheh. Yasud.

Balik ke ruangan, pimpinan baru saja selesai rapat. Kita ngobrol sejenak di ruangan pimpinan. Dan mimpi buruk gue bener terjadi, gue tetap akan bertugas di desk yang sama. Entah, ini mungkin juga sebuah kepercayaan barangkali, kalo gue orang yang tepat di desk itu. Well, frankly speaking, gue udah jenuh banget sejak tahun 2003 ngurusin itu program. Sesekali memang sih ngurusin yang lain, tapi sebagai tambahan, bukan benar-benar lepas dari program itu.

Keluar dari ruangan, karena pimpinan mau lanjut meeting dengan pemred, gue lantas mengunjungi beberapa meja bos, nyela-nyela sebentar karena komputernya meski sudah jadi bos tapi masih butut, belum flat screen seperti meja seberangnya. Meja seberangnya memang desk anak-anak dari program unggulan, program dengan kru terbanyak dan full support, apalagi hostnya orang nomor satu di kantor. Yang digoda hanya nyengir.

Lanjut ngobrol dengan bos yang kini ngurusin program kantor ini yang gue rasa paling top selama ini. Program parodi populer yang disenangi pemirsa di waktu wiken. Tapi kok dia malah stress, hehehe aneh. Namun dari lanjutan obrolan di warung depan. Rupanya para kru nya merasa mereka hanya sebagai pelaksana saja di program populer itu dan juga susah bekerjasama dengan para kru program dari insititusi luar kantor.

Gue juga ngobrol-ngobrol dengan kawan-kawan seperjuangan yang udah pada naek pangkat. hehehe. Pingin juga euy naek pangkat. Ada yang asyik cerita kalo dia udah sering gonta ganti mobil. Hihihi. Sedangkan gue, masih bingung karena ketika berangkat pake jual motor segala, dan hingga kini belum ada gantinya. Miris deh.

Terus gue ngobrol-ngobrol dong dengan kru saat ini dari program yang nampaknya tidak akan pernah lepas dari gue ini. Ada satu anak baru pengganti yang asyik ngejelasin kalo tidak ada perubahan prosedur atau format. Terus si teteh sohib gue yang kini jadi asprod di program ini juga ngejelasin sedikit-sedikit. Wuah. Untung sejak di Belanda gue udah sok yakin hal ini akan terjadi. Jadi gue masih ikutin perkembangan dikit-dikit, meski rada males. Walhasil gue sekarang harus kembali gedubrukan segila jaman dulu lagi deh ya.

Garuk-garuk sedikit, gue tengok sekeliling. Gile. Gue udah nggak punya meja, plus space buat naro barang, apalagi sekarang gue juga nggak kebagian laci atau lemari. Database yang dulu gue himpun dengan amat sangat, juga sudah tidak berbekas, wong anak yang jadi penerus gue dulu ternyata sudah berhenti kerja. Lenyap dengan warisan database gue. Gue malam ini harus ngubek-ngubek kardus gue di rumah, mencari back up yang gue simpan disana. Database itu berguna agar tidak perlu riset awal untuk segala hal, disana gue tuangkan semua ilmunya untuk gape dalam program ini. Berharap supaya ada perubahan, yah we’ll see lah setelah setahun ini.

Gue cabut keluar, ketemu dengan beberapa anak-anak. Ada si Indra yang dulu di Belanda juga di program beasiswa yang sama, terus beberapa anak-anak gila, salaman sama anak-anak tehnik, dan anak-anak kameramen studio bawah, tak lupa melepas rindu saat berpapasan dengan my fave anchor yang terlihat makin kurusan.

Gile berubah semua. Setahun lamanya, ini kantor lumayan berubah banget. Unfortunately, starting next week, this place will be my office again. Welcome to reality, Wahyu.

0 komentar: