Saturday, June 23, 2007

Bertemu Ratu Belanda

Gue yakin gue bukan orang pertama sekelurahan gue yang sekolah sampai Belanda. Namun bisa jadi gue adalah orang pertama sekelurahan Pondok Kopi Kecamatan Duren Sawit yang bisa masuk istana, salaman, sekaligus ngobrol dengan Ratu Belanda.

Gue dan beberapa teman sekelas terpilih untuk menghadiri undangan “The Fifth Anniversary of the Prince Claus Chair in Development and Equity” di Paleis Noordeinde, The Haque. Kenapa gue yang terpilih? Well ingat cerita gue dulu tentang gue pernah membantu Chiseche Mibenge sang coordinator International Alumni jadi tukang sound system di sebuah conference? Dan ingat gue juga pernah cerita kalau thesis supervisor gue satu TK dengan Ratu Belanda?

Ok deh rombongan pun berkumpul di Utrecht Centraal. Kami semua memakai pakaian sesuai dress code, dark suit. Untung jauh-jauh saya bawa jas, dan semalaman saya setrika lagi. Saya kira tidak akan terpakai, ternyata sudah 2 kali terpakai, yang pertama untuk conference di Brussel, yang kedua perhelatan kali ini, dan ketiga mungkin pas wisuda saya nanti.

Rombongan kali ini terdiri dari beberapa student LLM dan beberapa anak PhD terpilih. Ada 4 orang yang tidak diundang, satu ngotot hadir karena bapaknya anggota parlemen Slovenia (nggak penting deh ah) dan 3 orang karena mereka saudara nya Chiseche asal Zambia yang pengen cerita ke orang sekampung kalau mereka sudah pernah masuk istana Ratu.

Saya dan Irene, adalah dua orang katro asal Indonesia yang nyelip di rombongan. Irene meskipun hampir rampung menyelesaikan PhD nya, tapi masih norak untuk acara seperti ini, ia mengingat pesan ibu nya semalam via telepon untuk make a wish kalau sukses salaman dengan ratu. Meskipun sepertinya tidak mungkin ada kesempatan seperti ini, pasti susah mendekat ke ratu. Ngeliat ratu secara langsung aja sudah syukur, apalagi yang lain.

Kami berjalan layaknya rombongan lenong, turun dari kereta jalan kaki ke istana. Beberapa teman saya terlihat cantik rupawan dengan gaun malam dan high heel. Yoi jek, ketemu ratu gitu loh. Saya aja rela tampil dengan jas yang membuat saya terlihat gendut, layaknya pejabat korup. Irene tadinya mau memakai kebaya, tapi karena cuaca tidak bersahabat maka dia memakai jas hitam juga.

Masuk ke Istana Ratu

Memasuki istana, ada dua jalur, yang kiri buat khalayak awam yang hanya bisa masuk ke taman nya saja, dan dengan bangga kami semua ke kanan, ke istana Ratu. Di gerbang istana Kami menyiapkan access card khusus dan identitas kami, semua diperiksa oleh Royal Millitary Police dan dicek apakah ada di guest list layaknya masuk ke tempat ajeb-ajeb.

Memasuki lingkungan istana, setelah diberi hormat senjata Graak oleh para pasukan pengawal ratu, kami memulai foto-foto narsis. Lalu setelah semua puas, kami masuk ke dalam, disambut oleh karpet merah, hormat pedang oleh penjaga lagi, dan sebuah peringatan oleh kepala protokoler Istana, “Do not take picture inside.”

Di dalam lagi-lagi kami disambut oleh para Kolonel dari berbagai angkatan. Setelah menitipkan ransel di tempat penitipan jas, kami memasuki ruang resepsi pertama. Saat itu gue lihat kawan gue Malaala terharu, shock die dari Rwanda bisa nyampe istana ratu belanda. Setelah bersalaman dengan kepala Protokoler dan orang-orang lingkar dalam istana Ratu. Kami minum teh sembari berbincang-bincang. Saya asyik mencela-cela Anne Krahn, teman asal Kanada yang sudah kelar duluan dan akan di wisuda juni ini. saya juga sempat menyapa Dessy asal ISS yang juga beruntung bisa masuk Istana. Di istana yang dihidangkan adalah teh plus lemon, bangsawan minumnya teh, jangan harap dihidangkan kopi disini. Semua dihidangkan oleh pelayan berseragam berpangkat manik-manik yang mondar-mandir memegang nampan.

Bersalaman dengan Ratu

Kemudian pengumuman, ternyata acara segera dimulai, dan Ratu beserta keluarga akan menemui kita dan meminta kita untuk memperkenalkan diri masing-masing. Jreng. Jreng. Nggak ada yang mengira ada acara ini. Nggak mungkin deh. Temen saya asal Rwanda langsung merapal, “I am Aimable Malaala from Rwanda, It is an honor to meet you Your Majesty.” Terus gue melirik ke Irene yang kaget juga, pasti di otaknya adalah, “My name is Irene Hadiprayitno from Depok, Indonesia. Perpanjang masa study gue dong.” Hihihihi.

Kami semua naik tangga ke lantai dua. Mengantri untuk bersalaman dengan ratu sekeluarga. Semua terlihat ceria sekaligus sumringah, apalagi saya. Yang ada diotak saya adalah adegan Mr Bean ketemu ratu berulang-ulang.

Dan saat bersejarah itu dimulai. Saya bersalaman dengan Ratu yang didampingi oleh dua putranya, pangeran William dan pangeran Friso dan tentu saja, menantunya yang cantik, princess Maxima.

Anjrit semuanya hanya sekelebat. Saya lupa tadi ngomong apa pas salaman dengan Ratu. Semoga nggak malu-maluin. Kayanya sih cuma ngomong, “Nice to meet you, Your Majesty.”

Lalu kami semua duduk. Kemudian berdiri saat keluarga Kerajaan memasuki ruangan, di belakangnya persis adalah thesis supervisor saya. Saya nggak gitu nyangka dia sepenting ini. Keseluruhan acara malam itu, bintangnya adalah dia. Selebihnya detail acara tidak akan saya ceritakan, kita akan beralih ke cerita yang lebih seru.

Ngobrol dengan Ratu

Selepas sambutan-sambutan dan sebelum memasuki sesi kedua, rehat minum teh kembali. Hidangannya juga teh dan kue-kue. Saat itu kami berdiskusi mengenai tumben-tumbenan bisa salaman dengan Ratu, biasanya jarang loh. Demikian penuturan rekan asal Belanda. Saya juga mengamati bahwa sang thesis supervisor gue begitu akrabnya dengan sang Ratu, selalu keliling bersama-sama dengan dia. Dan juga beberapa dayang-dayang sang ratu. Dayang-dayang adalah beberapa pria ber jas dan wanita bergaun dengan sebuah pin khusus kerajaan.

Nah, kejadian seru ini bermula saat Ratu sedang minum teh ngobrol berjarak 3 meter dengan kita. Lalu saya, dan Irene -yang juga disertasi S3 nya dibawah bimbingan si profesor yang sama- ingin menyapa sang profesor. Kala itu sang thesis supervisor sedang mengobrol dengan Chiseche. Kami menghampiri, Malaala ikut juga, karena feeling dia mengatakan untuk mengikuti rombongan katro ini. Saat bersalaman dan memulai perbincangan. Sang Ratu tepat sedang ngobrol juga dibelakang kami persis, jarak 130 cm dari saya berdiri.

Eng ing eng.

Diluar dugaan, sang Ratu kemudian berbalik badan, lalu menyapa kami semua. Salaman lagi, DUA KALI JEK. Lalu Ratu bertanya ramah, kamu dari mana, sekolah dimana. Dan jadilah kami mengobrol bersama ratu. Posisi lingkaran sebagai berikut: Ratu, Irene, Malaala, Saya, dan Chiseche. Sedang supervisor kami kabur setelah salaman, ada yang ngajak ngobrol lagi, sibuk dia, banyak sekali bersosialisasi.

Ngobrol berlima dengan ratu, gile terlihat semua nervous deg-deg an. Sang Ratu yang emak-emak gitu ngoceh banyak soal macam-macam; Afrika, Obesitas, pembangunan di dunia ketiga, brain damage, dan lain hal, kita cuma manut-manut manggut-manggut kepala aja. Iya lah ratu masak disela, ntar bisa-bisa di deportasi without degree. Hehehe. Saya bisa melihat jarak setengah meter rambutnya dari dekat. Kayanya semua model rambut ratu di dunia sama aja deh. 15 menit kami mengobrol dengan Ratu, sebelum ratu digiring lagi ke acara berikut oleh petugas protokoler nya. Semua diiringi tatapan iri kawan-kawan yang lain.

Pas ketemu mereka, mereka langsung nodong,

“Did you finally chat with the Queen?”

“Yeah, I did. What a coincidence.” terus cerita-cerita deh biar mereka tambah ngiri.

Ketika drink reception selepas acara, kawan-kawan saya masih berusaha bisa seperti saya, namun susah lah ya dapat kesempatan seperti itu, pastilah sekali seumur hidup. Saya hanya menikmati beberapa minuman istana sembari mencomot beberapa makanan yang bentuknya nggak jelas dari nampan pelayan.

Unforgettable memory.





















Royal Invitation





















Royal Invitation


























thesis supervisor gue dibawah nama princess maxima





















nama gue di guest list nya Royal Millitary Police






















VVIP access card

0 komentar: